[7/10]

600 77 3
                                    

Kupikir itu selingkuhan mu ...

===== • ✠ • =====

Solar melangkahkan kakinya ke sebuah gedung yang memiliki papan bertuliskan ‘Perpustakaan’.

Solar pergi ke sana untuk membaca, tentunya. Solar berjalan ke sebuah rak, dimana rak itu berisi deretan buku-buku kimia, yang menurutnya sangat menarik untuk dibaca.

Setelah memilih satu buku untuk dibaca, Solar memilih tempat duduk. Ia memilih tempat yang berada di sudut agar merasa lebih nyaman.

Solar mengembalikan buku itu ke tempatnya kembali setelah membacanya. Solar kembali mencari-cari buku lain untuk dibaca. Namun, matanya tak sengaja menangkap sosok ... pacarnya?

Bukan itu yang Solar perhatikan, tetapi seorang lelaki yang berada di samping pacarnya itu. Lelaki itu terlihat tinggi, ia menggunakan hoodie berwarna biru, dengan celana jeans berwarna hitam.

Lelaki itu juga nampak beberapakali menjahili [Name], sehingga [Name] terlihat kesal dengannya. Namun, [Name] seperti pasrah saja ketika laki-laki itu menjahilinya, seolah-olah ia sudah biasa.

Apa ini? Siapa laki-laki itu? Mengapa ia terlihat dekat dengan [Name]? Pertanyaan itu muncul dan berputar-putar di benak Solar. Solar merasa sedikit panik dan overthinking. Apakah [Name] sudah bosan dengannya sehingga [Name] selingkuh darinya? Atau, apakah ia melakukan sesuatu yang membuat [Name] marah besar kepadanya?

Solar menyingkirkan semua pertanyaan itu kala melihat [Name] dengan lelaki itu mulai melangkah pergi. Solar mengikuti mereka.

===== • ✠ • =====

1 jam berlalu. Solar masih mengikuti [Name] dan lelaki itu yang sejak tadi berkeliling di perpustakaan, entah buku apa yang mereka cari hingga memakan waktu lama.

Solar juga beberapakali hampir ketahuan. Namun, ia berhasil menghindar dengan bersembunyi di balik rak buku atau menutupi wajahnya dengan topi atau buku.

Sebenarnya, Solar sudah gereget dari tadi. Solar bohong bila ia mengatakan jika ia tidak cemburu. Solar sangat cemburu, terlebih saat lelaki itu merangkul [Name].

Solar tidak tahan. Ia menghampiri [Name] yang masih dirangkul oleh lelaki itu.

“[Name]!” panggil Solar agak keras. Solar memegang bahu [Name] dan menatap matanya.

“Kamu ... selingkuh?” tanya Solar lirih. Tersirat rasa kecewa dan kesedihan di matanya.

“Hah? Selingkuh? Siapa yang selingkuh?! A–aku tidak selingkuh!” jawab [Name]. Ia terkejut dengan pertanyaan Solar.

“Lalu? Laki-laki ini siapa?” Solar menoleh, menatap laki-laki yang berdiri di sebelah [Name].

“Eh, i-itu dia ...” perkataan [Name] terpotong oleh laki-laki itu.

“Apakah ini pacarmu yang pernah kau ceritakan itu? Hm ... not bad,” ucap lelaki itu seperti seorang cowok cool, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodienya.

“Iya! Aku pacarnya! Dan kau siapa? Berani-beraninya mengajak pacarku tanpa seizin ku!” ucap Solar emosi.

Laki-laki itu terkekeh. Ia menjulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri kepada Solar.

“Sepertinya [Name] belum pernah menceritakan tentang ku kepadamu. Jadi, kenalkan, aku Sopan, kakak [Name] satu-satunya,” ucap laki-laki yang bernama Sopan itu.

Solar tertegun, ia baru tahu kalau [Name] punya seorang kakak, apalagi kakak laki-laki. Seharusnya, Solar tidak bersikap seperti itu tadi. Astaga, semoga saja Solar masih diberi restu oleh kakaknya [Name].

Tersadar dari rasa terkejutnya, Solar menjabat tangan Sopan dengan tangannya yang gemetaran.

“A-aku Solar, kak.” Solar memanggil Sopan dengan embel-embel ‘kak’, membuat Sopan semakin tak bisa menahan tawanya.

“Aku hampir tidak percaya [Name] bisa suka dengan laki-laki aneh seperti Solar ini.”

“Ma-maaf, aku tadi salah paham dan mengira kalian berdua--, hah, ternyata kalian kakak beradik,” ucap Solar memberanikan diri untuk meminta maaf.

“Tidak apa-apa, kau kan tidak tahu. Yang salah itu [Name], karena tidak pernah menceritakan tentang kakaknya ini kepada pacarnya,” ucap Sopan, tersenyum jahil menatap adiknya.

“Kok, aku?!” protes [Name].

“Hahaha. Baiklah. Karena sekarang Solar sudah disini, sebaiknya kau pulang bersama Solar saja, ya. Kakak mau pergi ke suatu tempat,” ungkap Sopan.

“Jangan bilang kakak mau nongkrong?” tebak [Name].

“Kau tahu saja. Kalau begitu, bye-bye, Sori dan Glacy sudah menungguku,” ucap Sopan, pamit dari tempat itu dan melangkah keluar dari perpustakaan. Sedangkan [Name] terus menatap Sopan yang pergi menjauh dengan tatapan kesal.

“Apa kalian sering seperti ini?” tanya Solar.

“Hah?” balas [Name].

“Maksudku, bertengkar kecil seperti tadi,” jelas Solar.

“Jangan ditanya, Lar! Dia itu seperti tikus bagiku! Sangat menyebalkan!” ungkap [Name] kesal.

Solar malah terkekeh melihat [Name]. Menurutnya, [Name] terlihat sangat lucu apabila sedang marah.

“Baiklah. Ayo, ku antar kau pulang. Atau, kau masih ingin membaca disini?” tanya Solar.

“Sebenarnya, aku lapar,” ucap [Name] jujur. Mereka berdua kemudian pergi ke restoran terdekat sebelum pulang.

===== • ✠ • =====

Bonus :

Saat sedang makan di restoran, mereka mengobrol kecil.

“Kakakmu lucu juga, ya.”

“Hah?”

“Maksudku, namanya. Aku baru tahu ada orang yang bernama Sopan, hahaha,” jawab Solar diakhiri tawa.

[Name] menatapnya datar. “Seharusnya kau sadar diri, namamu juga aneh, Bensin!”

“Eeehh?!”

===== • ✠ • =====

... ternyata calon kakak ipar ku.

My Cool Darling || BoBoiBoy SolarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang