"Sejauh manapun seseorang pergi berkelana mengitari ujung dunia. Jika memang sudah waktunya pulang. Ia akan pulang dengan sendirinya ditempat yang seharusnya."
*****
Bandara Soekarno-Hatta.
Semesta memang selalu punya rencana. Jika 7 tahun silam Aghni pergi, dan Bandara ini menjadi saksi. Maka sekarang, Aghni telah kembali lagi dengan putri kecil yang telah mengukir lembaran-lembaran baru kehidupannya dengan tinta pena kebahagiaan. Tetapi, tetap saja ada lembaran kosong yang selamanya tidak akan mampu di isi oleh siapapun. Lembaran kosong kebahagiaannya dengan Jihane yang selamanya tidak akan pernah tertuliskan.
Setelah 14 jam mengudara di atas awan. Kini, Aghni telah menginjakan kakinya di Bandara dengan berat hati. Aghni menggendong Lala yang tertidur pulas karena kelelahan. Sedangkan Benny, mendorong troli yang berisi koper-koper Aghni.
Memang, Jessica telah meminta Beny untuk mengantar Aghni langsung ke Indonesia. Jessica bilang hanya tidak ingin terjadi hal buruk pada mereka. Jika pun terjadi hal diluar kendali, ada Benny yang akan sigap mengabari.
Terlihat supir pribadi Anthoni telah berdiri menyambut mereka di area parkiran Bandara. Ia dengan sigap mengambil alih tumpukan koper-koper Aghni untuk dimasukan dalam bagasi mobil.
Aghni beralih menghadap Benny "Terimakasih, Benny. Tolong sampaikan ke Jessica juga, ya?" ujarnya, mengulum senyum.
Benny mengangguk "Sama-sama, Nona. Saya akan menyampaikan ke Nona Jessica. Semoga harimu menyenangkan selama di Indonesia."
Aghni mengangguk "Apa rencanamu setelah ini?"
"Saya akan menginap semalam di Negara ini dan besok pagi akan kembali Ke Amsterdam. Saya tidak ingin Nona Jessica menunggu lama."
Aghni tertawa kecil "Tenyata kamu bucin juga, ya?" tanyanya dan Beny hanya tersenyum malu.
Mobil Toyota Vellfire Golden Eyes itu melaju membelah jalanan sore kota Jakarta yang kian sudah banyak berubah. Aghni melihat keluar kaca jendela mobil, mengamati kondisi kota Jakarta sekarang. Kota Jakarta kini menjadi lebih hijau dan bersih. Udara yang dihirup pun jauh lebih segar. Banyak bangunan rumah yang lebih tertata. Bahkan, transportasi umum seperti kereta dan Bus kota pun berkembang pesat.
Jika kota Jakarta saja banyak berubah dalam kurun waktu 7 tahun. Lalu, bagaimana dengan Jihane? pasti banyak juga hal yang terjadi dan berubah dalam kehidupnya. Mungkin, sama seperti kehidupan rumah tangga pada kebanyakan pasangan, mempunyai seorang anak dan hidup bahagia dengan keluarga yang lengkap. Tidak apa, selama Jihane bahagia, Aghni juga akan ikut berbahagia pula.
"Banyak hal yang pasti udah berubah, Ji. Tapi, ada satu hal yang nggak akan pernah berubah walau beribu-ribu tahun pun. Rasa cintaku ke kamu." monolog Aghni dalam hati dengan tatapan menerawang mengamati jalanan.
Mobil yang membawa Aghni telah memasuki gerbang tinggi rumah kediaman keluarga Bramantyo. Terlihat dari kaca mobil, semua anggota keluarga Bramantyo telah menunggu kepulangan Aghni di halaman rumah dengan senyum mengembang.
Aghni menatap mereka tidak putus-putus dari dalam mobil. Tidak banyak yang berubah, segalanya masih terasa sama. Bedanya, hanya ada kehadiran anggota baru disilsilah keluarga Bramantyo yaitu Lala dan juga Yohannes Marco Bramantyo anak dari Chicco dan Putri Marino. Aghni menatap sendu kepada sang papah yang kini duduk di kursi roda. Tubuh yang tadinya kuat melindunginya dari segala marabahaya kini lemah tidak berdaya.
Aghni menghela nafas dengan mata memejam sebelum memutuskan turun dari mobilnya dan menghampiri mereka semua. Sesudah lebih tenang, Aghni mengusap pipi Lala yang berada di pangkuannya berniat membangunkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Producer, My Girlfriend
RomansaBagaimana jika seorang produser muda cinlok pada artisnya? ..... "Aku pastiin dia ga akan kesini lagi, dia ga bakal gangguin kamu. Jangan takut ada aku disini, aku bakal terus jagain kamu. Aku janji jihane." ..... "Dasar pelupa." "Aku emang pelupa...