"akhh."
Fiki merasakan nyeri sakit pada bagian bawahnya, dia membuka matanya perlahan menatap langit-langit rumah yang banyak sekali sarang laba-laba.
Lalu dia memegang dadanya, saat merasakan semua pakaiannya sudah terpasang rapih kembali, dengan bawahannya juga.
Fiki duduk perlahan,"ssshh sakit.. i-ini udah pagi, aku telat."
Dia berusaha berdiri, lalu matanya tidak sengaja menatap kartu yang tergeletak di lantai, dia mengambil kartu itu.
Shandy Millian Grady Pemilik perusahaan bernama Grady crop No TLP:08776969 Jln. Baratasari - perum. Vocation park - no:2
Fiki membaca kartu nama itu,"ini milik paman tadi malam." Gumamnya.
"Tidak penting, aku gak peduli." Dia mengantongi kartu itu lalu berjalan keluar rumah itu dengan susah payah.
Dia berjalan menuju rumahnya dengan kepala yang tertunduk, sesekali diameringis sakit, sampai akhirnya dia sampai di rumah.
Cklek
"Astaga dek kamu kenapa?"
Dhita menatap anaknya dengan khawatir, dia menyuruh fiki masuk dulu.
Fiki masuk kedalam rumah, duduk di sofa, lalu menghela nafas panjang.
Dhita duduk di sebelah fiki mengelus Surai anaknya, "kamu kenapa? Kok baru pulang?"
Fiki diam, dia harus jawab apa?
"Kamu juga keliatan lemes banget, sakit?"
"G-gak papa kok Bu."
"Yaudah, mandi sana, abis itu makan, gak usah sekolah, ini udah telat banget, udah jam delapan."
Fiki kaget, dia melihat jam yang tertempel di dinding, "udah siang."
"Yaudah, fiki ke kamar dulu ya Bu."
Dhita ngangguk, terus fiki berjalan menuju kamar, berusaha supaya tidak terlihat kesakitan.
CklekFiki masuk kedalam kamar lalu menutup pintu kamar dan berjalan kearah ranjang, menidurkan tubuhnya disana.
Tangannya merogoh saku celananya mengambil kartu itu,"paman Shandy."
"Aku gak kenal."
"Besok aku tanya soni aja deh, mungkin dia kenal."
"Eh, tapi buat apa aku mikirin dia."
Fiki menimpuk kepalanya sendiri dengan pelan,"mending aku mandi."Fiki turun dari ranjang berjalan kearah lemari mengambil baju dan masuk kedalam kamar mandi.
.
.
.
.
.
Fiki lagi makan di meja makan, sendiri. Dhita lagi keluar pergi bahan makanan.Oh ya, ayahnya Bobby juga lagi kerja.
Lagi enak-enak makan, pintu rumahnya di ketok.
Fiki menyelesaikan acara makannya dulu, meminum air putih nya lalu berlari ke pintu.
Cklek
"Fiki!"
"Soni? Ngapain?"
Zwetsoon, temannya yang masih mengenakan seragam itu datang ke rumahnya.
"Mau jenguk kamu? Kan kalo gak masuk sekolah tandanya kamu sakit."
Soni menatap fiki,"kamu sakit apa?"
Fiki menggaruk kepalanya,"gak sakit kok, yaudah ayo masuk."
Zwetsoon ngangguk, terus dia masuk kedalam rumah fiki, duduk di sofa.
"Mau minum apa?"
"Gak usah deh."Fiki ngangguk terus duduk di sebelah soni,"emang kamu udah pulang?"
"Masih istirahat."
"Loh? Terus ngapain? Nanti telat."
"Gak
papa, bolos aja sekali-kali."
"Nanti kamu di hukum,nih ya aku mau nanya."
"hM?"
"Tunggu."
Fiki berlari kearah kamar, lalu beberapa detik kemudian dia kembali Sambil membawa sesuatu dan kembali duduk.
"Kamu.. kenal?" Dia memberikan kartu itu ke soni.
Soni menerima kartu itu membacanya lalu dia melebarkan matanya,"what?!"
Fiki mengerutkan keningnya,"kenapa?"
Soni natap fiki,"dapet dari mana kamu?" Fiki diam lalu kembali menjawab,"aku Nemu."
"Masa? Biasanya dia ngasihnya kalo penting.""Kok kamu tau?"
Soni mengedipkan mata lalu nyengir,"ya iya lah, kan keliatan, dia CEO."
Fiki ngangguk,"terus kamu kenal gak?"
"Aku gak kenal, tapi aku tau. Kenapa? Mau nemuin dia?"
Fiki menggulum bibir,"aku gak mau ketemu dia."
"Yaudah."
"T-tapi aku mau tau dimana perusahaannya."
Zwetsoon mengerutkan keningnya lalu mengangguk,"yaudah, kapan? Sekarang?"
"Tapikan kamu masih sekolah.'
"Gak papa, nanti kalo kesiangan dia gak ada di kantor."
"Ayo!" Zwetsoon berdiri lalu kembali mengembalikkan kartu itu ke fiki.
Fiki mengambil kartu itu,"Aku ambil jaket dulu."
Zwetsoon ngangguk,"okeh! Aku tunggu luar!"
.
.
.
.
.
"Itu tuh orangnya."Mereka berdua sekarang sedang berada di cafe, duduk di kursi di temani minuman dingin.
Karna tembok cafe itu bening, jadi bias melihat apa yang di luar dari dalam.
Termasuk satu perusahaan tinggi, ada banyak orang-orang yang mondar-mandir keluar masuk, mengenakan kemeja kerja.
Zwetsoon menunjuk satu pria yang sedang ber-telponan dengan seseorang di luar gedung itu.
Dia memakai jas hitam, tapi tidak dengandasi, dia tinggi dan sangat tampan, tapi wajahnya terlihat sangat galak.
Fiki melihat apa yang soni tunjuk,"itu... Paman shandy?"
Soni mengangguk,"he'em baru kemaren dia dapet skandal, kamu tau?"
Fiki geleng.
"Katanya dia sewaktu SMA sering melakukan seks bebas sama wanita-wanita di luar sana."
Fiki mengerjap-ngerjapkan matanya, baru kemarin juga dia perkaos sama pria itu.
"Terus dia dapet cacian, kritikan dari netizen, aku gak tau si itu masalah bener atau enggak, yang penting."
"Jangan pernah berhubungan sama dia.''
.
.
.
.
.
.
Fiki panggil shandy dengan sebutan " Paman"biar lebih lucuh dan gemesinJangan lupa vote dan komen ya👍😄
KAMU SEDANG MEMBACA
He Don't Like Me (Shanfik)
RandomCerita ini hanya fiksi dari imajinasi ku saja🙃 jangan di pikiran logis😇 Jika tidak sama makan silahkan di skip Maaf jika banyak kesalahn balam penulisan 😊