Night 2: Clues

65 11 64
                                    

"Aku nggak tahu harus ngerasa seneng atau greget."

Nico tertawa kikuk dan menutup pintu di belakangnya. Sosok Mafu yang melipat tangan di depan dada melayang mengikuti sang reporter, wajah kesal namun di saat bersamaan terkejut karena ia kembali.

"...Boleh masuk, 'kan?"

"Ya, ya, terserah. Aku mau tidur."

"Hantu bisa tidur?"

"Daripada ngelihat kamu mulu, mending aku nutup mata dan tidur."

Ups. Mafu sepertinya masih dendam dengan Nico yang terlalu kepoan kemarin. Tapi kekepoan Nico berbuah manis, 'kan? Mungkin, dengan bantuan Amatsuki, mereka akan dapat membawa pulang tubuh Mafu dan memberikannya pemakaman yang layak. Namun sebelum itu, Nico ingin mengetahui motif Soraru melakukan semua ini.

Apakah ini akibat dendam berkedok cinta?

Sebenarnya, Nico agak mencurigai gelagat Amatsuki. Dia tidak percaya si surai cokelat mendapatkan semua informasi tentang Soraru itu dengan mudahnya. Intinya, dia sama sekali tidak bisa mempercayai siapa pun saat ini. Bahkan dirinya sendiri.

Malam ini, boneka itu masih berada di tempat yang sama— duduk di sofa, pandangan sayu menatap lilin di meja. Nico ingin menginspeksinya kembali, akan tetapi satu "Dasar mesum!" dari Mafu mengurungkan niatnya.

Mafu sendiri tiduran di sisi sofa yang lain. Kucingnya pun melingkar di pelukannya. Sekilas, Nico berpikir. Ini adalah orang yang sama dengan yang diceritakan semua orang. Hanya ia sendiri yang dapat melihatnya sekarang. Jika bisa, ingin rasanya ia memberikan kemampuan ini kepada orang lain. Orang lain yang betul-betul merindukannya. Seperti....

"Amatsuki."

Mafu sontak membuka mata. "Ka— kamu tahu namanya dari mana?!"

Nico tersenyum tipis. Memang ya, hubungan teman lama itu tak bisa terputus. "Bertahun-tahun lamanya, dia mencarimu. Dia meminta bantuanku mengusut kembali kasus ini."

Mendengar itu, Mafu bangun dari tidurnya. Ia mengerutkan kening. "Aku... aku belum bisa ingat seluruhnya." Mafu menyatukan kedua tangan dan membawanya ke tempat jantungnya berada. "Tapi, yang pasti, aku menyayangi Amatsuki."

"Ama-chan."

"...Ya. Aku ingat. Ama-chan... dulu pernah ke sini."

"Hah?!"

Perasaan di hati Nico makin awut-awutan. Amatsuki pernah ke sini?

"Kapan?"

"Udah lama, tapi setelah aku mati. Dulu aku ngintip dari jendela. Amatsu— Ama-chan dan Soraru-san kayak cekcok gitu. Saling adu mulut. Sampai akhirnya Ama-chan pergi sambil nangis." Mafu mengangkat bahu. "Aku nggak tahu apa yang mereka bicarain, sih. Tapi mungkin tentang aku."

Nico bingung. Kalau gitu, apa Amatsuki tahu kalau Mafu sudah mati? Atau mungkin skenario lain, sesuai yang Amatsuki percaya?

Mungkin Amatsuki datang untuk menjemput Mafu. Akan tetapi, Soraru tidak mau membebaskan Mafu dari belenggunya, atas dasar 'cinta'. Lalu, karena diancam, Amatsuki pun akhirnya pasrah, menangis, lalu pergi.

...Entah kenapa, rasanya masih ada yang aneh.

"Mafu," panggil Nico, membuat si hantu mengangkat alis, "biarkan aku ke lantai dua."

"Ya silahkan—"

"Maksudnya, lantai dua memorimu. Kumohon. Kami perlu mengetahui kebenarannya. Kamu juga ingin tahu, bukan?"

Mafu membisu sejenak. Ia mengelus kucingnya, membuahkan eongan dari makhluk berbulu itu. Rasanya seperti mereka tengah berkomunikasi. Nico menunggu keputusan darinya dengan keringat menuruni pelipis.

087 InvestigationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang