Di satu ruangan kerja yang luas, bernuansa cat hitam dan abu-abu, sangat gelap itu terdapat seorang pria yang sedang berkutat dengan laptopnya di meja kerja.
Sambil duduk di kursi putar, di temani oleh secangkir kopi hangat di sebelah laptop.
Ruangan itu terlihat sunyi, tidak banyak terdapat jendela, hanya ada satu, itupun besar, dan di tutup oleh tirai.
Tok
Tok
Tok
"Masuk."
Satu laki-laki masuk kedalam ruangan itu, dia membungkuk sopan dahulu.
Pria yang sedang berkutat dengan laptopnya itu mengalihkan pandangan menatap siapa yang datang.
"Ada perlu apa?"
"Di bawah, banyak sekali reporter yang ingin menemui anda."
Dahi pria itu mengkerut,"ada perlu apa? Saya tidak memanggil mereka."
"T-tapi ada yang bilang kalau—'Ting
Ting
Ting
Handphone milik sang pemilik ruangan itu berdering, ada banyak pesan masuk.
Shandy Maulana Grady adalah pria yang bejat, dia sering melakukan seks bebas oleh para wanita sewaktu dia SMA.
[Seks bebas merupakan kebiasaan melakukan seksual secara bebas dilakukan oleh mereka yang menentang atau merasa enggan jika diri mereka terikat dalam suatu pernikahan yang suci.]
Pupil mata itu melotot tak percaya,"sialan, siapa yang menyebar berita ini brengsek."
"Ternyata pak shandy tidak sebaik yang ku bayangkan."
"Aku jadi merasa kasihan oleh wanita-wanita yang sudah di ajak berhubungan intim itu, apa mereka hamil."
"Memang pria tidak bertanggung jawab, tidak cocok menjadi penerus keluarga Grady."
"Bagaimana kalau pak Grady mendengar berita ini.""Shandy pria bejat."
"Shandy tidak memiliki hati.'
"Arrrghh!" Dia mengacak rambutnya frustasi.
Prang!
Handphone milik pria itu terjatuh di lantai dan pecah seketika, layar handphone itu hitam.
Shandy Maulana Grady, pria yang sudah berumur 26 tahun, laki-laki tampan blasteran Indonesia-Belanda yang dititipkan satu perusahaan di Indonesia oleh papahnya.
Husein Grady papahnya yang tinggal di Belanda, papahnya tidak pernah ke Indonesia untuk menemui anaknya, sekalipun mengecek keadaan-keadaan perusahan-perusahaan yang ada di Indonesia.
Semua milik pak Grady, yang ada di Indonesia di pegang oleh Shandy.
Anak semata wayangnya.
Laki-laki yang masih berdiri di ambang pintu itu terpenjat kaget,"s-saya."
"Usir mereka, saya tidak ingin menemui tikus-tikus sok tau itu."
"T-tapi pak, kalau di biarkan saja
masalahnya akan--"
"Saya bilang apa?! Usir ya usir! Pergi!" Laki-laki itu mengangguk kaku,"b-baik."
Shandy membanting punggungnya di kursi, memijat pelipisnya,"bangsat, siapa yang membocorkan rahasia ini!"
Shandy berdiri dari duduknya, melangkah mendekati jendela, membuka tirai itu sedikit, melihat bagaimana dari atas terlihat banyak sekali wartawan di bawah.
Sampai ada yang ingin menerobos masuk, tapi ada satu wartawan yang mendongak lalu menatap Shandy.
Shandy langsung menutup kembali tirai itu, dia mengambil laptopnya mengetik sesuatu disana.
Shandy mengambil telepon rumah bewarna putih, memencet nomor-nomor itu lalu menelpon seseorang.
"...... ""Berita itu? Lu tau kan?"
"...... "
"Siapa?! Jawab gua?!"
"......"
"Gua tunggu lu nanti malem."
PIP*
Sambungan telepon di putus olehnya.
Shandy mengusap wajah nya,"Siapa yang nyebar, liat aja."
"Lu gak bisa kabur dari gua." Gumamnya sambil menyeringai tipis.
Next orang stopp
Jangan lupa vote dan komentar ya 👍😄
KAMU SEDANG MEMBACA
He Don't Like Me (Shanfik)
SonstigesCerita ini hanya fiksi dari imajinasi ku saja🙃 jangan di pikiran logis😇 Jika tidak sama makan silahkan di skip Maaf jika banyak kesalahn balam penulisan 😊