11. Believe Me

421 60 9
                                    

Di meja makan berkapasitas empat orang itu Soobin menyorot Yeonjun dan senyumannya yang enggan luntur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di meja makan berkapasitas empat orang itu Soobin menyorot Yeonjun dan senyumannya yang enggan luntur. Tatapan Soobin begitu lekat dan dalam, membuat Yeonjun merasa kurang nyaman. Kedua mata sayu itu membingkai Yeonjun dengan utuh, seakan ingin menelanjangi tubuhnya dalam sekali kejapan. Tetapi tidak ada kemarahan atau pun dominasi yang kuat di dalamnya. Soobin hanya menatapnya secara alami, begitu saja tanpa dibuat-buat. Dan justru dengan begitulah Yeonjun menjadi kesulitan menebak apa yang tengah bernaung di dalam kepala pria berlesung pipit itu.

"Wae? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Yeonjun sambil berusaha mengantisipasi rasa canggungnya.

Beberapa saat, hening mengusai atmosfer yang semakin membuat napas Yeonjun memberat. Sampai Soobin bersedia membuka suaranya.

"Aku tidak percaya bahwa aku sudah melamarmu."

Senyuman Yeonjun menghilang. Agak kesal mendengarnya.

"Kau benar-benar menyebalkan! Apa kau tahu itu? Jadi kau pikir aku menipumu?" Yeonjun mencampakkan sendok ke atas piring hingga berbunyi nyaring.

Soobin menggeleng. "Tidak. Aku tidak mungkin melakukannya. Jika aku berniat menikahimu maka sudah dari dulu akan kulakukan."

Rahang Yeonjun nyaris terjatuh mendengar pengakuan Soobin.

"Lalu untuk apa kau mengejarku selama ini? Jangan katakan semua ini hanya untuk bersenang-senang dan semacamnya, Choi Soobin. Kau membuatku terluka."

Soobin berdecak. Ingin sekali ia pukul keras-keras kepalanya yang berdenyut pusing karena gagal merangkai kalimat yang enak didengar. Sayangnya, Yeonjun terlanjur marah. Ia beranjak dari kursi, hendak pergi. Tetapi Soobin mencengkeram lengannya.

"Apa lagi?"

"Biar kujelaskan."

Lirikan mata Yeonjun begitu tajam. Bibirnya cemberut kesal. Dihempasnya tangan Soobin keras-keras sebelum ia melangkah cepat menuju kamar dan mengunci pintunya dari dalam.

Soobin pun tak tinggal diam. Ia mengejar Yeonjun, namun sayang ia kalah cepat dari lelaki cantik itu.

"Hyung, buka pintunya."

"Aku membencimu! Kau menyebalkan!" teriak Yeonjun dari dalam.

Soobin menghela napas lelah. Menempelkan dahinya di daun pintu. Sesekali membenturkannya pelan.

"Sebenarnya apa yang terjadi semalam?" ia frustrasi.

Sementara itu di dalam kamar, Yeonjun mengusak rambutnya. Melempar tubuhnya ke atas ranjang.

"Sebenarnya di mana dia menyimpan ponselku? Ini hanya penthouse, bukan gedung Black Rabbit, tapi kenapa susah sekali menemukannya? Dan kenapa ponsel miliknya harus menggunakan retina untuk membuka kunci? Aku bisa gila jika terlalu lama di sini bersamanya. Tuhan, please... Biarkan aku berpisah darinya."

Domine || Soojun BXBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang