Part 10 - Ajakan Queensha

1.1K 89 35
                                    

Part 10 - Ajakan Queensha

Queensha tersenyum lebar menikmati semilir angin menerpa tubuhnya. Rambutnya terbang menutupi wajah, gaun pantai yang yang dia kenakan mencetak jelas tubuhnya. Dia sedang berdiri di samping kolam renang yang menghadap ke laut.

Queensha sangat senang diajak liburan oleh Romeo meski tidak jauh. Queensha berlari-lari kecil dengan kaki telanjang.

Dia tergelak bahagia, kemudian berlari menghampiri Romeo yang membiarkannya menikmati angin pantai.

Romeo menahan nafas sembari menangkap badan Queensha. Cewek itu melompat ke pelukan Romeo tanpa aba-aba.

"Seru banget." kata Queensha menyengir lebar.

Romeo tersenyum dan mengecup dahinya. Membawa Queensha ke sebuah gazebo dan mereka duduk di sana.

Romeo membuka sebuah wadah berisi rujak buah. Queensha juga langsung ngiler, mengambil potongan buah dan memakannya.

Mereka berdua sibuk menghabiskan satu box rujak buah yang segar. Setelah itu memperbaiki posisi untuk istirahat. Menikmati angin laut yang sepoi-sepoi.

Queensha mengantuk setelah kenyang makan rujak. Dia berleha-leha di dada Romeo dengan nyaman.

Romeo meringis beberapa saat kemudian. Queensha seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa lagi.

Tetapi kemudian, Romeo tersenyum tipis dan mengelus-elus rambut Queensha dengan sayang. Menemani cewek itu sambil bersantai.

Queensha tidak menyadari saat Romeo memindahkannya ke kamar resort. Tidur queensha pun makin pulas sampai matahari tenggelam.

Pada malam harinya, keduanya makan di luar. Queensha sangat menikmati makan malamnya. Makan sambil menggoyang-goyangkan badan.

"Harusnya kita ajak Phoebe sama Barta." kata Queensha menyesal tidak merayu Phoebe lebih keras. "Queen mau telpon Bee dulu."

Sambil makan, Queensha mengoperasikan ponselnya. Mencari kontak Phoebe dan mendial up.

"Tar aja habis makan." cegah Romeo.

"Mau sekarang." Queensha keras kepala.

Panggilan itu terhubung dan memperlihatkan wajah Phoebe dari seberang line. Cewek itu sedang duduk di atas ranjang sambil berpelukan dengan Barta.

"Bee," jerit Queensha antusias. Memamerkan makanannya sebelum melahap sambil tersenyum lebar.

"Dimana Queen?" tanya Phoebe penasaran.

"Makan." jawab Queensha. "Queen sama Romeo jalan-jalan. Seru banget, resortnya keren, makanannya enak."

"Ih, Queen nggak ngajak." keluh Phoebe mengerucutkan bibirnya.

"Kemarin kamu nggak mau. Katanya kamu nggak bisa jalan jauh, capek." Queensha menginginkan.

"Kalau pelan-pelan kan masih bisa." kata Phoebe.

"Yaudah, ayo susul ke sini." ajak Queensha.

"Ayo, Bar kita susulin mereka." ajak Phoebe pada Barta yang langsung memutar bola mata.

"Tempatnya gitu doang." jawab Barta tidak tertarik.

"Tempatnya bagus. Ini ..." Queensha menunjukkan di sekitar mereka.

"Bar, itu bagus." Phoebe terhasut. "Ayo ke sana sekarang."

"Udah malam." emak Barta.

"Nggak usah susulin." Romeo menambahkan. "Besok kita udah balik."

"Meo, biarin aja. Biar rame-rame. Ajak Mba Nina sama Stef." Queensha kembali mengusulkan.

"Sini peluk." Barta mengalihkan perhatian Phoebe dengan cara memeluk dan mengecup singkat.

Benar saja, Phoebe langsung luluh dan mengabaikan Queensha di seberang. Queensha cemberut, Barta kembali mengecup Phoebe dan memutuskan panggilan dengan salah satu tangannya. Melanjutkan aktivitas mereka sampai Phoebe dibuat melayang dengan sentuhan-sentuhannya.

"Ih!" Queensha cemberut. "Telpon mba Nina." gumamnya tidak menyerah.

"Nggak usah." larang Romeo tetapi sudah terlanjur.

"Apaan lo ganggu weekend gue yang paling berharga ini?" tanya Stef galak.

"Stef, ih! Queen mau ngomong sama Mba Nina."

"Ayang gue sibuk!" tolak Stef mentah-mentah.

"Queen sama Romeo lagi jalan-jalan. Ini makan-makan."

"Bodi amat!"

"Stef!!" Queensha menjerit sebal. "Ayo susulin sini."

"Ogah! Gue sibuk ngadon bayi." cengir Stef bangga. "Sekarang lagi ngadon kupingnya, idungnya udah jadi."

"Ih,"

"Udah ya! Jangan ganggu lagi! Gue blokir entar!" ancam Stef sadis dan memutuskan panggilan.

Queensha mengerang stress. Semua orang sibuk. Barta dan Phoebe sibuk, begitu juga dengan Stef yang menolak mentah-mentah.

Citra dan Kevin tidak mungkin. Citra dan Kevin sudah tidak bersama lagi. Lagi pula, Citra sudah jauh di benua lain. Kalau mengajak Kevin sendiri, tidak mungkin datang.

Kevin sudah berubah, sukur-sukur telponnya di angkat. Malah kadang nomornya mati suri, berhari-hari tidak bisa dikontak. Oren tidak mengerti bagaimana cara Kevin bertahan hidup tanpa ponsel.

"Oren sama Alex." Queensha kembali berbinar.

"Jangan, Queen! Cepetan kamu makan. Jangan ganggu mereka."

Queensha tidak menanggapi, dia mencoba menelpon Alex dan Oren. Tetapi tidak di angkat. Romeo menarik nafas panjang, istrinya sangat keras kepala.

Dimana-mana biasanya menginginkan waktu hanya berdua saja dengan pasangan tanpa adanya gangguan dari orang lain. Berbeda dengan Queensha, malah begitu senang kalau beramai-ramai.

"Ren," panggil Queensha. "Queen sama Romeo lagi jalan-jalan."

"Males!" jawab Oren tidak tertarik. "Gue ngantuk, jangan ganggu."

"Ren!"

Tut ... tut ... tut ...

Panggilan itu terputus. Queensha berdecak dan mengomeli ponsel. Lalu cemberut putus asa. Tidak ada yang mau di ajak. Tidak ada yang mau menyusul.

"Habisin makanannya. Nggak usah ganggu mereka." kata Romeo sekali lagi.

"Kalau rame-rame seru." Queensha cemberut.

Romeo menarik nafas panjang dan melanjutkan makan. Queensha masih cemberut dan makan pelan-pelan, tidak begitu selera lagi.

***

Jakarta, 23 Juli 2023

Vote dan komen ya ❤️

Q & RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang