DAMILI-1

5.2K 466 58
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Satu bulan kemudian.

"Huhh..." Asap dari rokok yang ia hembuskan mengepul dengan bentuk abstrak. Sesekali ia bernapas sambil fokus melihat daftar beberapa pemain untuk malam ini. Topi hitam sudah menjadi ciri khasnya, dengan dipadukan jaket kulit warna senada juga.

Jam ditangannya masih menunjukkan pukul angka sembilan lebih sepuluh menit. Namun, orang-orang mulai berdatangan dan berkerumun di dua titik kumpul, yaitu sebelah kiri dan kanan.

Rokok yang tersisa setengah dengan enteng ia buang begitu saja, lalu ia injak sampai bara api dari ujung rokok itu mati menjadi abu. Kembali napasnya berhembus dengan sedikit tidak nyaman. Ia mendongakkan kepalanya ketika salah satu temannya menghampirinya.

"Lion malam ini jadi main kan?" Tanyanya kepada lelaki yang memakai topi hitam.

"Di daftar gak ada," jawabnya.

"Lo lihat update terbaru di grup. Lion main meskipun harus diganti pemainnya," katanya.

Alisnya terangkat sebelah dengan mata cokelatnya yang mulai menatap tajam layar ponselnya. Ada beberapa pembaruan dari daftar pemain untuk malam ini, yang pertama Lion tidak mendaftarkan pemain dengan alasan ketuanya sedang tidak baik-baik saja, tetapi kini sudah kembali mendaftar dengan perwakilan pemain baru.

"Lo tahu kan kalau ketua Lion mengalami musibah? Udah ada satu bulanan kalau gak salah, tapi tetap dia gak bisa main dulu untuk saat ini."

"Tau," jawabnya dengan singkat. "Padahal gue pengen lihat dia."

Panggil saja Fikri teman si lelaki bertopi hitam. Fikri terkekeh pelan mendengar perkataan temannya ini. "Lo suka sama dia?"

Lelaki itu terlihat memberikan senyuman tipis. Pancaran matanya memang terlihat seperti sedang bahagia saja kala mengingat wajah dari ketua Lion.

"Ta, kalau orang-orang pada tau lo suka sama ketua Lion yang ada lo malah dikatain gay!"

"Yakali gue suka cowok lagi!" Bantahnya dengan cepat.

"Kan semisalnya."

Dion Alta Aditama kerap kali dipanggil Ta atau Yon oleh teman-temannya. Ia bekerja sebagai panitia balapan liar yang kerap kali diadakan setiap sebulan sekali bahkan kadang dua kali dalam sebulan. Ia sudah bekerja dengan profesi ini sudah lama, semenjak ia duduk dibangku SMA kalau tidak salah. Dan dari masa sekolah pun hidupnya harus penuh dengan perjuangan.

Ia hidup sebatang kara. Tidak ada sosok ibu maupun ayah dalam hidupnya. Namun, ia mempunyai seorang paman, tetapi ia tidak mau menyusahkan pamannya lagi. Singkat cerita pamannya pernah bercerita bahwa ia pernah dititipkan disebuah panti hingga usia dirinya menginjak sepuluh tahun. Dan banyak lagi cerita yang sudah pamannya ceritakan, hingga ia kini menggeluti pekerjaan ini hanya untuk satu tujuan.

DAMILI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang