00. Prolog

289 109 137
                                    

Iyaaa, ini cerita baru lagi. Om Tentara sementara diunpublish karena buntu gitu, wkwkwk.

Dan ini bakalan update seminggu dua kalii

Happy Reading everyone!

•••••

"Jumat kemarin sudah cap tiga jari?"

Gadis itu mengangguk, memang Jumat lalu dia sudah cap tiga jari di Sekolah Menengah Pertamanya. "Sudah, Pak."

"Mana bukti tintanya?"

Sedetik setelah pertanyaan itu dilontarkan oleh guru BK yang ada di depannya, membuat gadis itu melotot seketika. Bagaimana bisa guru BK-nya itu meminta bukti tinta yang ada di jarinya? Sedangkan hari sudah bergulir selama tiga hari.

"Ya sudah hilang, kan sudah tiga hari."

Guru BK itu menatapnya lekat. "Ya berarti kamu bohong, masa nggak ada buktinya. Berarti kamu kemarin Jumat cuma bohongan izinnya."

Tidak, gadis itu sudah tidak tahan lagi. "Bapak ngeselin banget sih! Emangnya tiga hari saya gak nyentuh air sama sekali? Bisa-bisanya minta bukti yang gak wajar gitu."

"Lagian gak mungkin juga tintanya masih ada meskipun saya tiga hari gak nyentuh air sama sekali!" lanjut gadis itu.

"Richella Nafhesa Atmanegara, kamu salah kok malah ngegas."

"Bapak yang salah, gak usah baca-baca nama saya!" balas Richel sambil menutupi nama dada yang ada di hijabnya.

Richel menatap kesal ke arah gurunya itu. Ingin rasanya dia cepat-cepat pergi dari ruang BK ini. Bagaimana bisa ada guru seperti pria yang ada di depannya ini?

"Kasih buktinya dulu, baru kamu boleh keluar dari ruangan ini."

Richel semakin dibuat kesal dengan pria itu. "IHH PAK CANKA NGESELIN BANGET SIH! UDAH DIBILANGIN TINTANYA UDAH HILANG!"

"Ya terserah kamu, kamu hari ini ada penilaian harian kan? Kasih buktinya atau kamu di sini terus sampai gak ikut pelajaran," balas Canka, guru BK yang terkenal tampan. Tapi sepertinya tidak menurut pendapat Richel.

Gadis itu terdiam cukup lama, dia tengah berpikir keras untuk bisa kabur dari ruangan ini. Dia juga sudah terasa lelah karena terus berdiri, sedangkan guru BK di depannya ini duduk dan terus menatap dingin ke arahnya. Tiba-tiba saja Richel menjentikkan jarinya karena teringat sesuatu.

Dengan cepat dia membuka ponselnya dan mencari foto yang Jumat kemarin dia ambil saat melakukan cap tiga jari. Dengan arogannya Richel menunjukan foto itu ke Canka. Dia menggoyangkan ponselnya dengan bangga, sebentar lagi dia bisa keluar dari ruangan ini.

"Udah kan?" tanya Richel penuh harap.

Canka menatap serius ke arah layar ponsel Richel. "Iya, sudah sana kembali."

Richel semakin dibuat kesal, dia sempat berharap kalau guru BK itu akan meminta maaf kepadanya. Tapi nyatanya tidak, guru BK itu malah langsung menyuruhnya untuk pergi begitu saja.

"Ngeselin banget! Assalamu'alaikum!"

•••••

Waduhhh, gimana nih prolognya??

Menarik nggak? Kalau enggak ya ditarik aja, WKWKWK. Nggak, Bercanda.

See you next chapter!

Salam,

Andini.

Bapak Ngeselin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang