Bagian 5

611 79 14
                                    

"Sederhana aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sederhana aja. Cukup lakukan seperti biasa, dan kamu akan
segera terbiasa."

◍✧◍

Gentala tidak pernah merasa selelah ini sebelumnya. Padahal dia sudah tidur dengan waktu yang sangat cukup, tapi kenapa matanya berat sekali untuk dibuka? Menyebalkan. Seandainya saja Gentala tidak ingat kalau dirinya mempunyai kewajiban sebagai seorang pelajar, Gentala tidak akan mau bangun pagi-pagi buta dan bersentuhan dengan air yang membuat kulitnya terasa membeku. Lebih baik tidur saja. Menikmati mimpi yang terasa lebih menyenangkan daripada realita.

Cowok itu kemudian menghela napas kasar ketika alarm yang sudah dimatikannya untuk kesekian kalinya kembali berbunyi nyaring. Mengusik mimpinya yang baru saja akan kembali menyapa. Dia mengusap wajah sebelum kembali mematikan alarm tersebut. Niatnya ingin tidur lima menit lagi. Tapi ketika netranya tidak sengaja melirik jam yang terpajang di dinding kamar, sontak cowok itu menegakkan tubuhnya. Pukul enam lewat empat puluh menit. Itu artinya dirinya akan benar-benar terlambat kalau tidak bersiap-siap dari sekarang. Mengingat perjalanan menuju sekolah memakan waktu yang cukup lama. Hampir tiga puluh menit. Itu pun kalau tidak terjebak macet. Kalau terjebak macet, jam berapa Gentala akan sampai di sekolah? Sedangkan sekolah dimulai pukul tujuh lewat dua puluh menit.

Tanpa membuang waktu lama, Gentala segera berlari tunggang langgang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia bahkan mengabaikan si Oyen yang mengeong keras karena terlempar dari selimut yang dirinya buang secara asal.

Gentala terlalu panik.

"Maaf, Yen! Gue udah telat!" Pekiknya berlari rusuh ke kamar mandi.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya Gentala bertegur sapa dengan yang namanya terlambat.  Kalau teman-teman setannya tahu ini, sudah pasti mereka akan mentertawakan dirinya sembari berteriak heboh. Atau paling parah, mereka mungkin akan menggelar acara syukuran tujuh hari tujuh malam karena melihat pemandangan langka ini.

Gentala yang terkenal rajin dan selalu menjadi kebanggaan para guru karena sikapnya yang disiplin akhirnya terkontaminasi setan malas yang bersemayam di benak setiap siswa. Siapa yang tidak akan heboh?

Baiklah, lupakan sejenak tentang bagaimana reaksi menyebalkan kedua sahabatnya nanti. Sekarang Gentala sedang merutuk. Kaos kaki yang seharusnya dirinya kenakan hari ini hilang entah kemana. Biasanya juga selalu ada. Tapi kenapa sekarang disaat dirinya sedang terburu-buru begini semua malah seperti hilang di telan bumi?

Mengabaikan semua itu, Gentala memilih menggunakan kaos kaki yang dirinya pakai dari seminggu yang lalu. Masa bodo dengan baunya yang sudah tidak sedap karena lupa dimasukkan ke keranjang cucian hingga berhari-hari tidak di cuci. Gentala sudah benar-benar terlambat sekarang.

Cowok itu segera meraih tasnya yang tergantung di samping meja belajar sebelum memutuskan untuk keluar dari kamar.

Tapi sebelum dia benar-benar meninggalkan kamarnya, Gentala menatap sejenak kucing oranye yang sedari tadi memperhatikan kerusuhannya. Kalau kucing itu bisa bicara, dia mungkin sudah menyumpah-serapahi Gentala karena pagi-pagi buta sudah membuat kepalanya terantuk lemari baju.

Gentala Senja..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang