Part 10

206 29 1
                                    

Ting Tong!

Leta mengelap tangannya lebih dulu, barulah setelah itu bergegas ke pintu. Biasanya yang menekan bel pagi-pagi tidak lain adalah office boy apartemen yang rutin mengantarkan koran. Saat membuka pintu, senyum sapa di bibir Leta perlahan lenyap. Bukan seorang office boy yang datang, melainkan ...

"Leta, ya ampun aku kangen banget!" Dona langsung memeluk Leta dengan wajah semringah. "Selama kamu di sini, Skala nggak macem-macem, kan?"

"Ha?" Leta merasa seperti Dona sedang menamparnya.

Dona melepaskan pelukan dan terkekeh. "Dia nggak jahat, kan, sama Lo?" perjelasnya.

Leta tersenyum kikuk, sampai tidak sadar sikapnya malah terlihat aneh. Dia menggeleng sebagai jawaban.

"Syukurlah. Berarti dia nggak melanggar janjinya." Dona mengesah lega. "Skala itu susah loh deket sama orang baru, kecuali emang dia dibikin nyaman. Sama cewek aja dingin, mana pernah senyum. Makanya aku khawatir dia memperlakukan kamu dengan buruk di sini."

Leta kembali hanya tersenyum kaku.

"Kalis mana?" Dona melepaskan pelukan dan masuk ke dalam. "Kalis sayang!" panggilnya.

Bukan Kalis yang ke luar, melainkan Skala yang baru saja selesai mandi dan masih mengenakan handuk di pinggangnya. Pria itu tidak menyadari kedatangan Dona, sampai akhirnya kaget saat tunangannya itu sudah berada di hadapannya.

"Sayang, aku kangen banget!" Dona memeluk Skala dengan erat. "Kamu kenapa sih susah banget dihubungin, baca chat aja lama banget. Emangnya sibuk banget ya?"

Skala tidak membalas pelukan Dona, malah menoleh Leta dengan ekspresi cemas. Dia lebih takut Leta cemburu, dibandingkan memikirkan perasaan Dona yang bisa saja sedih lantaran kedatangannya tidak diharapkan.

"Kamu kenapa nggak pake baju sih? Nggak malu apa ada Leta di sini?" Dona mencubit perut Skala. "Buruan balik ke kamar, pake baju dulu."

"Iya." Skala mengangguk. Dia kembali ke kamar, lalu menutup pintu.

Dona mengulum senyum mengikuti Skala dari belakang, tapi ketahuan oleh pria itu. "Ikuut," rengeknya manja.

"Kamu tunggu di sini aja," tolak Skala dengan halus.

Dona cemberut.

"Tante Dona!" Kalis akhirnya datang dari kamar satunya lagi. Anak cantik itu memeluk Dona dengan senyum lebar.

Skala memanfaatkan kesempatan untuk segera masuk ke kamar.

"Halo sayang, kangen banget ih sama kamu. Kamu betah, kan, tinggal di sini?" Dona menekuk lutut di lantai agar bisa sejajar dengan Kalis.

"Betah dong! Papi Ska baik banget!" sahut Kalis dengan riang.

Dona lantas berdiri. "Tadi kamu panggil Om Skala apa?" Dia yakin tadi salah dengar, atau Kalis yang salah bicara.

"Papi Skala," jawab Kalis polos.

Dona tertegun.

Leta mendekati Dona dengan ekspresi panik. "Emm, jangan didengerin, Don. Ini Kalis ngasal aja, nggak serius kok," ucapnya takut bila Dona marah.

Dona pun akhirnya tersenyum, lalu membungkuk. "Kalau Om Skala bisa jadi Papi kamu, berarti Tante Dona juga bisa dong jadi Mami kedua kamu?" mintanya dengan senang hati.

"Kalis udah punya Mami, nggak mau ada Mami lain. Papi Skala dan Mami Leta aja udah cukup." Kalis memegang tangan Dona, seolah takut bila sang Mami digantikan oleh wanita lain.

Dona terlihat kecewa, juga bingung.

"Don, jangan kamu dengerin banget ya omongannya Kalis. Terkadang dia nggak ngerti apa yang dia omongin," minta Leta.

Skandal CintaWhere stories live. Discover now