Day 7 : Perpisahan (Last)

81 3 0
                                    

• 𝙵𝚛𝚎𝚎 𝙳𝚊𝚢! 𝙱𝚛𝚎𝚊𝚔 𝚄𝚙
• 𝙲𝚑𝚞𝚞𝚢𝚊 𝚡 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚎𝚛𝚜
• 𝙱𝚂𝙳 @𝙺𝚊𝚏𝚔𝚊𝙰𝚜𝚊𝚐𝚒𝚛𝚒

BREAK UP

❝We started with a simple hallo but ended a complicated goodbye.❞

Angin sore di pantai terasa begitu dingin. Dengan agresif menerbangkan surai gadis yang tengah duduk di bibir pasir. Kontras jingga menyapu wajahnya. Membuat kulit putih bersih itu tampaklah indah dengan siluet yang memanjakan mata.

Sepasang netranya terpejam pelan. Kepalanya sedikit mendongak, seolah meresapi desiran angin yang menyapu kulit. Sebelum kemudian dibuka perlahan. Lalu menampikkan kesenduan disetiap guratan matanya.

Tak ada senyum di bibir manis itu. Hanya ada getaran-getaran kecil seolah menahan tangis dan geram di waktu bersamaan.

Seorang lelaki sinoper menjadi alasannya.

Lelaki yang bisa dibilang mantan pacarnya itu, entah kenapa tak pernah luput dari pikirannya semenjak putusnya mereka 1 bulan lalu.

Tak dapat dipungkiri hati masih merasa sayang. Namun karena ego masing-masing, mereka harus dipertemukan dengan sesuatu yang disebut perpisahan.

Seandainya, seandainya saja ada dari salah satu mereka mau mengalah, mungkin perpisahan ini tidak akan pernah terjadi.

Namun, apakah (Name) yang harus selalu mengalah atas semuanya? Ia juga berhak untuk egois. Kenapa tidak dia saja yang sekali-kali mengalah dan lebih bisa menghargai usaha (Name). Jadi gadis itu tidak akan merasa lelah sampai berakhir mengucapkan kata putus.

Hahhhh

(Name) menghela nafas lelah.

Semakin dipikirkan, rasanya semakin sakit saja.

Dadanya terasa sesak setiap kali ia mengingat semua memori tentangnya bersama pria itu.

"Chuuya, besok bisa tidak temani aku belanja kebutuhan rumah? Soalnya Ibu Ayah sedang tidak ada di rumah. Jadinya aku yang harus menggantikan mereka belanja di supermarket. Sekalian kita kencan gitu. Sudah lama, kan, kita tidak menghabiskan waktu bersama."

"Ah maaf, aku besok sudah ada janji ke gym bareng teman."

"Bagaimana kalau akhir pekan?"

"Akhir pekan aku ada les privat di rumah."

"Lalu kapan kau ada waktu untukku?"

"Maaf, ya.. Aku akan mengusahakannya untukmu."

"Bohong. Kau selalu saja bilang begitu. Dan pada akhirnya kau tidak pernah mengusahakannya untukku."

"(Name), sudah jangan mulai lagi. Aku tidak ingin berdebat sekarang."

"Aku hanya ingin meminta waktumu sebentar, Chuuya. Salah ya?"

"(Name)... "

"Baiklah aku mengerti."

Yah, dia memang selalu begitu.

Sibuk dengan urusan pribadinya sendiri sampai lupa jika ia juga memiliki seorang kekasih yang menginginkan perhatiannya untuknya.

Setiap di ajak kencan atau menghabiskan waktu akhir pekan berdua, selalu saja tidak bisa.

Padahal permintaan (Name) bukanlah permintaan yang muluk-muluk. Ia hanya ingin ditemani. Itu saja.

Namun Chuuya hanyalah lelaki egois yang tidak pernah mengalah barang secuil pun kepada (Name).

"Kita putus."

"Hah? (Name)? Kau bilang apa barusan? Jangan bercanda. Kau pikir ini lelucon yang lucu?"

"AKU SERIUS CHUUYA!!"

"..."

"Ahh, sudah cukup. Aku sudah cukup bersabar selama ini. Aku sudah banyak mengalah untuk sesuatu apapun itu. Aku tidak ingin lagi. Semakin aku mengalah semakin besar pula yang aku dapat. Cukup, aku tidak ingin lagi."

"(Name) kumohon jangan begini, kita selesaikan semuanya baik-ba——"

"Pergi, Chuuya."

"(Name——)"

"PERGI KUBILANG!!"

"..."

"Kau tidak ingin pergi?"

"(Name), aku——"

"Baiklah, kalau begitu biar aku saja yang pergi."

Pernyataan itu teramat sangat jelas melekat pada hati (Name). Dimana ia dengan terang-terangan memutuskan Chuuya dan meninggalkannya di taman belakang sekolahan.

Tak ada pergerakan apapun pada pria itu. Bahkan setiap kali mereka berpapasan, suasana sekitar mendadak berubah tajam, dingin, dan juga canggung.

Bahkan orang luar yang tak tahu apa-apa soal ini ikut merasakan sensasinya juga.

Lagi, (Name) menghembuskan nafas lagi sebelum kemudian bangkit dan membentangkan kedua tangannya. Memejamkan kedua netra dan membiarkan angin laut dengan bebas menggelitik di setiap inci bagian tubuhnya.

Melepaskan rasa sesak dan juga sakit. Berharap perasaan labil ini segera pergi seiring desiran angin yang bertiup kencang.

Ya, dia tidak boleh terus-terusan terpuruk seperti ini.

Dia harus bangkit.

Harus.

"Aku akan melupakanmu, Chuuya."

"Dan itu segera."




Selesai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝗔𝗡𝗚𝗦𝗧 𝗪𝗘𝗘𝗞╵ᵖᵘⁿᵍᵘᵗᵖʳᵒʲᵉᶜᵗTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang