INTERAKSI - 4

255 18 0
                                    

Senyumanmu yang indah bagaikan candu.
Ingin terus ku lihat walau dari jauh.
Sekarang aku pun sadar semua hanya mimpiku.
Yang berkhayalah bisa bersamamu.

Tidak, seharusnya aku sudah sadar dari awal.

.
.
.

" 30 menit lalu, Sakura izin kepadaku untuk membawa Naruto makan ichiraku ramen "

Senyum Hinata memudar perlahan.

Memang sudah terlambat ya?

" Ada apa hinata? " tanya Tsunade melihat raut wajah laki-laki didepanya berubah sendu.

" Ah, bukan apa-apa Tsunade-sama. Maaf telah mengganggu pekerjaan anda " ungkap Hinata sambil membungkukan badannya.

" Tidak menggaanggu kok, apa ada lagi yang ingin kau katakan? "

" Tidak, cukup Tsunade-sama. Terimakasih banyak. Aku izin pamit "

" Baiklah, apa perlu ku sampaikan ke Naruto bahwa kau mencarinya? "

" Tidak udah usah repot-repot Tsunade-sama. Maksudku tak perlu diberi tahu Naru-chan tentang kedatangan ku "

" Baiklah "

---

Hinata tidak marah karena Naruto pergi dengan Sakura. Hinata hanya kecewa, untuk pertama kalinya ia melanggar janji.

Ramen dirantang yang tengah ia pegang kini terlihat menyedihkan, siapa yang akan memakan? Sudah dipastikan Hinata bahwa Naruto marah terhadapnya tentang janji yang tidak ia tepati. Apalagi memakan ramen buatannya, mustahil. Begitu benak Hinata sekarang.

" Mubazir jika ku buang sia-sia. Apa aku berikan pada perawat jaga saja ya? " gumam hinata.

Akhirnya Hinata memutuskan, Ramen yang seharusnya untuk Naruto akan ia berikan kepada perawat jaga. Mubazir.

" Ano, permisi. Ini aku ada makanan lebih, mungkin kalian bisa ambil dan memakannya " tawar Hinata.

" Ah, makasih Hyugaa-san. Tapi kami tidak boleh menerima apapun dari keluarga pasien, itu sudah kode etik yang harus kita taati "

" Ah, begitukan. Maafkan saya. "

" Tidak apa-apa Hyugaa-san kami mengerti kok "

Sekarang Hinata bukan hanya kecewa pada dirinya sendiri. Tapi sekarang ia juga bingung mau diapakan Ramen ini, sedangkan ia tidak mungkin menghabiskanya. Nafusnya sudah hilang sejak keluar dari ruangan Tsunade-sama.

Kakinya melangkah keluar dari bangunan rumah sakit, menuju Taman yang seharusnya tempat makannya bersama Naruto.

Masih dengan membawa Rantang Ramen, Hinata berjalan menyusuri senja yang berajak mewarnai birunya langit dengan lembayung mempesona.

Melihat berbagai interaksi semua orang di desanya. Ia tersenyum. Semua orang saling membantu, memulihkan antar sesama. Interaksi hangat keluarga yang tampak di mata lavender itu membuat hatinya juga menghangat.

Bisakah aku merubah Hyugaa bisa sehangat interaksi keluarga itu?

Hirupan dalam Hinata lakukan kala ia sudah mencapai taman Konoha yang kelak menjadi taman Senju?

Udara segar dan suasana nyaman menyelimutinnya. Tetapi,

Tidak berlaku untuk anak perempuan yang tak sengaja Hinata lihat saat mencari tempat yang nyaman untuk duduk, yang tengah menundukan kepala sambil menangis.

Atensi anak itu di tengah indahnya lembayung membuat Hinata penasaran.

Hinata langsung bergabung duduk di sampingnya dari pada bertanya langsung. Biarkan anak perempuan itu menyadarinya daripada Hinata sendiri yang mengenalkan atensinya.

INTERAKSI [HinaNaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang