03. Janji?

155 100 96
                                    

Happy Reading!

•••••

Klek!

Pintu kamar terbuka, menampakkan Gallen yang masih mengenakan seragam dinasnya. Richel menoleh ke arah suara.

"Jangan keluar, ada Canka. Kalo keluar pake hijabnya."

Richel menggeleng pelan. "Nggak mau keluar, mau langsung tidur. Bilangin makasih ke Pak Canka."

Gallen mengangguk pelan, dia keluar dari kamar adiknya dan menutup pintu kamar itu kembali. Gallen menuruni tangga dengan cepat dan berjalan menuju ruang tamu. Di sana ada Canka, pria itu terlihat sangat lelah. Canka menyandarkan tubuhnya di sofa dan menutup matanya. Gallen menggelengkan kepalanya, dia berjalan menuju dapur dan membawa minuman serta snack untuk Canka.

"Nih makan," ucap Gallen sambil menyodorkan apa yang dibawanya tadi.

Canka menoleh dan tersenyum senang. "Thanks bro!"

Gallen mengangguk pelan. "Sejak kapan lo ngajar di sekolah tempat adek gue?"

"Tiga bulan lalu. Gue juga baru tau kalo Richel itu adek lo."

Gallen hanya tersenyum tipis. "Gimana Richel?"

"Agak nyolot, gue kemarin adu bacot sama dia," ucap Canka bercerita.

"Nyolot, nyolot! Bapak yang gak jelas, malah ngatain saya nyolot!"

Kedua pria itu terkejut, dengan cepat mereka menoleh ke sumber suara. Richel tampak menuruni tangga, gadis itu menggunakan piyama pandai dengan hijab instan warna hitam.

"Tapi kamu beneran nyolot!" balas Canka tak mau kalah.

"Saya nyolot itu karena Bapak gak jelas. Yakali ada tinta cap tiga jari masih nempel, padahal udah tiga hari!"

"Udah jangan berantem nanti kalo jodoh gimana?" goda Gallen, pria itu tersenyum jahil ke arah Richel.

Richel membulatkan matanya mendengar kata-kata Gallen. "Dih, nggak mungkin jodoh! Gue juga gak mau kalo jodoh sama Pak Canka."

"Yakin?" goda Gallen lagi.

"Apasih? Gak jelas!" Richel memilih meninggalkan ruang tamu dan berjalan menuju dapur.

Sedangkan Canka, tanpa disadari pria itu tersenyum tipis. Perlahan dia menepuk pundak Gallen. "Berarti boleh kalau gue nikah sama adek lo?"

"NGGAK!" tolak Gallen cepat, bagaimanapun dia tidak mau kalau adiknya menikah dengan teman yang seumuran dengan dirinya.

"Katanya nanti jodoh?" Kini giliran Canka yang menggoda Gallen.

Gallen menatap Canka serius. "Ngomong lagi gue tonjok lo!"

•••••

"Heh Rasya piket gak lo!"

Sang surya baru saja terbit tetapi sudah terjadi keributan di kelas Richel. Gadis itu berlari mengejar teman laki-lakinya yang tidak melaksanakan tugas piketnya.

"Nanti pulang aja, Chel," balas Rasya yang masih menghindar dari Richel.

"Gak! Gak ada, piket sekarang! Nanti juga paling lo kabur. Piket atau gue gampar lo pakai sapu?!"

Rasya menelan ludahnya dengan susah payah. Richel menyodorkan sapu di tangannya, dengan cepat Rasya menerima benda itu. Lebih baik dia piket hari ini daripada terkena masalah nantinya.

"Chel, tugas fisika udah?" tanya Sekar yang baru saja datang.

"Hah? Fisika apa? Bukannya kemarin ulangan harian?"

Bapak Ngeselin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang