9 : Luca-nya, Mengerikan

335 36 5
                                    



Ike Eveland
Luca?
Lo nggak papa?

Luca Kaneshiro
Apa?

Mysta Rias
...

Ike Eveland
Lo abis berantem sama anak jurusan sebelah, kan?
Ada yang luka, nggak?

Luca Kaneshiro
Nggak

Vox Akuma
Don't be like that, Luca
C'mon, why don't you tell us and we can have some ice cream later, yeah?

Shu Yamino
Luca udah lama mau coba hamburger di gerai yang baru buka itu, kan?
Ayo kita makan di sana

Luca Kaneshiro
Nggak ikut
Jangan tanya apa-apa lagi.

"Ooof," Mysta meringis ngeliat balesan terakhir Luca dan statusnya yang langsung berubah jadi offline.

Beda dari Mysta yang hatinya perih karena jarang liat Luca dingin begini, Vox justru malah ngetawain temennya itu, "Coba liat, chat terakhir ada titiknya."

"Oooh, he's trying to be mean and evil," tambah Shu yang diem-diem nahan ketawa.

Tapi Ike cuma diem sambil masih natap layar ponselnya. Dia khawatir. Gimana kalo ternyata Luca dapet luka dari hasil baku hantamnya tadi dan nggak diobatin cepet-cepet? Bisa-bisa infeksi dan malah jadi makin parah.

Luca di mana, sama siapa, dan lagi apa sekarang. Ike perlu tau supaya dia bisa tenang.

"Jadi itu menang nggak?"

Ike mendesis ke Mysta yang bisa-bisanya nanya soal menang atau kalah ketika mereka bahkan belum dapet jawaban dari Luca yang entah sebagai korban atau justru pelaku di kejadian kali ini.

Taunya pun nggak sengaja, karena ada yang ngasih tau mereka kalo Luca abis ribut di belakang kantin dan pergi entah kemana dengan baju yang kancingnya lepas dan ada bekas darah di tangannya.

Kan gawat.

Gimana kalo Luca dilaporin dan dipanggil polisi? Nanti mereka ikutan dipanggil karena jadi orang yang paling intens kontakan sama si anak Mami Kaneshiro ini.

"Samperin ke rumahnya nggak nih?"

"Nggak yakin bakal dibukain pintu, sih."

Akhirnya mereka diem lagi. Ike dan Shu mikirin solusi terbaik untuk reach out ke Luca yang jelas lagi dalam mode sangar, sementara Vox dan Mysta malah login Among Us.

"Luca udah nggak ada kelas lagi kan hari ini?" Tanya Ike yang nggak bisa duduk tenang, tapi juga bingung harus gimana.

Vox, yang udah naikin satu kakinya ke kursi, menggeleng tanpa ngalihin pandangan dari ponselnya, "Nggak, dijamin langsung pulang. Anak itu kalo lagi badmood pasti mojok di kamar."

"Oh!" Tiba-tiba Mysta nunjuk Ike, "Lo aja yang ke sana, Ike!"

"Lah?"

"Sendirian!"

"GUA BELUM MAU MATI!"

"Justru itu," Shu yang langsung ngerti maksud Mysta, menengahi sambil nenangin Ike. "Luca kan paling nurut sama lo, paling nggak lo nggak bakal diusir. Syukur-syukur dibukain pintu."

"Lo nggak liat respon dia pas gua tanya tadi?! Dijawab juga nggak, malah ditanya balik!"

"Nah," Vox, masih dengan fokus utama ke ponselnya, ikutan nimbrung. "Dia nanya balik karena nggak mau keliatan jahat kalo jawab singkat ke lo, Ike. Memang nggak ada yang bisa ngalahin pesona Ike Eveland."

Mengabaikan omongan Vox yang memang suka ngalor-ngidul, Ike mulai mempertimbangkan ide dari temen-temennya yang secara nggak langsung lagi jadiin dia tumbal.

"Terus kalian nunggu di mana?"

"Di sini aja lah, gua baru mulai main." Mysta, yang kelakuannya nggak jauh beda dari Vox, ngasih gestur sambil nunjuk ke ponselnya sendiri; tanda bahwa dia nggak akan bergerak dari posisinya sekarang sampe game-nya mereka selesai. "FUCK! KENAPA GUA SELALU MATI DULUAN SIH!"

"Berisik,"

"BAJINGAN VOX! LO IMPOSTOR JUGA, KAN?! LO NGELEWATIN BADAN GUA!"

"Yang udah mati diem aja."

Yup. Memang salah kalo berharap bisa mengandalkan dua makhluk ini.

"Shu," panggil Ike dengan suara imutnya, "Temenin ya...? Please?"

Tapi Shu juga bingung. "Ng... Gimana ya..."

"Please? Biar ada yang jaga, kalo udah satu jam gua belum kasih kabar juga, berarti lo harus panggil ambulans."

"Luca nggak bakal ngapa-ngapain lo, Ike. Percaya sama gua."

"Sesat kalo percaya sama lo."

Lagi, Vox dan Mysta memang paling gampang ngomong tanpa aksi. Ngomongnya seakan jadi orang paling bijak, padahal matanya ke HP teros.

"Ya udah, tapi abis gua anterin, gua tunggu di mini market deket situ aja, ya. Sekalian beli minum," ujar Shu yang akhirnya cuma bisa ngalah, entah untuk keberapa kalinya di circle tak berguna ini.

"OKE SIP!"

Tapi sayang, baru aja Ike mendapat keberanian untuk menghadapi Luca seorang diri, datang pesan dari Luca yang langsung bikin mereka semua, terutama Ike, langsung menciut seketika.


Luca Kaneshiro
Jangan berani dateng ke rumah.



Ouch.


Luxiem Chat & Short Story [Nijisanji EN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang