..

162 13 0
                                    

Loncat ke 20 menit kemudian..

Tenda, Api Unggun dan beberapa cangkir berisi teh hangat sudah siap. Bahkan, Reni sudah tersadar dari 5 menit yang lalu. Kini, semuanya tengah mengobrol didekat api unggun. Tetapi, jarak jarak mereka cukup berjauhan.

" Minum, " Reza menyondorkan tangan kanannya yang memegangi sebuah cangkir berisi air teh beruap. Posisinya berdiri dihadapan Reni yang tengah duduk disamping tenda laki-laki sembari menatap api unggun bersama dengan rekannya Siska.

Reza dan yang lain memang mendirikan 4 tenda. 3 tenda untuk laki-laki 1 tenda untuk Reni dan Siska. Berjaga-jaga buat Reni, tetapi Reni sudah sadar tepat setelah tenda-tenda dibuat.

Reni menerimanya, " Makasih Za " Ucap Reni tersenyum yang dibalas senyum kembali dari Reza.

Reza duduk disamping perempuan itu. Kayanya gua agak ngasih jarak buat mereka nih .. ucap batin Siska yang melirik keduanya sekilas.
" Gua ketenda dulu ya, "

Reni memandangnya,
" Mau ngapain lu? "
" Udah temenin gua disini.. "

Siska menunjukan raut wajah pembantahan,
" Gabisa Ren, ini bener-bener penting. Gua mau ngambil dokumen negara ditas .. "
" Takut lecek atau robek. Lu gamau kan gua dipenjara? " Tanya Siska.

Reni membuang tatapannya, melihat kearah lain.
" Gua gamau.. " Balas Reni. " Yaudah, " Ucap Siska. " Gua gamau kalo lu udah dipenjara, petugas polisi ngebebasin lu lagi " Lanjut Reni. " Gua setuju sama lu Renn " Tambah Reza. " Anak dajal lu bedua " Gerutu Siska. " Bodoamat, " Ucap reni dan Reza bersama-sama.

" Woi, lu bertiga ngelupain gua? " Seru seseorang dihadapan mereka. Seseorang itu berhenti tepat didepan Reza, Reni dan Siska.

Yaelah ini dedemit kenapa dateng si, kaga peka bangat ... gerutu batin Siska.

Reza memandangnya,
" Bukannya dari tadi lu asik ngobrol disono Yu? " Tanya Reza menunjuk suatu arah dengan dagunya.

Bayu cengengesan,
" Biasa Za .. Bisnis dikit, " Balasnya. " Gaya lu bisnis bisnis " Lontar Siska. " Lah gua beneran, bisniss... ngumpulin duit buat nikahin lu Sis " Balas Bayu mengejek. " Serah lu dah.. " Lanjut Siska malas.

" Lu mendingan anter gua ketenda, " Siska bangkit, menarik paksa lengan Bayu.
" Cepetan "

Bayu menahan tubuhnya kokoh, Siska menatapnya. Memberikan kode dengan mengedipkan satu kelopak mata.
" Cepetan !! " perintah Siska kedua kalinya. " Tangan lu lembut bangat Sis, jadi gasabar buat nanti malem pertama " Gerutu Bayu yang mulai menjauh dari hadapan Reni dan Reza.

Tidak ada obrolan dari Reni maupun Reza, keduanya hanya memandangi cahaya orange. Kegelapan yang diterangi oleh kobaran api, menjadi perpaduan yang sangat cocok dan selaras. Entah apa yang diucapkan didalam masing-masing hati, raut wajah itu, menunjukan benih-benih kegugupan dengan alasan yang sama.

Reni melirik Reza sekilas, lalu membuang pandangannya menatap kobaran api.
" Maaf Za gua jadi ngerepotin lu sama yang lain," Ucap Reni memecah keheningan, melawan kegugupan.

" Gapapa Ren, yang penting sekarang lu udah sadar, " Balas Reza.
" Kenapa lu bisa pingsan? Ada apa? " Lanjut Reza bertanya.

Reni tertunduk,
" Gua gaberani ceritain disini, nanti gua ceritain dibawah aja "
" Gua takut, "

Batin Reza bertanya-tanya dan menyeleksi. Dia tau, Perempuan yang sedang ia tatap ini mengalami kejadian diluar nalar.
" Yaudah, gua paham. "
" Gapapa Ren, intinya sekarang lu harus fokus sama kendali diri lu sendiri "
" Inget, kita lebih kuat daripada mereka " Reza menyemangati.

Reni mengangguk mengiyakan.
" Kapan gerak lagi? " Tanya Reni.

" Kenapa? Baru jam setengah 9, santai aja dulu " Balas Reza.

" Arah lu mau kemana? Gua ga nanya sekarang jam berapa, " Ucap Reni. " Iya tau, sejam lagi kita gerak " Jelas Reza yang diiyakan oleh Reni.

" Aduh, ANJ*NGG !!! "
" Woi lu liat-liat SET*AN !! kena pala gua nih " Tunjuk Reza sedikit kesal kepada salah satu pria rekan pendakiannya yang berada tak jauh di seberang api unggun.

" Lah gua kaga ngapa-ngapain Zaaa " Balas pria tersebut.

" Kenapa? " Tanya Reni sedikit panik.

Reza memandangnya, lengan kanannya memegangi kepala kesakitan.
" Gatau, pala gua kaya kena timpuk batu "

" Coba sini gua liat "
Reni sedikit mengangkat tubuh, pandangannya tertuju menatap keseluruhan rambut Reza.
" Gaada luka "

" Masa si? Kayanya gua ngerasa tu benda gede bener "

" Lu ngigo ya? "
" Guaa serius Ren ! "
" Gak, lu ngigo. "
" Gua serius, "
" Lu nakutin gua ya Za? "
" Lah buset ngapain juga gua begitu "
" Boong! "
" Bener! "
" Boong !! "
" Bener Renii. "

>>>>>>>

Kita loncat ke 1 jam kemudian..

Reza dan yang lain sudah siap untuk melanjutkan perjalanan. Tenda, api unggun, peristirahatan sudah cukup dan dimatikan. Kini, mereka tengah berdiri. Berdoa untuk dilancarkan, berdoa untuk keselamatan, berdoa agar kejadian buruk yang mereka alami tidak terjadi lagi selepas puncak bayangan.

" Kita jalan sekarang, Reni juga udah baikan. " Ucap Reza kepada yang lain.

Semua kembali melanjutkan perjalanan. Dengan susunan Reza sebagai pemimpin, disusul Reni, setelahnya Siska. Sedangkan Bayu, berada didepan Rendi yang menduduki posisi paling belakang.

Di jam 10 malam ini, hawa sekitar sudah sangat berbeda. Semakin jauh mereka melangkah, semakin sedikit juga keberadaan vegetasi. Entah apakah ada hati yang prustasi, semuanya tetap berjalan dengan keheningan.

Mereka harus melewati beberapa jalur dada bertemu dada beberapa kali. Dan itu mereka lalui di kegelapan malam. Pendaki jaman dulu memang harus diacungi jempol.

Sebelum pergantian hari, mereka sudah sampai dipuncak Manik, sekitar jam 23:30 keatas. Di sepanjang perjalanan tadi, tidak ada yang mengesankan, tidak juga menyeramkan. Perjalanan yang dilalui dengan langkahan kaki tanpa obrolan, membuat cekcokan dilahap keneningan.

Di kepala gunung itu, mereka mendapati beberapa pendaki. Entahlah, mungkin ada 3 orang dengan 1 tenda. Semuanya kali ini benar-benar manusia.

Reza dan yang lain menyapa simpang siur kebasian ala pendaki. Lalu mendirikan 4 tenda didekat tenda mereka. Dari awal, Rencana Reza dan yang lain memang akan berdiam satu malam di puncak itu. Dan akan turun setelah pagi tiba.

Yaa ... Sekedar menikmati satu malam diatas puncak. Walaupun hanya ditemani kabut-kabut tipis. Tapi tetap saja, jumlah kabut masih kalah dengan jumlah lelucon Bayu dan Siska.

Sekitar 15 menit bercanda gurau, Reza memanggil Reni. Dia berdua sedikit bergeser, dimana obrolannya tidak bisa didengar oleh yang lain. Dimana hayo? Dibelakang tenda.

" Ren, lu tau ga alesan gua nyetujuin saran Bayu buat ngedaki gunung Salak? "
" Ya orang lu yang bilang sendiri, "
" Apa? "
" Kan katanya buat nikmatin pergantian tahun diatas puncak kan.. "
" Iya si.. "
" Iya kan? "
" Iya "
" Yaudah, "
" Ada lagi sebenernya, "
" Apaan? "
" Gua cari momen yang bagus buat nyatain perasaan keseseorang, sekarang gua dapet momen itu "

Penilaian gua salah tentang lu, gua kira lu suka sama gua.. tapi masa iya buat Siska? .. Seru batin seorang Reni. Entahlah, tidak pasti. Tapi raut wajahnya terbaca, kalau dia memang sedikit ragu dan bertanya-tanya.

" lu suka sama Siska? "
" Lu .., "
" Gua bukan penyuka sesama jenis "
" Bukan, maksud gua .. seseorang itu ya perempuan yang lagi duduk disamping gua "
" MAKSUD LU GUA? "

>>>>>>>>

CINTA MUTLAK DI GUNUNG SALAK ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang