⚡️Dear Enemy⚡️ Oh Sehun (2)

244 42 9
                                    

Hari ini adalah hari di mana Bunda Raina dan Papa Yayan resmi menjadi sepasang suami istri. Acara berlangsung dengan khidmat karena resepsi diadakan dengan konsep intimate wedding, sehingga hanya orang terdekat yang datang.  Qalilah mengundang Jessie, karena Jessie sendiri sudah mengenal bunda Raina. Sedangkan Damian mengundang Jethro, satu-satunya teman yang ia undang. Bahkan Keisha tidak ia undang.

"Gue masih gak nyangka Bunda Raina nikah sama bokapnya Damian, bakal sering ketemu ini mah kalian berdua diluar sekolah. Ye gak?" ujar Jessie yang sedang menikmati dessert.

"Gak lah, males banget." jawab Qalilah tak terima.

Qalilah dipanggil untuk sesi foto keluarga mempelai, ia meninggalkan Jessie.

"Sini Qal sebelah bunda." Bunda Raina menarik Qalilah untuk berdiri di sebelahnya, lalu diikuti papi Salim danDamian berdiri di sebelah papanya.

"Eh gue besok pagi kan langsung berangkat honeymoon, Damian nginep di lu dulu ya." ujar Bunda Raina tiba-tiba pada Papi Salim.

"Hah? Bun, Qalil gak mau ah." tolak Qalilah.

"Tan saya gak perlu dititipin gitu, saya bisa sendiri kok di rumah." tolak Damian juga, pemuda ini masih belum mengganti panggilannya pada istri baru papanya itu.

"Boleh, Damian tidur di kamar lu bisa kan." jawab Papi Salim dengan senang hati.

"Pi!" sahut Qalil tidak suka.

"Om saya gak perlu nginep di tempat om, saya bisa sendiri." tolak Damian halus pada Salim.

"Tidak Damian, terakhir kali kamu papa tinggal untuk urusan bisnis tiga hari aja makanmu kacau. Apalagi ini papa tinggal seminggu."

"Udah Damian, kamu nginep aja di rumah Qalil ya. Kamar tante enak kok, Qalil sama om Salim bisa pantau makan kamu."

"Aku ajak Jethro nginep aja deh di rumah? Ya?" Damian masih mencoba bernegosiasi.

"Gak ada negosiasi Dami, kamu menginap di rumah Salim. Besok pagi setelah kamu antar papa dan bunda ke bandara, kamu langsung ke rumah Qalilah." titah papa Yayan.

Damian melongos dan berlalu meninggalkan mereka.

"Bun, Damian musuh Qal. Bunda lupa?" ujar Qalilah pelan.

"Qalilah, kalau Damian macam-macam kamu bisa langsung telpon Om. Biar Om marahin dia." ujar papa Yayan jenaka.

Di minggu pagi ini setelah mengantar papa dan bunda ke bandara, Damian benar-benar menuju rumah Salim. Ia disambut oleh Salim dan Bi Inah, ia dipersilahkan langsung ke lantai atas untuk ke kamar bunda Raina yang sebenarnya adalah kamar tamu.

"Damian kamu sudah sarapan?" tanya Salim.

"Belum Om." jawab Damian canggung, karena sebenarnya ia tertarik dengan menu sarapan yang disiapkan bi Inah di atas meja makan itu.

"Oh silahkan itu kamu sarapan kalau sudah lapar, Om mau ngasih makan ikan dulu ya."

"Eh, saya bareng aja sama Om nanti." tolak Damian.

"Gak perlu formal ngomong sama Om, kamu kalau mau panggil Papi juga boleh. Sebenarnya Raina suruh kamu biar manggil Papi, tapi senyaman kamu saja." ujar Salim lalu menepuk punggung Damian dan berlalu ke taman belakang di mana kolam ikannya berada.

Akhirnya Damian duduk di sofa ruang tengah, ia memainkan ponselnya sembari menunggu Salim. Posisi sofa itu membelakangi tangga menuju lantai dua, Qalilah turun dari tangga itu dengan keadaan belum sepenuhnya sadar. Ia hanya melihat sekilas punggung seseorang di sofa itu, dengan mata yang masih setengah terbuka ia duduk di ujung sofa, sedangkan Damian duduk di sudut lainnya.

Joy to The World!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang