11. Blood & Tears

556 117 10
                                        

Para pembuat roti menyiapkan adonan roti di dapur menggunakan oven. Sebagai seorang yatim piatu di masa depan, Jaehyun ingin bertemu dengan ibunya saat dia masih hidup. Selain itu, ia juga berusaha mengubah nasibnya, mungkin tindakannya ini akan mempengaruhi masa depannya.

"Aku.." Jaehyun gugup di depan rak roti. "Aku pesan sepuluh roti kismis, seperti biasa."

Sang ibu lantas mengambil penjepit dan mulai mengambil roti di rak satu per satu, lalu memasukkannya ke dalam tas untuk dibawa Jaehyun. Saat melakukannya, anak itu tidak bisa mengalihkan pandangan dari sosok ibunya.

"Ini rotinya," kata sang ibu. "Harga totalnya..."

Jaehyun kemudian memotong ucapannya dengan mengeluarkan kartu kredit Tuan Shin, menyerahkannya kepada ibunya, dan tentu saja tindakannya membuatnya bingung. Kartu tersebut hanya dimiliki oleh segelintir orang Korea. Disebut kartu hitam, ditujukan untuk orang-orang yang mendapatkan uang miliaran setiap hari.

"Untukmu," katanya. "Lunasi hutangmu mulai hari ini, lalu pindah ke tempat yang lebih aman sebelum rentenir datang."

"Aku menghargai kebaikanmu, Nak. Tapi aku tidak bisa menerima--"

Lagi-lagi Jaehyun menyela, "Usiaku sudah tidak lama lagi, makanya aku ingin melakukan hal-hal baik sebelum waktunya."

"Maksudmu..."

"Ya," Jaehyun mendengus, senyumnya hangat. "Aku sudah lama menggemari toko ini."

Fakta menyentuh membungkam mulut ibunya saat itu juga. Dia berbohong agar ibunya percaya dan menerimanya.

"Ini permintaan terakhirku, ibu."

Terlepas dari keraguannya, sang ibu mengedipkan mata berkali-kali dan meraih kartu itu dengan tangan gemetar. Ini seperti mimpi.

Dia melihat kartu itu dengan hati-hati, mulai dari depan dan belakang, itu memang kartu hitam yang diinginkan orang. Saldo minimal untuk jenis kartu tersebut adalah 50 juta hingga 100 juta. Pelanggan yang ingin menikmati layanan kartu kredit harus memiliki penghasilan sebesar 8,5 juta per bulan, salah satunya adalah Tuan Shin.

Setelah memeriksa kartu terbatas, pemuda yang memesan roti kismis itu telah menghilang bersama tas belanjaannya. Ibunya mengernyit heran, baru sadar dimana dia baru saja dipanggil 'Ibu'. Jaehyun kembali ke mobil tempat Lucas duduk di kursi penumpang. Dia kembali dengan senyum lebar, sampai temannya itu ikut tersenyum juga.

"Bagaimana?"

Jaehyun mengangguk, "Yah, ini sudah lebih dari cukup. Sebentar lagi aku akan menjadi anak sendok perak."

"Apa yang kau rencanakan?"

"Lihat saja nanti," dia terkekeh sambil menyalakan mobil. "Lagipula, kau akan bertemu denganku lagi di masa depan."

Meski jalanan berkelok-kelok, udara yang sejuk mampu menghilangkan kejenuhan dalam perjalanan mereka. Bagi mereka, hamparan hutan dan pohon pinus yang terlihat dari kejauhan menambah keindahan perjalanan ini. Meskipun ada beberapa orang di pinggir jalan yang harus mereka lewati, mereka berhasil melewatinya dengan baik. Namun, begitu mereka sampai di dalam perut gunung, langit cerah yang ada sebelumnya tiba-tiba menghilang. Satu-satunya cahaya yang menerangi mobil mereka hanyalah cahaya di ujung terowongan yang cukup gelap.

BELDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang