Part 7 - Curhat

936 96 9
                                    



Part 7 – Curhat



Beberapa hari kemudian, Queensha pergi diantar Romeo ke rumah Barta. Selama dia kuliah, Queensha dititipkan di rumah sahabatnya, agar istrinya memiliki teman agar tidak bosan sendirian.

Queensha sangat senang berteman dengan Phoebe. Banyak hal yang mereka lakukan bersama-sama. Dari belajar memasak, berdebat, berantem, pergi jalan-jalan dan sebagainya. Meskipun setiap bertemu pasti berdebat dan adu mulut, keduanya pasti akan berbaikan lagi.

Baik Queensha maupun Phoebe tidak tahan saling diam beberapa jam saja. Hanya hitungan menit saja mereka berantem, setelah itu kembali berdebat dan ngotot-ngototan.

“Kemarin itu kan, Queen sama Romeo pergi ke rumah Mama Melisa, terus Romeo bilang kami nunda anak dulu.” Curhat Queensha.

“Emang Queen mau nunda punya anak?” Tanya Phoebe.

Hanya mereka berdua saja di rumah Barta. Barta dan Romeo pergi kuliah, sedangkan mertua Phoebe jarang di rumah, mereka sering bepergian untuk bisnis. Meskipun begitu, Queensha dan Phoebe hanya di kamar saja, kalau lapar baru turun ke dapur itu pun kalau ada makanan.

Keseringan mereka order makanan. Kadang Romeo atau Barta yang mengirimkan makanan untuk mereka agar tidak kebosanan di rumah.

Phoebe sebentar lagi akan melahirkan, mereka sudah mulai mencicil pelengkapan bayi. Queensha sangat suka mainin pakaian bayi, ukurannya kecil-kecil dan lucu sekali. Gemesin gitu pengin koleksi.

Queensha paling semangat menyusun pakaian bayi pada rak. Kalau punya anak seperti sedang bermain Barbie, alat-alatnya kecil dan warna-warni. Queensha pengin punya semua, tetapi dia tahu punya anak tidak semudah yang dilihat orang-orang.

“Iya. Bee sering bilang kalau hamil aja repot.” Keluh Queensha mengerucutkan bibir.

“Emang.” Phoebe membenarkan. “Queen lihat sendiri, Bee harus kontrol ke rumah sakit tiap bulan. Harus merhatiin pola makan, harus minum vitamin. Terus maunya Bee itu aneh-aneh. Tiba-tiba pengin nangis, pengin tidur, pengin makan, pengin marah. Aneh-aneh banget.” Ucap Phoebe membenarkan panjang lebar.

“Tuh, kan. Queen jadi takut.” Queesha cemberut. “Queen nggak pengin repotin Romeo. Romeo kan udah kuliah, bentar lagi kerja terus kalau Queen hamil dan punya anak, siapa yang jagain?”

“Ke rumah Tante Melisa.” Saran Phoebe ringan.

“Mama Melisa kan sering pergi-pergi juga.”

“Iya, juga ya?” Phoebe juga pusing. “Ih, Bee jadi takut nanti yang jagain Bee kalau sudah lahiran siapa?” Tiba-tiba cewek itu panik.

“Barta.”

“Barta kuliah, terus kerja.” Phoebe mengerang frustasi.

“Pasti dijagain. Barta, kan, kerjanya bentar di basecamp. Bee bisa ikut kerja, ada ruangan juga di sana.” Jelas Queensha mengingatkan. “Kalau Queen nggak bisa, Romeo kerjanya di kantor papa.”

“Queen, ayo kita satu rumah sama Oren juga.” Ajak Phoebe menemukan ide cemerlang. “Kalau Bee sama Oren udah lahiran, kita tinggal di satu rumah biar nggak repot. Ada yang jagain kita.”

“Siapa?”

“Oren, Bee sama Queen. Kita saling jaga.”

“Mana bisa!” Elak Queensha. “Terus Queen juga hamil dulu?”

“Nggak usah dulu. Nanti kamu belajar dulu jagain bayi.”

“Ih, kalau Queen mager gimana?”

“Nggak boleh mager!”

Q & RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang