chapter 6

1.3K 122 0
                                    

"Chika, dari mana kamu?" Ucap seorang pria paruh baya yang sedang membaca koran di ruang tengah rumah itu.Ia menghentikan langkah anaknya yang hendak menaiki tangga ke lantai dua, ke kamarnya.

Mendengar suara papanya,chika bukannya menjawab lantas terus berjalan seperti tak ada orang di ruang tengah tersebut.

"Chika,Papa  lagi bicara sama kamu.Jangan bertindak  seperti orang yang tak berpendidikan." Suara pria itu meninggi lantaran anaknya tak menghiraukan ucapannya.

Chika yang mulai tersulut emosi lantas menghampiri Papanya dan meneriakkan "Apa peduli papa? Mau aku ga pulang juga emang papa pernah peduli, hah!?"

𝙋𝙡𝙖𝙠𝙠𝙠

"Jaga ucapan kamu kalo ngomong sama orang tua."

Chika memegang pipinya yang memanas akibat tamparan papanya.Ia tersenyum kecut menghadap papanya setelah dapat tamparan yang kedua seumur hidupnya setelah yang pertama ia dapat waktu SMP  ia membuat seorang siswi masuk IGD, lantaran ada anak yang menghina dirinya.

"Wow, makasih loh Pa.Ini yang kedua. Iya, ini yang kedua Pa. Mama pasti bangga sama apa yang Papa lakuin sekarang."

"Kapan kamu akan berubah Chika? Kapan?."

"Apa yang harus Chika rubah pa? Bukannya Papa yang harusnya berubah? Kenapa suruh Chika berubah?" Balas Chika

"Did you know pa? Every day i see your face it reminds me of mama. Mama,wanita yang kamu bunuh itu!" Chika menaikkan suaranya.

Tak jauh dari mereka terlihat seorang anak perempuan lain yang menyaksikan keributan itu.Namun, seperti tak terjadi apa-apa dia dengan santai lewat dari hadapan mereka dan berlalu ke dapur.

"Kamu masuk kamar,besok Papa akan bicara dengan cicimu." kata Papa Chika

"Kenapa? Kenapa harus dengan cici?. Kenapa anda tidak bicara langsung dengan saya?" Suara itu semakin tinggi.

𝙋𝙡𝙖𝙠𝙠𝙠

𝙋𝙡𝙖𝙠𝙠𝙠

Lagi,suara tamparan itu menggema di ruangan itu.sampai-sampai anak perempuan yang di dapur itu meringis mendengarnya.

"what did you do to my little sister?"

Terdengar sebuah suara dari pintu masuk.Seorang perempuan yang lebih tua 3 tahun dari Chika itu menghampiri Chika dan memegang pipinya yang memerah akibat tamparan pria paruh baya itu.

"Apalagi sekarang? Belum cukup anda menyiksa saya sehingga anda juga menyiksa adik saya, hah? Belum puas anda?" Ucap Shani dengan dada yang menggebu melihat perlakuan Papanya pada adiknya, Virgeora Chika Tamara.

"Kalian berdua memang benar-benar saudara kandung.Kurang ajarnya pun sama." Balas laki-laki itu tanpa menjawab pertanyaan anak pertamanya itu.

"Anak mana yang tidak akan kurang ajar kalo ayahnya tak lebih dari itu." Balas Shani sengit yang mendapat tatapan tak kalah sengit dari papanya.

"Setelah ibu kalian mati, ini yang kalian dapat hah? tak ada yang mengajari kalian sopan santun kah?"

"Anda tak pantas dapat sopan santun dari kami."

Bukan,itu bukan dari Shani maupun Chika.Itu Indira,anak bungsu keluarga Tamara yang pendiam dan penurut.

"Sayang, kamu masuk kamar.Jangan ikutin dua anak kurang ajar ini."

"Siapa yang kau sebut anak? Bahkan aku malu memakai namamu di ujung namaku." Bagai disengat listrik kata-kata anak bungsunya itu seperti mengalirkan ribuan watt listrik yang siap menyetrum badannya.

GOD's PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang