01

10K 590 12
                                    

"Udaranya sedikit dingin. Gunakan pakaian yang agak hangat. Akhir-akhir ini juga hujan deras. Jangan lupa bawa payung di dalam mobilmu."

Eris memutar gelas winenya, menatap layar monitor di kamarnya yang menyala. Ia ditemani seorang pria tinggi, bertubuh atletis dan memasang wajah serius. Usianya sedikit lebih tua darinya, tetapi dari gestur dan tingkah lakunya, ia menunjukkan sikap penuh hormat pada Eris. Masih dalam balutan setelan jasnya, ia menunggu instruksi dari sang atasan dengan sabar. Pria itu melirik Eris yang sedang bicara di telepon dengan tatapan sinis.

"Sayang, jangan khawatir! Aku akan segera kembali dan membawakan buah tangan untukmu."

Eris tersenyum sinis, membalas tatapan pria yang masih berdiri di sebelahnya. "Tentu saja."

"Kalau begitu, aku akan menutup teleponnya dahulu. Kamu istirahatlah Sayang. Aku mencintaimu."

Telepon ditutup secara sepihak oleh Eris tanpa membalas ucapannya. Ia mendengkus geli, memutar gelas wine di tangannya dan meneguknya perlahan. Ia lalu tertawa geli, menatap layar monitornya yang menampilkan adegan seorang pria yang sedang mencium seorang perempuan berambut panjang yang disemir warna cokelat terang. Sehelai demi sehelai pakaian yang mereka kenakan mulai tanggal, lalu keduanya mulai saling mencumbu satu sama lain.

"Hidden camera ini bisa merekam suara juga?"

"Benar, Nona," jawab pria yang sedari tadi diam. Ia melirik layar monitor, mengerutkan kening dengan jijik dan merasa marah. "Haruskah kita meledakkan kamar yang mereka gunakan?"

"Haruskah?" balas Eris dengan nada suara ringan, terkesan bermain-main. Ia menyeringai, lalu tertawa lagi. Tawanya terdengar jahat, seperti penyihir jahat dalam kisah sleeping beauty. Lalu beberapa saat kemudian, Eris berhenti tertawa. Ia meneguk habis sisa wine di gelasnya dan melirik pria di sebelahnya.

"Balor," panggil Eris dengan nada dingin.

"Iya, Nona." Pria itu membungkuk, seperti seorang ksatria seorang ratu yang siap berperang. Tentu saja ia tahu jika Eris memanggilnya dengan nada dingin dan dalam situasi seperti ini, ada sesuatu yang kotor dan jahat yang akan ia lakukan.

"Periksa latar belakang perempuan yang berselingkuh dengan Logan," perintah Eris datar.

Balor mengerjap. Hanya memeriksa? "Itu saja, Nona?"

"Tidak," jawab Eris sambil tertawa. "Pastikan kau melakukan sesuatu pada rem mobil Logan. Oh, jangan sampai ia mati. Aku ingin kakinya patah dan rusuknya remuk." Eris mematikan layar monitornya yang kini menampilkan adegan di mana pria yang merupakan tunangannya, Logan dan perempuan tadi sudah sibuk dengan diri mereka masing-masing. "Mereka kelihatan seperti binatang."

"Bagaimana dengan perempuan itu, Nona?" tanya Balor mencoba terdengar tenang.

Eris memutar kursinya, mengistirahatkan lengannya di meja dan mengetuk-ngetuk permukaannya dengan jari. Eris tidak menjawab selama beberapa saat, tetapi Balor tahu jika atasannya itu sedang merencanakan sesuatu. "Cukup periksa latar belakangnya secara rinci. Ia akan mendapat bagian terbaik dariku," kata Eris setelahnya.

Ya, tentu saja gundik sialan itu akan menerima bagian terbaiknya. Pasalnya, ialah yang memulai semua ini, Eris sudah lama tahu jika Logan berselingkuh, tetapi ia memutuskan untuk menutup mata dan berpura-pura tidak tahu. Namun, gundik itu malah mengirimkan foto setengah telanjangnya bersama dengan Logan yang tertidur di sebelahnya kepada Eris.

"Aku berniat menikahi Logan karena ia cukup penurut dan aku mungkin bisa menguasai perusahaannya." Eris mendengkus lagi. "Kuberikan jalan yang baik, tetapi sepertinya ia lebih suka menjadi miskin."

Prettiest EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang