Happy Reading!
•••••
"Udah dijemput Chel?"
Richel langsung menoleh ke arah Sekar, dia menggeleng pelan. "Belum, abang gue masih latihan. Mungkin jam lima sore."
"Gue minta maaf ya, nggak bisa nemenin lo. Papa udah jemput."
Richel menepuk pelan pundak Sekar dan tersenyum tipis. "Santai aja, pulang sana."
"Lah, malah ngusir?" tanya Sekar heran.
Richel tertawa pelan, gadis itu kembali membereskan buku-bukunya. Dia bingung harus menunggu kakaknya dimana, jika menunggu di kantin sangat tidak mungkin karena banyak sekali kakak kelasnya yang berkumpul di kantin saat pulang sekolah. Terlebih lagi para laki-laki.
"Nunggu di gerbang aja, siapa tau ada tahu bulat," ucap Sekar seolah tahu apa yang dipikirkan oleh Richel.
Richel mengangguk setuju, tidak ada masalah jika dia menunggu di gerbang. Terlebih lagi di sana aman, karena banyak satpam yang berjaga. Banyak juga dari siswa-siswi yang belum dijemput menunggu di sana.
Kedua gadis itu berjalan meninggalkan ruang kelas dan menuju ke arah gerbang sekolah. Benar, Papah Sekar sudah menunggu di sana. Sekar menepuk pelan pundak Richel sebagai tanda pamit untuk pulang.
"Hati-hati, bilangin ke Om Hendra. Jangan lupa ngebut!" balas Richel sambil tertawa pelan.
Sekar geleng-geleng kepala, bagaimana bisa dia mendapatkan teman seperti Richel ini. Gadis itu sangat random, tidak ada yang bisa menebak kelakuannya.
"Sinting!"
•••••
Richel terus menoleh ke kanan dan kiri. Sudah pukul lima lebih tetapi kakak laki-lakinya masih belum menjemputnya. Hari sudah semakin sore, bahkan adzan sudah hampir berkumandang. Sesekali Richel melirik ke arah jam tangannya.
"Bang Gallen kemana sih? Udah mau setengah enam." Richel berdecak kesal.
Gadis itu mengeluarkan ponselnya lalu menelepon kakak laki-lakinya. Dering sambungan telepon terdengar berulang, tetapi tidak ada jawaban dari sembrang sana.
"Ck, malah mati. Gue pulangnya gimana?" Gadis itu berdecak lagi, ponselnya mati karena kehabisan baterai.
Richel benar-benar bingung saat ini, bagaimana cara dia pulang? Untuk memesan ojek online saja tidak bisa, jika jalan kaki itu sangat tidak mungkin. Jarak antara rumah dan sekolah melebihi lima kilometer. Ingin rasanya dia memaki-maki kakak laki-lakinya itu.
Tin!
"Anjing! Apaan si--" Gadis itu menoleh ke belakang, sial! Pelakunya adalah guru BK itu. Richel menelan ludahnya panik, bagaimana bisa dia mengumpat sekencang tadi?
Canka memajukan motornya mendekati anak didiknya itu. "Kamu kenapa belum pulang? Sekolah habis ini tutup, yang ekskul sudah hampir pulang semua."
"Nungguin dijemput, Pak."
Canka menghela napasnya, dia menoleh ke kanan dan kiri. Sudah sangat sepi, bahaya jika dia meninggalkan gadis kecil itu sendirian. Sepertinya dia akan pulang lebih lambat karena gadis itu.
"Yaudah saya tungguin."
Richel langsung menoleh karena terkejut, apakah yang diucapkan oleh pria di depannya ini sungguh-sungguh? Richel langsung menggelengkan kepala. "Nggak usah, bapak pulang aja gak papa."
"Terus kalo kamu kenapa-kenapa bisa-bisa saya yang kena. Nggak, saya tungguin kamu sampai dijemput."
"Dih, bapak ngebayangin saya kenapa-kenapa? Jahat banget jadi orang. Bapak masih dendam masalah di kelas tadi?" tuduh Richel cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bapak Ngeselin!
RomanceKalian pernah membayangkan kalau kalian berjodoh dengan guru BK yang super duper ngeselin? Kalau tidak artinya kalian sama seperti Richella Nafhesa Atmanegara. Berawal dari benci tumbuh menjadi cinta, dan dia berharap bisa menyatu dengan guru BK itu...