"Kamu adalah objek nyata, sementara kisah cinta kita hanyalah fatamorgana."
*****
Aku bisa melihat kabut tebal dari gumpalan awan putih lewat kaca jendela pesawat yang telah terbang mengudara. Aku menatap ke arah langit yang tampak membiru terang menyiratkan setitik kenanganku bersama Jihane.
Bagiku, Jihane itu segalanya dulu. Bahkan, sekalipun nggak pernah terlintas dikepala kalo dia bakalan pergi ninggalin aku sendirian. Hingga, sampai pada akhirnya, waktu sendiri yang menjawab. Kisah kami selesai. Jihane memilih pergi meninggalkanku dan menjadi milik orang lain.
Aku memutuskan meninggalkan Indonesia bukan tanpa alasan. Bukan juga mengenai perpisahanku dengan Jihane, meskipun Jihane juga ikut ambil andil didalamnya. Tapi, kedua orang tuaku adalah faktor utama dalam keputusan yang akhirnya diambil dengan terpaksa.
Ketika kekasih yang sangat amat aku cintai memilih pergi. Ketika keluarga yang amat aku percaya dengan mudahnya melakukan penghianatan. Apalagi alasanku untuk tetap tinggal dan menetap di Indonesia?
Jika itu rasa cintaku pada Jihane, maka, jawaban adalah tidak. Aku hanyalah manusia lemah yang nggak akan pernah sanggup menyaksikan Jihane berdiri bersisan dengan tangan tergenggam oleh laki-laki lain. Tapi, hal ini tidak akan bisa mengubah rasa cintaku pada Jihane. Rasa cintaku padanya akan selamanya hidup dan terpupuk agar terus tubuh begitu subur. Tidak akan ada yang mampu menghapus termasuk jarak yang membentang bermil-mil jauhnya.
Jika itu kewajiban anak pada orang tuanya jawaban adalah tidak. Aku nggak mungkin tinggal berdampingan dengan orang yang telah menghancur leburkan duniaku, bahagiaku, dan kepercayaanku begitu mudahnya. Aku juga nggak mungkin menurut pada keinginan papah untuk menikah dengan Aldeo. Pria yang sama sekali nggak aku cintai.
Aku hanya ingin menjaga sisa kewarasan ditengah guncangan permasalahan yang terus datang silih berganti tanpa sedetik pun berhenti. Cintaku boleh pergi. Tapi bahagia harus tetap dicari. Aku juga ingin bahagia walaupun hanya secuilnya saja. Entah itu, bersama Jihane ataupun tidak. Aku hanya ingin bebas, lepas, dari belenggu nama baik dan reputasi yang terus menjeratku seumur hidup.
Mengenai janji yang pernah aku ikrarkan pada seorang bidadari manis. Janji untuk tidak pergi dan selalu menjaganya disetiap situasi. Aku hanya mampu mengucapan kata maaf yang tidak akan pernah habis terucap. Janji yang sebenarnya ingin selalu ku genggam erat tapi dengan terpaksa harus teringkari karena suatu kondisi.
Aku meminta maaf untuk itu sayangku, Jihane Almira.
Tapi percayalah, sebelum kepergianku dari Indonesia. Aku sempat menitipkanmu pada sang pemberi kuasa, sang pemberi kehidupan, sang pengabul doa serta harapan. Zat yang paling hebat dan berkuasa, pemilik seluruh alam semesta berserta isinya.
Tuhan...
Aku telah menitipkanmu padanya lewat seutas doa dan semoga tuhan masih mau mengabulkannya. Meskipun, kita telah melakukan berbagai banyak dosa yang terasa begitu indahnya. Aku terus meminta pada Tuhan untuk selalu membuat cintaku itu tersenyum bahagia. Menjagamu dari segala marabahaya. Aku telah mempercayakan dirimu padanya, Jihane. Doaku tidak akan pernah terlupa untuk selalu terserta dan akan senantiasa menjagamu dari kejauhan.
Besarnya cintaku akan terus menemanimu menggantikan kehadiranku. Selalu berada disisimu setiap waktu. Akan selalu singgah dan menetap di sana. Di dalam lembutnya hati baikmu itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/311902849-288-k930493.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Producer, My Girlfriend
RomanceBagaimana jika seorang produser muda cinlok pada artisnya? ..... "Aku pastiin dia ga akan kesini lagi, dia ga bakal gangguin kamu. Jangan takut ada aku disini, aku bakal terus jagain kamu. Aku janji jihane." ..... "Dasar pelupa." "Aku emang pelupa...