Hasrat [1/2]

1K 67 44
                                    

Suara deburan ombak perlahan membuat kelopak mata Julian membuka. Sesekali ia bergerak mencari seseorang yang berbaring disampingnya, namun hasilnya nihil. Dengan mata setengah mengantuk, ia terbangun demi mencarinya. Mengabaikan selimutnya yang tersingkap memperlihatkan tubuhnya yang tak berbusana. Terdapat banyak kissmark di bahu dan dadanya terutama bagian tengkuknya.

Dia sudah pergi, batinnya perlahan sesaat nyawanya telah terkumpul. Julian sepenuhnya terbangun dan matanya terbuka lebar.

Samar-samar ia bisa mencium harum makanan disampingnya. Hal itu membuat kepalanya mengikuti insting demi mengisi perutnya. Di nakas sisi ranjangnya, terdapat makanan dan juga segelas susu yang dibungkus rapat menggunakan plastik agar suhu panasnya tetap terjaga. Julian mengambil sticky note yang menempel disana dan membacanya.

Maaf, aku berangkat tanpa membangunkanmu. Aku tidak sanggup melakukannya, wajah tidurmu sangat lucu. ^^

Aku sudah membuatkanmu sarapan. Jangan lupa makan ya

-X

Julian menghela nafasnya, ia mengusap wajahnya dengan perasaan gelisah setelah membacanya.

Meskipun hubungan mereka telah berlangsung dua tahun lamanya, Xavier tetap memerlakukannya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Tidak hanya dalam berinteraksi, tapi juga dalam urusan ranjang.

Jangan salah paham. Bukan berarti dia bosan akan curahan kasih sayang dari Xavier.

Hanya saja dia ingin merasakan Xavier memerlakukannya sedikit berbeda.

Tapi, tidak mungkin kan Julian mengatakannya seterus terang itu? Pasti Xavier langsung merasa khawatir dan berpikir kalau dirinya sedang ada masalah.

×××

"Apa yang kamu inginkan dari pasanganmu kalau hari ini merupakan hari spesial hubungan kalian?"

"Diberi kasih sayang!" seru Yin dengan antusias.

"Minta pisau baru?" gumam Gusion ragu.

"Putus." jawab Ling yang dihadiahi pelototan dari Zilong disampingnya.

"Ayaang!!" rengeknya karena Ling sedang pundung.

"Ditransfer duit." lanjut Valir dengan cuek. Mengabaikan drama pasangan di sampingnya yang bukan hal baru lagi.

"Dikasarin."

Jawaban terakhir menuai perhatian para laki-laki tampan yang berada di satu meja kantin. Beberapa dari mereka merasa syok, Ling dan Zilong pun sampai tidak jadi bertengkar karena mendengar jawaban tersebut.

Alucard yang melemparkan pertanyaan di awal pembicaraan sontak berdeham sebelum melanjutkan. "Ok. Karena aku mendengar jawaban kalian sangat beragam. Kayaknya ini udah cukup."

Setelah itu, Alucard berlalu menyisakan lima lelaki di kantin. Gusion mulai bersuara, keningnya berkerut tak mengerti.

"Emang buat apaan sih?"

"Dia cuman minta pendapat." gumam Zilong seraya berpikir sejenak. "Mungkin buat pacarnya."

Beruntung suasana di kantin kampus cukup ramai sehingga perkataan Julian tidak terdengar siapapun. Yin mendekat kearahnya cukup hati-hati.

"Heh, yan! Maksudnya apa mau dikasarin?" tanya Yin dengan raut muka horor. "Kamu mau adu mekanik sama Xavier?"

"Bukan itu." Julian merasa resah menjawabnya. Dia sendiri pun sulit menjelaskan ini pada Yin.

"Orang mah pacaran demennya dilembutin, diberi kasih sayang. Ini anak pacaran malah demennya baku hantam." cerocos Zilong sambil menggeleng-geleng tidak habis pikir.

Warna [Xavilian Oneshots]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang