06. Cemburu?

49 15 98
                                    

Happy Reading!

•••••

"Kemarin malam saya tanya ke kamu, malah ditinggal kabur," ucap Canka pelan, tapi Richel tentu masih mendengarnya.

"Apa?"

"Kamu mau saya buat nyaman?"

Richel melotot mendengar ucapan Canka, dia belum bisa melupakan kejadian semalam dan Canka kembali mengulanginya hari ini. Detak jantungnya kembali berpacu dengan cepat. Dia membeku saat Canka berjalan ke arahnya. Semakin mendekat dan mendekat.

Plak!

•••••

Plak!

Suara pukulan itu terdengar sangat keras. Benar! Richel memukul Canka dengan map buku yang ada di meja sebelahnya. Richel reflek melakukan hal itu saat Canka semakin dekat dengannya.

"Apa?! Pak Canka jangan aneh-aneh ya! Saya tonjok nanti!" Ancam Richel sambil menunjuk Canka.

"Siapa juga yang mau macem-macem, saya mau ambil ponsel di meja belakang kamu!" kesal Canka, sungguh gadis ini benar-benar menguras kesabarannya.

Canka berjalan cepat lalu mengambil ponselnya. Dia membuka dan memainkan ponselnya, setelah itu menunjukkan pada Richel.

"Apa? Maksudnya?" tanya Richel bingung.

"Banyak berita kenakalan remaja, makanya Gallen nitipin kamu ke saya, pulangnya bareng sama saya. Rumah saya sama kamu satu arah."

Richel menggeleng, dia benar-benar menolak hal itu. "Saya gak mungkin terjerumus kenakalan remaja. Terus Pak Canka kerja sampingan jadi tukang ojek saya?"

"Gak perduli kamu nyebut saya tukang ojek. Nanti pulang sama saya. Saya sudah ngomong ke Gallen."

Richel benar-benar kesal sekarang. Keputusan sepihak yang diambil Canka benar-benar membuat dia merasa tertekan. Apalagi Gallen, kenapa kakaknya itu menyetujui begitu saja tanpa bertanya kepada Richel. Hanya karena isu kenakalan remaja, dia harus terjebak kembali ke perjanjian konyol ini.

"PAK CANKA KENAPA NGESELIN BANGET! SAYA ITU GAK MAU DIJAGAIN PAK CANKA, SEKARANG MALAH SAYA HARUS PULANG SAMA PAK CANKA! AKHHH."

Plak!

Lagi-lagi Richel memukul Canka dengan map buku di tangannya. Bukan hanya sekali, tapi sampai berkali-kali Richel memukul Canka sebagai pelampiasan.

"Sakit, Richel." Canka mengeluh, dia berlari menghindari Richel.

Tentu Richel mengejar Canka untuk terus memukul pria itu. Kedua insan itu terus berlarian keliling ruang BK. Richel masih terus berlari mengejar Canka yang terus menghindar dari pukulannya.

"Makanya jangan ngeselin!" ucap Richel kesal.

Tiba-tiba saja Canka berhenti, tentu Richel menabrak Canka sampai sedikit terhuyung ke belakang. Canka tersenyum tipis melihat gadis itu sedikit oleng, dia tidak berani menyentuh Richel sama sekali, meskipun itu hanya tangan Richel.

"Udah, saya capek. Gallen sering lembur, banyak masalah di kantornya. Pokoknya nanti pulang sama saya! Awas kabur, saya aduin ke Gallen."

Lagi-lagi Richel melayangkan pukulannya. "Udah tukang ngadu! Ngeselin! Sok ganteng! Gak je---"

"Saya emang ganteng!" potong Canka dengan cepat.

Richel kembali memukul Canka, dia semakin kesal dengan pria itu. "Kepedean banget jadi orang!"

Bapak Ngeselin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang