7.perggi menemui paman shandy

182 16 5
                                    

"Fiki!!"

Fiki yang baru keluar dari kelas itu menoleh, saat ada yang memanggilnya.

Itu zwetsoon.

Soni berlari mendekati fiki,"mau pulang?"

Fiki ngangguk, mereka berdua itu beda kelas, tapi sama-sama anak IPA.

"Main yuk."

Fiki menggulum bibir,"temenin aku mau gak?"

Fiki menatap soni penuh harap, lalu

perempuan itu mengangguk semangat.

"Mau kemana?"

"Ke... Grady crop."

Soni melotot, langkahnya terhenti,"mau ngapain?"

Fiki menggaruk kepalanya,"mau... Ketemu sama orang."

"Siapa? Bang--eh paman shandy?"

Fiki mengangguk kecil, dia harus menyelesaikan urusannya dengan shandy hari ini, supaya dia dan Paman mesum itu tidak saling berhubungan lagi.

Soni mengusap wajah nya,"yaudah, mau pulang dulu?"

Fiki ngangguk,"gak papa kan?"

Zwetsoon ngangguk,"gak papa elah, ayok!" Dia menarik tangan fiki membawanya keluar dari sekolah.

Mereka berdua sudah pulang sekolah, dan ini sudah jam 2 siang, nanti d
Fikiakan bekerja di jam 5 sore, jadi masih ada waktuwaktu.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kita naik apa?"

"Jalan--"

Soni melotot,"jalan?! Jauh fiki!"

Fikimenggaruk kepalanya,"kan gak punya kendaraan."

Mereka berdua sekarang sedang berjalan keluar dari gang rumah fiki, lelaki itu sudah mengganti seragam sekolah nya menjadi sweater warna pink muda, dengan celana Levis putih.

Beda sama soni yang masih mengenakan seragam.

"Kita naik taxi aja."

Fiki melebarkan matanya,"mahal soni!"

"Gak papa elah, ayok!" Soni menarik tangan fiki membawanya ke pinggir jalan untuk mencari satu mobil taxi yang lewat.

Selang beberapa menit akhirnya ada satu mobil bewarna biru muncul dihadapan mereka.

"Masuk fik."

Fiki menggulum bibir lalu masuk kedalam mobil itu.

Soni juga masuk di kursi samping supir,"ke Grady crop pak."

Pak supir ngangguk dan mobil itu melaju pergi menuju Grady crop.
Fiki mendongak menatap betapa tingginya gedung itu, terlihat sangat tinggi dan besar, banyak orang juga yang berlalu lalang sambil membawa map atau ber-telponan.

Fiki menganga takjub,"gede banget son."

Zwetsoon ngangguk,"mau ketemu paman shandy kan?"

Fiki mengangguk.

"Yaudah masuk sana."

Fiki mengedipkan mata,"m-masuk? Kesana?" Dia menunjuk pintu masuk yang ramai.

Zwetsoon ngangguk,"iya, masuk aja, bilang mau ketemu pak shandy, kamu udah ada janji kan?"

Fiki mengerutkan keningnya lalu mengangguk kecil, dia sedikit bingung dengan sikap zwetsoon kali ini.

"Terus kamu?"

"Aku tunggu sini aja, sana masuk, nanti orangnya keburu gak ada."

Fiki menggulum bibir lalu mengangguk, dia melangkah masuk kedalam gedung tinggi itu.
Didalam sana tidak ada satupun yang menatapnya, semua orang pada sibuk dengan urusannya masing-masing.

Sampai dia sudah dekat di tempat resepsionis itu dia dapat melihat satu perempuan yang memakai setelan kantor.

"Ada yang bisa saya bantu dek?"

"Eum... Paman shandy?"

Dahi perempuan itu berkerut,"mau ketemu sama pak shandy?"

Fiki ngangguk.

"Udah ada janji? Perlu apa?"

"Itu.. kemarin paman bilang suruh temui dia."

Perempuan itu terkekeh melihat ucapan polos dari bocah SMA itu,"yaudah, ayo saya antar."

Fiki tersenyum kecil,"makasih mbak."

Perempuan itu ngomong dulu sama satu temennya lalu dia melangkah kesuatu arah, diikuti fiki dibelakangnya.

Fiki menatap sekeliling gedung tinggi itu, seperti hotel, tapi fiki gak tau pasti apa isi gedung sebesar ini.
"Nah disana ya." Perempuan itu menunjuk satu ruangan yang memilik pintu paling tinggi.

Fiki menatapnya lalu mengangguk, dia

membungkuk sopan,"makasih mbak." Perempuan itu tersenyum lembut lalu

meninggalkan fiki sendiri.

Fiki menghela nafas panjang, menetralkan detak jantungnya lalu melangkah ke arah ruangan itu.

Tok

Tok

Fiki mengetuk pintu ruangan itu sampai dari dalam terdengar suara diperbolehkan masuk.

Fiki masuk, menatap takjub ruangan itu yang bernuansa hitam.

Tapi dia melotot seketika saat melihat satu wanita dengan baju yang sangat ketat, membuat payudara nya yang besar sedikit terlihat itu sedang berdiri disamping shandy.

Fiki menggelengkan kepalanya kecil.

Shandy menyeringai,"kamu.. pergi."

Wanita itu melotot tak percaya,"kenapa?
Tadi kan bapak yang manggil saya."

"Sudah tidak tertarik, pergi."

"Lho? Gak bis--"

"Waw." Wajahnya di timpuk dengan beberapa lembaran uang bewarna merah.

"Keluar."

Wanita itu memunguti uang-uang itu dan melangkah keluar dari ruangan shandy.

Fiki masih terdiam, menatap shandy yang lagi duduk di kursi kerjanya, tiba-tiba hawanya menjadi panas.

"Fiki."

Fiki melebarkan matanya,"paman tau namaku?"

Veno tersenyum miring,"sini sayang."

Fiki melangkah dengan lamban ke arah shandy.

Saat sudah berada dihadapannya, shandy langsung menarik tangan lelaki itu, membuat tubuh fiki jatuh kedalam pangkuan shandy.

Shandy menaruh kepalanya di pundak sempit fiki,"fiki."
Tubuh fiki menegang, tangannya memegang kedua tangan kokoh shandy yang masih bertengger di pinggangnya.

"Paman."

"Anak pintar." Shandy mencium pipi fiki.

Fiki bergerak tak nyaman,"paman aku ingin mengatakan sesuatu."

"Katakan."

Fiki meneguk air liurnya sendiri lalu menghela nafas kecil,"paman aku minta maaf, aku ingin kita tidak pernah bertemu, aku harap sekarang urusan kita sudah selesai."

"Jangan temui fiki lagi."

Pelukan pada pinggangnya melonggar seketika, fiki berdiri tersenyum tipis ke arah shandy dan berjalan dari ruangan shandy.

Shandy menatap kedepan dengan pandangan menahan marah, tangannya terkepal.

"Aarrgh!!"

Prang!!

Semua barang yang ada diatas meja dihadapannya itu jatuh kelantai, hancur, termasuk laptop dan handphone barunya.

Shandy mengacak rambutnya menunduk mengambil sesuatu di laci, lalu memakannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca
Jangan lupa vote dan komentar ya👍😄
Maaf kalok lama up hehehe

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He Don't Like Me (Shanfik) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang