"Hali,""Hm?"
Halilintar menoleh kala sang istri memanggilnya dengan suara lembut, ia meninggalkan kegiatannya sebentar—memberi semua kefokusannya pada si istri.
"Hali itu ... Ganteng, gak?"
Huh?
Laki-laki berusia 26 tahun itu tak menjawab, dia kembali menumpahkan setiap tinta pulpen di atas kertas yang tadi sempat tertunda.
Tangannya dengan lihai menulis dengan cepat , tanpa mempedulikan sosok wanita yang tengah menunggu jawaban dari dirinya.
"Hali!"
Halilintar mendengus ketika istrinya itu melempar bantal sofa kearahnya—lebih tepatnya asal arah sih, tapi kebetulan aja kena.
Ia kembali melirik sang istri, senyumnya coba dia pasang walau lebih terlihat seperti senyum paksa.
"Apa, sweetheart?"
"Halii! Orang nanya tuh dijawab, bukan didiemin! Kamu tuh gimana, sih."
Aduh, kalau [Name] sudah mode seperti ini, Halilintar jadi ingat dengan Ibundanya ketika marah atau khawatir dengan dirinya.
"Memangnya kenapa nanya gitu tiba-tiba? Ada masalah lagi?"
[Name] menggeleng,
"Aku penasaran sama muka Hali!!"
Oh, ternyata itu.
Suaminya itu terkekeh, kadang mas suami suka gemas kalau liat istrinya kayak anak kecil yang penuh dengan rasa penasaran.
"Kan sudah kubilang, kan? Kamu bakal tau nanti, [Name]."
"Tapi taunya itu kapaan Hali!"
"Sebentar lagi, asal kamu mau."
"...."
[Name] tak menjawab, yang ada malah helaan napas keluar dari mulutnya. Halilintar tahu maksud dari itu, lantas, ia meninggalkan tumpukan kertasnya dan duduk disamping sang istri.
"Aku cuma takut, Hali...."
"[Name], aku gak maksud maksa. Tapi, kamu sendiri yang bilang pengen bisa liat semuanya lagi, kan? Penglihatan kamu itu masih bisa dibalikin, masih ada kesempatan,"
Halilintar menjeda ucapannya, dia raih tangan mungil yang menjadi favoritnya, lalu dikecupnya pelan.
"Cara buat balikin itu semua, operasi. Kamu udah sering latih matamu sama dokter, tapi gak begitu berhasil. Segala cara kamu coba, dan pada akhirnya harus operasi. Semua yang kamu coba bakal sia-sia kalo kamu nyerah sampe sini aja, [Name]."
Sang istri hanya diam, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut suaminya. Ia tahu Halilintar bermaksud memberi support kepadanya. Namun, tetap saja [Name] masih merasa takut!
"Aku mau, Hali! Aku cuma takut."
"Apa yang kamu takutin?"
"Ruang operasi, operasi, pokoknya semuanya yang berhubungan dengan operasi!"
Laki-laki itu mengelus punggung istrinya ketika ia melihat tangan sang istri yang ia lipat menjadi sebuah bulatan—menahan emosi.
"Ada masa lalu yang bikin kamu takut kayak sekarang?"
[Name] mengangguk,
"Ayah gak pernah dan ga akan buka mata lagi pas keluar dari ruang operasi, itu jadi hari terakhir aku liat Ayah."
"... Eh?"
Elusan dipunggung [Name] ia hentikan, kini tatapan bingung dia berikan kepada istrinya. Bagaimana bisa sang istri melihat tentang kejadian operasi sang Ayah? Bukankah [Name] kehilangan penglihatannya saat kecelakaan itu terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
beautiful eyes; b. halilintar [√]
Random❛❛BoBoiBoy Halilintar x Reader❜❜ 𝘐𝘯𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘏𝘢𝘭𝘪𝘭𝘪𝘯𝘵𝘢𝘳, 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 '𝘥𝘪𝘢' 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢. "... [Name], kamu itu pemilik mata terindah yan...