Bab 2

102 20 1
                                    



Hembusan Angin menerbangkan anak rambut yang membingkai wajah putihnya, senyum ramah tidak pernah pudar dari bibir merah mudanya. Satu kata dalam benak Arki, cantik.

"Ini anakmu Ki?"

"Ah, ya." Jawabnya tanpa sadar.

"Oh, ya? Kapan nikah? Tidak undang-undang,"

"Eum? Aku belum menikah!"

"Tapi kau sudah punya anak, jangan bilang...." Selin menggantung kata-katanya.

Pria itu melirik Nana yang asik dengan cokelatnya. "Nana bukan anakku." Tegasnya.

"Tapi tadi kau bilang,"

Arki mendesah. "Ini anaknya Kak Van." Katanya, aneh kenapa Arki harus repot-repot menjelaskan. Biasanya pria itu santai dengan pendapat orang lain.

Mata Selin menyipit menatap penuh curiga kemudian tertawa, "Oke oke aku percaya."

Tanpa sadar Arki melirik jari manis Selin. Aneh, dia berubah tenang ketika tidak menemukan cincin melingkar pada jari manis wanita itu.

"Oh, iya ini buku yang kau mau."

"Tidak, untukmu saja. Sepertinya kau ingin membacanya." Tolak Selin.

Arki tidak mengelak, dia mengambil buku itu. Selin mencebikan bibirnya, sama sekali tidak ada basa-basinya, pikirnya. Setelah selesai memilih buku mereka membayar, Arki membayarkan sekalian belanjaan Selin.

"Tidak perlu-"

"Aku memaksa." Sahutnya, "Ini,"

Selin melihat kearah Arki, "tapi tadi kau yang mengambilnya-"

"Aku memberikannya untukmu." Sahut Arki, berjalan pergi begitu saja melewati Selin yang bingung.

Gadis kecil dalam gendongan Arki melembaikan tangannya sambil menggumamkan, "bye...bye..." dalam bahasa bayi yang tidak jelas.

Selin tertawa, mengikuti Arki yang berjalan semakin jauh. "Kalau begitu aku traktir sebagai gantinya." Katanya semangat.

"Oke." Sahutnya, tanpa penolakan basa-basi.

"Pesan apapun yang kau mau." Suaranya berubah lembut ketika berbicara kepada Nana. "Nana suka es krim?"

Gadis kecil itu mengangguk, kemudian mengatakan sesuatu yang terdengar seperti 'i cim' pada telinga Selin.

Selin tertawa, mengusap pipi gadis kecil itu lembut, "tidak perlu kuatir, mereka tidak menggunakan pemanis buatan disini."

"Aku tidak bilang apa-apa kan?"

Bibir Selin mencebik, Arki masih menyebalkan seperti dulu. Mereka adalah teman semasa putih abu-abu, sebenarnya mereka tidak terlalu akrab, hanya beberapa kali mengobrol. Tapi tenyata mereka tidak pernah saling melupakan. Terutama setelah kejadian bertahun-tahun lalu, mereka berdua sama-sama ditinggal kekasihnya menikah. Sialnya lagi, kekasih Selin menikah dengan kekasih Arki, singkatnya Selin dan Arki sakit hati secara bersamaan dengan cara yang sama dan orang yang sama.

Selin sangat menyukai anak-anak, jadi dia lebih banyak mengurusi Nana dibandingkan makan makananya sendiri. Pun gadis kecil itu sepertinya menyukai wanita itu, mereka nampak akrab meskipun baru pertama kali bertemu. Bahkan Nana beberapa kali menyuapi Selin, ah, sungguh menggemaskan.

"Selin, kau peraktik disini?" sedikit banyak Arki tahu Selin bekerja sebagai apa.

"Tidak. Aku peraktik di kota sebelah, aku ke sini karena ingin mengunjungi Papa."

Cute HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang