Guntur masih diam memperhatikan kolam renang didepannya saat ini, sampai akhirnya sebuah suara terdengar dari belakang tubuhnya.
"Ayo om siap-siap kita nyebur ke kolam!" ucap Jeno sambil berjalan menghampiri Guntur yang tetap fokus pada kolam renang didepannya, tak menoleh sedikitpun ke arahnya.
"Tapi om kan gak bawa baju renang" jawab Guntur
"Tenang, udah Jeno siapin kok!" jawab Jeno seraya menyerahkan celana renang berwarna hitam model brief segitiga yang sontak membuat kedua mata Guntur membulat.
"Kamu mau om pake celana ini?!!" ucap Guntur kaget.
Melihat pria idamannya yang begitu terkejut dibadapannya, membuat Jeno tertawa lepas hingga memperlihatkan barisan gigi putihnya.
"Om mau pakai itu atau .......
enggak pakai celana sama sekali?" jawab Jeno dengan kedua netra menajam.
Guntur mencengkeram celana renang hitam model brief itu. Ia berusaha menahan amarah sebelum berbalik menuju dalam rumah Jeno yang ternyata telah di kunci.
Kolam renang itu memang terletak di bagian belakang rumah, hanyasaja akses satu-satunya menuju kolam adalah melalui pintu besar yang menjurus langsung ke bagian ruang tengah, sementara sekeliling kolam ditutupi oleh tembok besar dan tinggi dengan banyak pohon kecil yang mengelilinginya.
Terdapat area taman yang lumayan besar bersisian dengan area kolam renang, namun taman itu dipisahkan oleh tembok besar yang membelah keduanya. Sehingga area kolam renang benar-benar seperti terisolasi dan sangat privasi.
Guntur yang kesal kembali membalikan tubuhnya menghadap Jeno. Sementara remaja berkulit putih itu tersenyum lebar sambil mengangkat bahunya seolah-olah tak menghiraukan amarah dari pria tampan itu.
Jeno kemudian berbalik, tubuhnya membelakangi Guntur yang masih menatapnya dengan sorotan mata yang tajam. Tanpa aba-aba di luar dugaan, Jeno membuka kaos putih polos yang menutupi tubuh bagian atasnya, membuat Guntur mengerutkan dahi.
Tubuh putih nan mulus milik remaja itu terpampang nyata dihadapan Guntur. Hanyasaja pria kekar itu sama sekali tak menganggapnya hal aneh, mungkin dia mau berenang cuma pakai celana pendek itu, fikir pria tampan itu.
Namun prediksi Guntur salah besar kali ini. Jeno yang masih membelakangi Guntur, kemudian secara tiba-tiba menurunkam celana pendek yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Hal itu sontak membuat kedua bola mata Guntur membulat seketika. Kedua bokong putih kemerahan itu kini terlukis indah di hadapan pria kekar itu membuat Guntur meneguk ludah, ia tak tahu mengapa tubuhnya menjadi sedikit panas dan gerah.
"Aku kenapa ya?" ekspresi Guntur yang pada awalnya merah padam kini berubah menjadi terheran-heran ketika merasakan panas dan sensasi aneh lainnya pada tubuh kekarnya.
Jeno kemudian mengenakan celana renang dengan model brief yang sama dengan celana yang tengah di pegang oleh Guntur. Pemuda berkulit putih itu menarik celana itu hingga menutupi batang kemaluan mungilnya serta bokong sintalnya. Ia kemudian berbalik menghadap Guntur yang masih berdiri dengan ekspresi penuh kebingungan.
"Pakai aja sih om, kita juga sama-sama laki-laki. Punya kita sama, paling yang beda cuma ukuran aja. Punyaku kaya stick ice cream tapi punya om kaya pentungan satpam hahaha" ucap Jeno sambil tertawa terbahak-bahak.
Senyuman kecil tersungging dari bibir pria kekar itu. Tak menyangka bahwa ia dipermainkan oleh bocah kelas dua SMA itu. Guntur menundukan kepala, ia menatap jari-jemari kakinya dibawah sana, sementara kepalanya tengah memikirkan sesuatu.
Beberapa saat diam, Guntur akhirnya menegakkan kembali kepalanya sambil menatap kedua mata Jeno dengan tatapan yang berbeda, membuat Jeno yang sejak tadi bahagia dan gembira dengan suara tawa yang menggema, tiba-tiba terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAD'S SACRIFICE
Krótkie OpowiadaniaGuntur Jaya Perkasa seorang guru olahraga di salah satu SMA elite swasta, harus mempertaruhkan segalanya demi menebus hutang yang melilit keluarganya, termasuk mengorbankan tubuh kekarnya dan juga perasaan cintanya pada sang anak tercinta. Mampukan...