7 : Luxiem Masih jadi Stalker

337 40 17
                                    



Vox Akuma
Lo beneran nggak bisa ikut, Shu?

Shu Yamino
Nggak

Mysta Rias
Emang lo di mana, sih?
Sini gua jemput



"Bajingan si Shu," umpat Vox waktu ngeliat Shu yang langsung matiin ponselnya dari kejauhan.

"Tapi kalo kita duduknya berempat gini bukannya malah jadi makin mencurigakan, ya?" bisik Luca, berusaha mengecilkan badannya yang sebetulnya nggak ngaruh-ngaruh banget.

Karena tinggi badan Vox dan Luca aja 178 cm, disusul Mysta yang cuma lebih pendek satu senti dari mereka. Sedangkan Ike, yang kalo lagi ngamuk auranya paling mendominasi, kali ini lagi libur pake high heels, jelas jadi orang yang paling bisa ngumpet di antara para lelaki tampan ini.

Jadi, udah jelas mereka bisa dengan mudah jadi pusat perhatian meskipun cuma lewat sekilas.

Outfit-nya pada kekinian. Parfumnya semerbak. Dan yang paling utama, mereka cakep-cakep.

Semua aspek sudah dipenuhi untuk menjadi circle yang dilirik orang-orang di sekitar karena terlihat keren.

Jiah, padahal orangnya pada sableng. Tapi orang awam mana tau, ya kan.

"Makanya kan tadi gua bilang duduknya misah-misah aja," dengus Ike yang terhimpit di tengah-tengah Luca dan Vox.

Sengaja duduknya 3 vs 1, dengan posisi kursi yang ditempatin mereka bertiga membelakangi Shu, supaya penyamaran mereka nggak langsung ketahuan. Mysta duduk di hadapan mereka, siap ongkang-ongkang kaki karena dia bisa memonopoli kursi sendirian, kalo nggak inget bahwa mereka lagi nongkrong di kafe kekinian, bukan di warkop pinggir jalan.

Jadi kenapa Ike nggak duduk sama Mysta aja?

Gampang. Kalo Ike duduk di sebelah Mysta dan akses matanya untuk ngeliat Shu lebih gampang karena nggak perlu balik badan, kalo dia emosi juga dikhawatirkan akan langsung ketahuan Shu karena ketika Ike emosi, ekspresi dan auranya bisa langsung terasa di satu ruangan penuh.

Jangan lupa sama suaranya yang bisa teriak metal sambil mukul meja yang nggak bersalah.

"Kalo duduknya jauhan, kita ghibahnya jadi nggak asik, harus lewat chat lagi." Mysta nimpalin sambil nurunin topinya supaya mukanya ketutupan, sambil pura-pura sok asik scroll ponselnya sendiri di atas meja.

Tapi Vox langsung nyentil kepala Mysta dan dorong ponsel si siluman rubah ini supaya diturunin ke bawah meja, "Mainin hp-nya di bawah meja, bodoh. Nanti keliatan."

"Apaan sih, masa sampe segitunya Shu merhatiin sekitar?"

"Nggak ada orang di sini yang casing hp-nya karakter Genshin hasil commis, you fucking rat."

"Iya ya. Ya udah," Mysta ngalah, dan akhirnya nyimpen ponselnya ke saku celananya karena Shu jelas nggak keliatan akan bales chat-nya.

Mereka kembali ngintipin Shu yang masih ngobrol santai dan sesekali ketawa bareng Fulgur, jelas keliatan lebih banyak ngomong daripada waktu ngumpul bareng mereka.

Jadi curiga. Tapi ada berbagai kemungkinan.

Bisa jadi karena ngobrolnya cuma berdua dan Fulgur adalah tipe orang yang bisa bikin komunikasi jadi dua arah, Shu jadi nyaman ngomong banyak ke Fulgur.

Bisa jadi, saking berisiknya circle Luxiem ini, Shu jadi keburu capek mau ngomong atau ketika ngomong, suaranya tenggelam di antara tiruan suara monyet dari keempat laki-laki tampan ini.

Atau, bisa jadi...

Shu, ke Fulgur...

"Hi, bitches."

Mereka berempat langsung heboh waktu ngeliat Uki Violeta, yang juga satu circle sama Fulgur, tiba-tiba dateng entah dari mana tanpa hawa keberadaan dan langsung nyelonong duduk di sebelah Fulgur.

"HAH KOK ADA UKI?!"

"IH GILA SEREM BANGET NGGAK KELIATAN KAPAN MASUKNYA TAU-TAU UDAH BAWA MINUM AJA!"

"EH INI KALO RIBUT DI SINI GIMANA? MAU TARIK SHU SEKARANG AJA SEBELUM JADI RICUH?!"

"DIEM, BODOH! NANTI KEDENGERAN!"

Mereka nggak sadar, orang-orang yang dari tadi udah merhatiin mereka karena penampilan keren mereka, sekarang malah jadi merhatiin karena denger ucapan mereka yang kedengeran ya kayak ibu-ibu arisan lagi gosip, seru banget.

Tapi yang lagi diuntit di meja sana pada tenang-tenang aja. Malah sekarang Uki pindah tempat duduk ke sebelah Shu, dan gandeng tangan Shu.

Shu sama Uki gandengan tangan, di depan Fulgur.

"LAH INI GIMANA SIH!" dan bener aja, Ike ngamuk sambil mukul meja, seperti yang sudah diprediksi, bahkan sejak sebelum mereka berangkat nguntit Shu.

"Jangan-jangan mereka ini poly, ya? Makanya Shu nggak bisa bilang ke kita." Vox mulai menyatukan kepingan-kepingan petunjuk dari Shu.

Luca langsung cemberut, mukanya jelas keliatan sedih. "Padahal kita besties-nya Shu... Kenapa dia nggak bisa cerita...?"

"He got his reasons, I believe." Entah gimana, barusan Mysta mengeluarkan kata-kata yang terdengar bijak. "Gila, keren banget gua."

Nggak jadi keliatan keren karena dia muji diri sendiri. Ctrl+z.

"Jadi gimana nih? Pulang aja? Berarti kan nggak jadi ribut," Vox menyesap minumannya penuh nafsu, merasa usaha mereka ngikutin Shu untuk menggali gosip terbaru dari teman mereka sendiri ini berakhir sia-sia.

Sementara Ike di sebelahnya masih intip-intip cantik ke arah meja Shu, "Tapi gua masih penasaran..."

Dan ketika mereka akan mulai diskusi untuk memutuskan langkah selanjutnya, masuk chat dari Shu ke group chat mereka.


Shu Yamino
Udahan ngestalknya?
Jadi mau pulang atau ke warnet?
Kabarin ya kalo udah pada sampe rumah : )

Deg.

Mereka ketahuan. Entah udah dari kapan, tapi Shu udah tau kalo dia lagi diobservasi sama temen-temennya dari jauh.

Padahal sebetulnya jarak mereka duduk nggak sampe 10 meter.

"Bales nggak nih...?"

Hening. Nggak ada yang jawab pertanyaan Mysta barusan.

"Eyyyyyy, stalkers!"

Dan jantung mereka berempat serasa turun ke kaki waktu tiba-tiba Shu datengin meja mereka dengan seruan khasnya, lalu langsung duduk di sebelah Mysta dengan santainya.

"Gimana? Seru ngikutin gua dari rumah sampe sini?"

"..."

"..."

"..."

"Ng... POG?"

Bener kata Shu, nggak ada yang bener di circle ini.

"Jadi..." Ike gigit mulut bagian dalamnya, ngumpulin keberanian buat nanya,



"Jadi ikut ke warnet kan Shu?"



Pada akhirnya, nggak ada yang berani nanya hubungan di antara Shu, Fulgur, dan Uki sampe akhir.




Luxiem Chat & Short Story [Nijisanji EN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang