01. Lagi dan Lagi

182 105 124
                                    

Happy reading!

•••••

Richel keluar dari ruang BK dengan menghentak-hentakkan kakinya kesal. Mulutnya terus mengeluarkan sumpah serapah untuk Canka, guru BK-nya.

"Pak Canka jelek, Pak Canka gak jelas, Pak Canka ngeselin, percuma ganteng kalo ngeselin! Awas aja nanti pulang gue doain kejedot tembok tujuh belas kali!"

Setiap dia melangkah mulutnya selalu menyumpahi Canka. Richel mempercepat langkahnya menuju kelas, daripada dia mengikuti ulangan susulan biologi minggu depan. Lebih baik hari ini ulangan harian bersama-sama dengan teman-temannya.

"Assalamu'alaikum, Pak. Maaf baru masuk tadi saya dipanggil Pak Canka," ucap Richel sebelum memasuki kelas.

Guru biologi-nya tersenyum lalu mengangguk pelan. "Waalaikumsalam, nggak papa langsung duduk aja. Ini soalnya, langsung dikerjakan waktunya tinggal setengah jam."

Richel tersenyum senang, dia menerima kertas ujiannya lalu duduk di bangkunya. Tidak masalah jika waktu mengerjakan tinggal tiga puluh menit, toh dia cukup mahir dalam pelajaran biologi.

"Baik banget, nggak kayak Pak Canka. Ganteng-ganteng ngeselin!"

Teman bangku yang mendengar ucapan pelan dari Richel itu langsung menyenggol pelan Richel. Richel yang merasakan itu langsung menoleh dan mengangkat alisnya bertanya.

"Emang kenapa sama Pak Canka?"

Richel menghela napasnya, "nanti aja gue ceritain."

Teman sebangkunya itu langsung mengacungkan jempolnya antusias. "Sip, awas gak diceritain!"

"Iya-iya gue ceritain, udah lanjutin dulu ulangannya."

•••••

"Buset, sampai segitunya?"

Richel mengangguk, dia baru saja menceritakan kejadian pagi tadi ke teman sebangkunya. Temannya itu masih tak menyangka dengan kelakuan guru BK tampan itu.

"Sumpah, gue nyesel pernah bilang dia ganteng. Kelakuannya gak wajar banget. Yakali tinta cap tiga jari masih ada sampai sekarang. Dikira permanen apa?" ucap Richel kesal.

Richel terus saja mengomel sambil memasukkan pisang goreng ke mulutnya. Benar, mereka berdua sedang berada di kantin.

"Gue sumpahin itu orang kejedot tembok tujuh belas kali! Emosi gue, bisa-bisanya minta bukti kayak gitu. Untung kemarin gue sempet foto."

Richel bertambah kesal saat temannya itu malah tertawa mendengar ucapannya. "Sekar Ayu Tunggadewi, kenapa lo jadi jahat banget malah ngetawain?"

Sekar terus tertawa terbahak. "Nggak gitu Chel, kenapa juga lo nyumpahin Pak Canka kejedot tembok tujuh belas kali? Bisa-bisanya amnesia Pak Canka."

"Bodo amat, kesel banget gue."

Sekar geleng-geleng kepala, dia masih tak menyangka dengan apa yang diceritakan Richel. "Gue bahkan baru tau kalau seorang Pak Canka sedetail itu."

"Gak tau ah. Kesel gue sama dia, gak ngebayangin yang jadi jodohnya nanti gimana?"

Sekar tersenyum penuh arti, sekarang adalah waktu yang tepat untuk menjahili Richel. "Kalau lo yang jadi jodohnya gimana?"

Richel langsung melotot kesal. "Idih, najis. Naudzubillah gue jadi jodoh Pak Canka!"

"Kalian berdua gak denger bel masuk?"

Sekar langsung mendongak, ahh ternyata suara itu milik pria yang baru saja mereka bicarakan. Dengan cepat dia memberi kode ke Richel untuk segera berdiri dan kembali ke kelas. Sial! Richel malah masih bersikap santai tak menghiraukan suara itu. Gadis itu masih makan pisang goreng yang masih ada dua dengan santainya.

Bapak Ngeselin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang