"Jadi.. Kau adalah si Ratu Peri itu? Masih terlihat seperti anak-anak bagiku."
Di depanku, seorang pria dengan muka masam dan rambut merah yang dikepang duduk dengan sombongnya. Dia adalah Loth, menantu dari Raja Cornwall, Gorlois. Tapi Raja yang baik itu telah meninggal dalam perlawanan terhadap Loegia. Karena Gorlois tidak memiliki putra, maka Loth yang merupakan suami dari anak pertama Gorlois-lah yang naik menggantikan menjadi Raja Cornwall, atau yang kini dia ganti dengan nama, Lothian. Dia memang sombong, tapi tidaklah jahat. Dalam skenario Arthur, sang pangeran yang berhasil kabur dari Loegia ditampung oleh Gorlois, yang kemudian memberikan kerajaan Cornwall kepada Arthur untuk mengambil kembali Loegia. Cornwall-pun berganti nama menjadi Arthurian. Dan walaupun sifatnya begitu, Loth adalah Ksatria Sihir Cornwall terkuat yang cukup setia dengan Arthur.
Dan aku juga agak kaget mengetahui bahwa enam bulan telah berlalu semenjak Singanala menguasai Loegia. Sepertinya waktu berjalan dengan cepat di Lembah Naga.
"Kenapa wajahmu itu? Apa kau ada masalah denganku? Apa kau lupa berkat kedatanganku-lah pasukan Utara mundur?"
Aku yakin bukan itu alasannya. Memang mereka kabur setelah Loth tiba di Tyrol. Tapi bukan itu alasan mereka menyerah. Gingalain adalah Ksatria Sihir yang kuat dan sangat cerdas. Mengenal sifatnya, aku yakin dia mundur karena melawan pasukan yang baru datang, juga Lance hanya akan memberikan dampak kerusakan yang cukup besar bagi mereka. Pasukan Naga Putih memang besar dan kuat, tapi mereka juga selalu bertindak secara hati-hati.
"T-Tidak kok. Kami sangat berterimakasih atas kedatangan Raja Loth." Aku mencoba memujinya.
"Hm. Tapi aku dengar jika kau tidak berniat bergabung dengan sisi manapun?"
"Memang. Tapi jika boleh, kami ingin beraliansi dengan Corn- maksudku Lothian. Kerajaan kalian cukup bisa dipercaya."
Dengan begitu, aku tidak punya alasan untuk berhadapan dengan Singanala langsung.
"Pilihan yang bagus. Tapi sebagai bukti aliansi, aku ingin kau mengembalikan wilayah Lothian yang telah diambil oleh Loegia."
"HAH!?" Aku kaget, dan semuanya ikut kaget dengan reaksiku. Bagaimana tidak? Aku mencoba menghindari Loegia, tapi dia malah menyuruhku melawan mereka. Mungkin kubatalkan saja aliansi ini.
"M-Maaf, tapi kurasa mustahil aku bisa mengalahkan Singa- maksudku Kaisar Medraut."
"Bodoh! Aku tidak menyuruhmu melawan Medraut. Saat ini dia sedang fokus bertahan dari serangan Thereus Hiberius. Bahkan kastil Camelot telah diambil alih oleh Gallia. Jadi Ksatria Sihir yang saat ini menjaga wilayah Lothian bukanlah satu dari 7 Komandan Iblis. Jadi harusnya mudah bagimu untuk menaklukkannya."
Jika itu mudah, kenapa tidak lakukan sendiri. Tapi benarkah itu? Singanala dibuat kewalahan oleh Thereus, sang Raja Gila? Gallia memang kumpulan orang-orang aneh, tapi sulit dipercaya Camelot bisa diambil alih oleh kerajaan lain. Aku sudah memainkan gamenya sebanyak 5 kali, dan hal ini tidak pernah terjadi.
"Kenapa? Apa kau takut dan memilih kembali ke hutan saja?" Menjadi Raja, sikap Loth jadi lebih buruk. Aku jadi mulai jengkel.
"Aku setuju. Tapi aku akan kesulitan melakukannya sendirian. Jika saja kau mau memberikanku beberapa Ksatria Sihir. Dan tolong jangan lihat Vivian. Dia masih 12 tahun. Oh, aku juga menginginkan beberapa pelayan. Yang jago masak kalo boleh, he."
"Aku akan membantu Ratu Peri," ucap Merlin. "Semenjak dulu, Penyihir Api adalah pelayan setia sang Ratu."
"Hm.. Baiklah. Kau boleh bawa Merlin. Tapi untuk yang lain, juga pelayan yang kau minta, aku akan mengirimkannya setelah kau berhasil mendapatkan kembali kastil Tintagel."
"Setuju."
Aku, Vivian, dan Merlin segera berangkat ke Tintagel. Ada tiga Ksatria Sihir disana. Dua Penyihir dan Satu Penyembuh. Mereka juga punya dua Naga dan dua Basilisk (Monster Ayam raksasa dengan sayap dan ekor Naga). Ini akan sulit.
Aku mencoba melancarkan rencana seperti sebelumnya. Vivian dan Lance terbang ke arah musuh. Diluar dugaan, Penyembuh musuh mengirim Basilisk-nya ke arah Vivian. Serangan Basilisk mengenai Lance dan merubahnya menjadi batu.
"Lance, ada apa!?"
Gawat!
Dengan segera aku membuat Bubble melaju ke arah Vivian yang kini sendirian. Pasukan musuh-pun tidak tinggal diam untuk menyerang Vivian.
Penyihir musuh lebih dulu sampai. Dia menciptakan pedang sihir untuk menyerang Vivian. Aku tidak akan sempat.
"Excalitania!"
Petir putihku menyambar sang penyihir lebih dulu. Aku segera turun ke depan Vivian. Sang penyihir masih bisa berdiri. Jubah penyihirnya rusak. Menunjukkan wajah seorang gadis dengan rambut panjang coklat muda dan mata coklat tua. Dia adalah Ishtar, penyihir muda dari Loegia dan memiliki seorang kembaran bernama Amna, pengguna tombak.
"Sialan," dia mengumpat.
"Vivian, tenanglah. Sembuhkanlah Lance, lalu gunakan Angelic Voice. Aku akan melindungimu."
"Marika, awas!" Merlin berteriak.
Seekor Basilisk lain telah berada di sampingku. Dia menyerangku- sebuah bola api menghantam Basilisk. Diikuti serangan oleh Poke, Griffin milik Merlin. Basilisk itu balik menyerang Poke dan merubahnya menjadi patung batu.
Di sisi lain, Digger berada di depan terus menghalau lebih banyak musuh yang datang. Tapi terlalu banyak musuh yang dihadapinya sehingga sang Naga-pun kemudian lenyap.
Kami kesulitan!
Angelic Voice diaktifkan. Yang juga berarti Lance telah kembali bangkit. Ini serangan balasan. Dengan kedua pedang, aku menyerang Basilisk yang ada di dekatku. Berhasil melenyapkannya.
Lance juga menyerang sang penyihir wanita yang selamat dari Excalitania hingga jatuh. Dengan jatuhnya seorang Ksatria Sihir, sebagian monster-pun lenyap.
2 Ksatria Sihir itu belum menyerah. Seekor Naga dan Griffin menyerang patung Poke hingga hancur. Kesal, aku menyerang Naga itu hingga lenyap.
Lance melakukan Omega Freeze dan membekukan sebagian monster. Tapi musuh belum mau menyerah.
Pasukan kami memang lebih banyak, tapi kebanyakannya telah kehabisan Mana. Mana Vivian telah habis karena Angelic Voice dan sihir penyembuh, sedangkan Penyembuh dan Penyihir lawan masih terlihat baik-baik saja. Bahkan Penyembuh lawan terus menyembuhkan pasukannya dan sesekali menembakkan panah cahaya ke Lance. Dan Mana yang kupunya sekarang tidak cukup lagi untuk melakukan Excalitania.
Lilit keluar dan terbang ke depan mukaku. Dia mengisyaratkan jika Level-ku naik hingga kapasitas Mana-ku juga bertambah. Aku bisa menggunakan tehnik itu lagi.
Aku bersiap untuk menembakkan petir putih untuk kedua kalinya dan mengincar pemimpin pasukan.
Dan mereka kabur. Sebelum aku menggunakan Excalitania, mereka telah kabur. Kami menang. Tintagel berhasil ditaklukkan. Tapi-
Aku mendekati Vivian. Dia pasti sedih karena Digger dan juga kecewa karena aku menghabisi Naga terbang itu. Tapi dia tidak marah. Vivian langsung memelukku. Aku paham perasaannya. Bersyukur karena tidak ada dari kami yang luka serius.
-------
Lustesia's Sixth Story
Chapter 05 Enam Bulan!?
1014 kata22-09-2022
23-09-2022
30-09-2022 (Revisi)
KAMU SEDANG MEMBACA
Faerie Princess On Battlefield (Putri Peri Di Medan Tempur) (END)
FantasyHeavily Inspired by Brigandine. Seorang gadis penyindiri masuk ke dalam game yang sedang dia sukai. Berbekal pengetahuannya terhadap game tersebut, sang gadis mencoba mendapatkan kehidupan baru yang lebih baik dari sebelumnya. Tanpa gadis itu tahu...