Bagian 6

514 57 27
                                    

"Kita punya cerita, tapi dunia punya rahasia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita punya cerita, tapi dunia punya rahasia."

◍✧◍

"Hari ini katanya bakal ada anak baru."

"Iyakah?"

"Hoh."

"Cewek cowok?"

"Transgender."

"Si as*u!"

Sebelum tangan Atlasena yang sudah melayang di udara mendarat dengan mulus di belakang kepalanya, Samudra sudah lebih dulu mengamankan diri di belakang tubuh Gentala yang tengah asik bercengkrama dengan tembok---Oke. Samudra tidak tahu kalau yang sebenarnya terjadi adalah Gentala sedang memperhatikan semut yang sedang berbaris rapi di sana --- tapi dia tidak peduli karena menurutnya, melindungi diri dari tangan seringan kapas milik Atlasena adalah jauh lebih penting.

"Eits, jangan pukul-pukul kepala lagi. Lo nggak tahu kalo tindakan lo itu bisa bikin gue mengalami gegar otak?"

Atlasena mendengus jengah. "Gue bakal berterimakasih sama Tuhan karena udah ngasih gue tangan yang bisa bikin lo mengalami gegar otak di kepala lo yang sebenarnya udah nggak ada otaknya itu," cemohnya pedas. Dia kesal. Aksara Samudra adalah satu dari sekian banyaknya orang yang ingin Atlasena tenggelamkan ke dalam palung Mariana karena tingkahnya yang kelewat sering membuat dirinya naik pitam.

"Sadis." Samudra mencebik, namun tak urung juga senyum jahil tersungging manis di kedua sudut bibirnya membuat Atlasena memicing tajam. Kali ini apalagi yang akan cowok itu katakan untuk memancing emosinya?

"Lo tahu nggak?"

" ... "

"Lo tuh, nggak cocok marah-marah ---" Samudra menjeda sejenak kalimatnya. "--- soalnya kalo lo marah-marah, tuanya jadi makin kelihatan."

Baiklah. Kali ini Atlasena tidak akan memberikan toleransi lagi. Dia akan benar-benar membuat dahi Samudra benjol dengan kotak pensil di tangannya kalau saja Gentala tidak turun tangan untuk menghentikan niatnya.

"Kalian berdua tuh, ya, haduh," kata Gentala akhirnya lelah melihat kelakuan dua temannya yang tidak pernah akur. Dia yang tadi sibuk menghitung jumlah semut yang berbaris rapi di dinding harus rela menghentikan aksinya karena keributan yang diciptakan dua makhluk astral di sampingnya ini. "Sehari aja kalian akur bisa nggak, sih?" Lanjutnya lagi dengan perasaan dongkol. Benar-benar. Harus bagaimana lagi Gentala menasehati mereka? Lihat, gara-gara keributan mereka, semut-semut yang tadi berjejer rapi di tembok jadi berhamburan entah kemana. Dia menatap dua makhluk di hadapannya kesal ketika mereka malah asyik saling melempar tatapan tajam. Sama sekali menghiraukan Gentala yang terus misuh-misuh.

"Gue doain tuh mata lepas dari tempatnya mampus," seloroh Gentala lagi mengundang dengusan Sena.

Cowok itu menatap Samudra garang saat melihat bagaimana Samudra meleletkan lidah meledek dirinya. Rasanya Atlasena benar-benar ingin mencincang tubuh sahabatnya itu menjadi beberapa bagian untuk kemudian dirinya berikan pada singa peliharaan kakeknya yang berada di Bandung.

Gentala Senja..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang