04 Belum Berhenti!?

19 14 3
                                    

"Terimakasih atas bantuannya!" Merlin sang Penyihir Api berkata. Untuk yang kesekian kalinya.

"Sudah kubilang bahwa kami hanya ingin mencoba menyelamatkan Naga itu," Aku menjelaskan.

Sebelumnya, aku dan Vivian ikut bertempur membantu Merlin melawan dua Ksatria Sihir dari Utara. Kami berhasil mengalahkan salah satu Ksatria dan membuat satunya mundur. Naga yang kami incar-pun didapatkan, juga tiga kristal monster lainnya, seekor Centaur (Monster setengah kuda-manusia), Porico (Kuda Sihir), dan Ghoul (Zombie). Levelku juga naik ke-4 sekarang.

Saat ini kami berada di Kuil Api yang ada di Tyrol. Mengetahui aku Ratu Peri dan membawa Frost Edge, Merlin membawa kami kesini.

Di atas altar, terlihat sebuah pedang yang mirip dengan Frost Edge, hanya saja berwarna merah. Aku tahu senjata itu. Flame Edge. Pedang api.

"Dahulu sekali, saat Cornwall dikuasai kegelapan, Ratu Peri menyelamatkannya dengan menggunakan Frost Edge dan Flame Edge. Sang Ratu menanggalkan keabadiannya dengan menikah dengan manusia biasa. Saat dia meninggal, Frost Edge dibawa oleh para Peri, sedangkan Flame Edge dijaga disini. Tujuan pasukan Naga Putih menyerang Tyrol adalah untuk mendapatkan pedang ini."

Aku tidak tahu dialog ini.. Tapi skenarionya agak mirip.

"Jangan-jangan.. Kau ingin menyerahkan pedang itu padaku?"

"Benar sekali. Saat ini Cornwall sedang dalam bahaya, dan Ratu Peri yang baru muncul seperti dulu. Ini adalah senjatamu."

"Tunggu dulu. Kau mungkin agak salah paham, kami sama sekali tidak berniat ikut bertempur dalam pertempuran manusia. Seperti kataku tadi, kami membantumu hanya untuk membebaskan Naga itu. Dan sekarang sudah selesai, jadi kami berniat untuk kembali ke hutan."

"Begitukah?" Merlin nampak kecewa. "Tapi Flame Edge tetap milikmu. Ambilah."

"Kau yakin?"

"Ya. Lagian dengan kau membawanya, mungkin pasukan Utara tidak akan menyerang lagi."

"B-Baiklah kalau begitu." Agak sungkan kuambil pedang itu. Sebenarnya Flame Edge memang harusnya diberikan kepada Arthur dan menjadi salah satu pedang andalannya.

"Jika boleh. Aku ingin kalian menginap disini."

"Bagaimana, Vivian?"

"Terserah kakak saja."

"Baiklah, kami terima." Sesekali mencoba tidur di dalam kastil dengan tembok batu tidak masalah kan?

Menginap di kastil Tyrol, kami dihidangkan makanan yang lezat dan mandi air panas. Sangat mengenakkan. Aku akan mencoba membuat Vivian setuju tinggal di kastil. Atau setidaknya, kami memerlukan pelayan.

Malam tiba dan kamar kami telah disiapkan. Sebenarnya kamarku dan Vivian berbeda, tapi tidak berapa lama sendiri, Vivian menyelinap ke kamarku dan ingin tidur bareng. Anak manja.

Bunyi lonceng nyaring.

Aku dan Vivian terbangun mendengar suara itu. Aku pergi keluar untuk bertanya apa yang terjadi.

"Pasukan Utara kembali menyerang!"

Lagi!

Segera aku mendatangi Merlin untuk menanyakan keadaan.

"Dua Ksatria Sihir. Ksatria yang kemarin, dan seorang Berserker. Ratu Peri tidak usah membantu, aku sudah meminta bantuan kepada Raja Cornwall. Aku akan mencoba menahan mereka sendirian hingga bala bantuan datang."

Sangat naif. Apakah aku harus membantu? Hanya ada dua Ksatria Sihir, jadi harusnya tidak masalah.

Aku kembali ke kamar untuk meyakinkan Vivian. Berkata bahwa kita harus membantu karena telah dikasih makan dan tempat tidur yang nyaman. Vivian setuju.

Faerie Princess On Battlefield (Putri Peri Di Medan Tempur) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang