TOK TOK TOK TOK!Pintu diketuk dengan kencang, membuat dua insan yang tadinya sedang mesra-mesraan itu bangun dan langsung memperbaiki posisi mereka.
Halilintar mendekat kearah pintu, dia pegang kenopnya lalu dibuka. Menampilkan sosok pria yang mirip Halilintar tengah tersenyum lebar dengan bayi di bedong di tangan.
"Blaze?"
"Bang Hali, plis, Abang harapan terakhir Blaze! Blaze ada acara sama ayang di kota sebelah, bakal repot kalo bawa bayi. Tadi minta Bang Upan, Bang Upannya lagi liburan keluarga, mau minta Bang Gempa juga dia lagi sibuk kerja, Ice juga lagi reunian sama temen kampusnya, Thorn lagi liburan juga sama keluarganya...." jelasnya panjang lebar.
Halilintar hanya mendengus, singkatnya, Blaze ingin menitipkan anaknya yang baru berumur dua bulan itu ke mereka berdua.
"Solar? Kenapa gak ke dia?"
"Bang ... Abang kan tau sekarang Solar lagi berantem hebat sama istrinya, bahkan aku denger dari Thorn katanya Solar mau cerai-- nanti kalo disuruh jaga bayi lagi dia makin frustasi, kesel gimana?"
Astaga, Halilintar lupa jika enam hari yang lalu istrinya Solar datang ke rumah Halilintar dengan wajah sembab habis menangis. Bukan datang untuk menemui Halilintar, tapi menemui [Name]. Istrinya Solar itu kagum sama [Name] dari jaman SMA.
Solarnya sendiri, dia kembali ke rumah mereka bertujuh dulu, wajahnya kusut, rambutnya acak-acakan, kantong matanya tebal.
Sudah seperti orang stress.
Saat ditanya, mereka jawab kalau mereka berantem lagi--gak main fisik, cuma adu mulut sama teriak-teriak.
Kadang orang-orang sering bertanya, kenapa mereka berdua menikah padahal tak pernah akur dari dulu, dari jaman SMA.
Sekarang mereka berdua sedang di masa menenangkan diri masing-masing.
Istrinya dibantu oleh [Name], Solar sendiri dibantu keenam kakaknya. Mau bagaimanapun, dimata mereka semua itu Solar tetep si bungsu kecil.
Padahal cuma beda beberapa menit.
Anak mereka sendiri yang baru berusia lima tahun; Cahaya, untuk sementara dijaga oleh Kakeknya alias Amato.
Cahaya itu termasuk golongan anak yang pintar untuk seumurannya. Dia mengerti keadaan Ayah Ibunya. Sebelumnya, tiap Ayah dan Ibunya sudah ingin bertengkar hebat pasti Cahaya langsung menuju telepon rumah untuk menelpon paman-pamannya.
Cahaya selalu mencegah pertengkaran orang tuanya. Namun, enam hari yang lalu ia gagal karena menginap di rumah temannya.
"Shut, jangan ingetin gue sama itu. Gue belum nemu jalan keluar biar mereka baikan."
Itu masalah rumah tangga orang, tapi Halilintar yang pusing.
"Hali, itu siapa?" [Name] ikut penasaran karena Halilintar begitu lama disana, saat [Name] kesana ternyata ada Blaze dengan bayi yang merupakan ponakannya.
"Oh, Hai [Name]! Aku bawa bayi loh, [Name] mau jaga gak? Aku ada acara soalnya, bakal ribet kalo bawa bayi. Mau taruh di penitipan anak tapi takut, karena gak kenal orang nya."
Matanya berbinar terang,
"Mau dong! Yakali engga, ya kan, Lin?"
"Aku gak set―"
"―kalo gitu, tolong ya!"
Halilintar belum menyetujui, namun Blaze sudah menyerahkan anaknya kepada sang istri, tak lupa juga tas besar berisi perlengkapan bayi diberikan ke Halilintar.
KAMU SEDANG MEMBACA
beautiful eyes; b. halilintar [√]
Random❛❛BoBoiBoy Halilintar x Reader❜❜ 𝘐𝘯𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘏𝘢𝘭𝘪𝘭𝘪𝘯𝘵𝘢𝘳, 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 '𝘥𝘪𝘢' 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢. "... [Name], kamu itu pemilik mata terindah yan...