Lisa sekali lagi mengulangi apa yang telah di ajarkan oleh guru musiknya.
Ketika dia bergabung dengan klub musik dengan tujuan untuk belajar bermain gitar, ia berpikir akan belajar dasar-dasarnya dengan cepat dan setelah itu ia bisa memainkan sebuah lagu dengan mudah.
Namun sekarang, jari-jari panjangnya terasa canggung saat menekan senar sehingga membuat nada-nada yang keluar tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Namun Lisa tidak menyadari kesalahannya, karena perhatiannya pada gitar telah teralihkan sejak dia melihat seorang wanita yang sedang benar-benar tenggelam dalam Piano yang dia mainkan.
Lisa menyukai kecepatan jari yang dimainkan wanita itu. Lisa menyukai cara anggun rambutnya yang bergerak saat wanita itu menggelengkan kepalanya.
Wanita itu adalah Kim Jennie.
Cantik, cerdas dan brilian.
Lisa merasa saat melihat Jennie sama seperti melihat matahari.
Ketika penampilannya berakhir, Lisa baru menyadari bahwa sedari tadi ia telah berhenti bermain gitar karena terlalu asyik melihat Jennie.
Lisa merasa malu pada dirinya sendiri karena tidak bisa belajar dengan benar, sementara Jennie tampaknya dengan sangat mudah mendominasi instrumen yang ia mainkan.
Lisa sangat iri padanya, tetapi di atas semua itu, ia sangat mengagumi Jennie.
Lisa bertanya-tanya apakah suatu hari ia bisa menjadi seperti Jennie.
Ketika wanita bermarga Kim mendongak untuk melihat bagaimana teman-teman sekelasnya yang lain bermain, mata coklatnya segera bertemu dengan mata hazel Lisa.
Jennie yakin pipinya memerah saat pemilik mata hazel itu tersenyum manis padanya.
Kemudian pemilik mata hazel memainkan gitarnya lagi, tapi kali ini dengan lebih bersemangat, karena ia ingin menunjukkan kepada Jennie bahwa ia juga telah berkembang.
Lisa harap suatu hari nanti ia bisa berada di level yang sama dengan Jennie sehingga mereka bisa bermain bersama.
Ada rona merah juga di wajah Lisa akibat mata coklat yang tak berhenti menatapnya.
Rasanya luar biasa.
Lisa bahkan lebih mampu mendengar detak jantungnya sendiri daripada nada yang keluar dari gitarnya.
Jennie melihatnya,
Ya Tuhan,
Jennie melihatnya.
Berada di bawah tatapannya terasa sangat menyenangkan.
Rasanya Lisa seperti es krim yang meleleh di bawah sinar matahari.
Kemudian minggu-minggu berlalu dengan cepat. Setiap malam di waktu tidur, Lisa merindukan agar matahari segera bersinar tinggi di langit karena itu berarti ia akan bertemu Jennie di kelas musik.
Lisa selalu senang berada disana. Dengan Jennie yang tersenyum cerah, dan mata yang berkerut dengan cara yang sangat manis sehingga membuat Lisa lupa bagaimana cara bernapas.
Pemilik mata hazel tidak tahu sedikitpun bahwa bagi Jennie, ia juga mirip dengan matahari, karena setiap hari Lisa tidak berhenti bersinar lebih dari siapapun di dunia ini sejak Jennie bertemu dengannya.
Akhirnya tibalah saat dimana Lisa sudah bisa memainkan lagu dengan lancar tanpa melewatkan nada-nadanya.
Lisa akhirnya bangga pada dirinya sendiri dan ia berharap Jennie juga bangga padanya.
Sayangnya, pada hari Lisa bermaksud untuk menunjukkan apa yang sudah ia pelajari, Jennie tidak muncul di klub dan itu adalah pertama kalinya bagi wanita Kim tidak hadir.
Lisa baru tahu betapa terbiasanya ia dengan kehadiran Jennie sampai-sampai ia sangat membutuhkan keberadaannya.
Lisa merindukannya.
Ia sangat ingin melihatnya.
Lisa menyukai Jennie lebih dari yang ia bayangkan.
Itu sebabnya setelah menyelesaikan kelas musik, Lisa tersenyum penuh kegembiraan ketika ia melihat Jennie di pintu keluar, yang tampaknya sedang menunggu sesuatu.
Dan Lisa sangat terkejut ketika si mata coklat mendekatinya.
Karena ya, Jennie sedang menunggu seseorang, dan seseorang itu adalah Lisa.
"Kenapa hari ini tidak ikut kelas?" Lisa bertanya sambil berjalan menuju bangku taman sehingga mereka bisa mengobrol dengan tenang.
"Aku harus mengerjakan tugas, teman sekelasku bersikeras untuk melakukannya sepulang sekolah. Jadi aku tidak punya pilihan selain melewatkan kelas musik." desahnya dengan penyesalan karena Jennie merasa bersalah.
Namun, senyuman manis seketika muncul di bibirnya saat ia bertemu dengan mata Lisa yang menatapnya dengan penuh perhatian.
"Aku hari ini merasa aneh karena tidak melihatmu, jadi aku datang untuk menunggumu," Jennie mengakui itu dengan pipi yang perlahan berubah menjadi merah muda lembut.
Mata Lisa bersinar pada kata-kata itu. Ia benar-benar senang karena Jennie merasakan apa yang Lisa rasakan.
Mataharinya kini bersinar lebih terang, memberikan kehangatan yang luar biasa.
Lisa juga ingin menyampaikan semua yang ia rasakan padanya.
Tanpa mengatakan apapun, Lisa kemudian mengeluarkan gitar dari kotaknya. Ia menempatkan gitar di pangkuannya di depan tatapan penasaran Jennie.
Lisa tersenyum sebelum berkata, "Tolong dengarkan ini," lalu ia bermain untuk Jennie dengan lebih banyak gairah dan cinta yang belum pernah dia tunjukkan kepada siapapun.
Lagunya sempurna,
Tanpa kesalahan sedikitpun.
Mata Jennie menatap dengan takjub pada kemajuan besar dan buah dari usaha Lisa yang dilakukan terus-menerus.
Ketika lagu berakhir, mereka berdua terdiam.
Jennie terlalu terkejut untuk bisa berkata apa-apa.
Sementara Lisa merasa jantungnya berdebar dengan kencang di bawah tatapan Jennie.
Seolah itu belum cukup, Jennie meraih tangannya dan Lisa berharap ia tidak pingsan.
"Kamu sudah belajar dengan keras," katanya dengan pelan sambil menatap lembut pada jari-jari Lisa yang sedikit terluka akibat latihan kerasnya.
Jennie kemudian membawa tangan Lisa ke bibirnya untuk menciumnya dengan penuh kasih sayang.
Lisa bersumpah pada saat itu ia akan mati.
Ia akan mati dengan sangat bahagia.
"Jennie..." Bisik Lisa yang malu melihat tatapan intens Jennie yang masih belum melepaskan tangannya dari bibir Lisa.
Dan ketika Jennie akhirnya melepaskan tangan Lisa dari bibirnya, ia mencondongkan tubuh untuk menutup jarak di antara mereka.
Kali ini bukan kulit yang disentuhnya, tetapi bibirnya menyentuh bibir penuh Lisa.
Lalu tangan hangat Jennie dengan hati-hati mengambil wajah Lisa sementara bibirnya dengan lembut bergerak di bibir Lisa untuk membawanya ke surga mereka sendiri.
Lisa sekali lagi merasa seperti akan meleleh karena mataharinya menyentuhnya dengan tangan dan dengan bibirnya, dan rasanya luar biasa.
"Aku menyukaimu," hari itu Jennie berbisik malu-malu di bibir Lisa.
"Aku juga menyukaimu," Lisa menjawab dengan cara yang sama, dan ia merasa lebih berani untuk sekali lagi menciumnya.
Saat itu, hati Lisa berdoa agar momen ini berlangsung seumur hidup, sementara hati Jennie berkata bahwa cinta mereka pasti akan bertahan sampai pada waktunya.
Mereka masih terlalu muda untuk memahami bahwa perasaan dapat berubah bahkan jika itu tidak ada dalam rencana mereka.
🙂

KAMU SEDANG MEMBACA
HURT (GXG)
Cerita PendekLisa dan Jennie sama-sama saling jatuh cinta. Namun, meskipun keduanya mampu menjanjikan langit dan bintang untuk satu sama lain, kenyataannya janji seperti "aku akan selalu" itu tidak selamanya ada. Pada akhirnya, setulus apapun perasaan. Tidak...