halo. buat yang merasa enggak nyaman dengan topik kekerasan dalam rumah tangga, boleh banget skip chapter ini. aku yakin, kalian pasti masih ngerti apa yang terjadi kalau langsung baca chapter selanjutnya. this is a trigger warning, jangan dipaksa ya.
***
enam kaleng -atau tujuh? entah, maierken terlalu mabuk untuk menghitung- pokoknya, beberapa kaleng tersebut berhasil membuat kepala pria itu terasa ringan.
maierken menaruh kepalanya pada lipatan tangannya di atas meja.
kepala ringan, masalah berat.
ia semakin menelungkupkan kepalanya.
pusing.
//
setelah dua jam mendekam di kamar, tokyo akhirnya turun ke bawah. untuk mengambil minum. bukan untuk bertemu maierken.
tentu saja, tokyo masih marah.
wanita itu berdecak berkali-kali saat melihat keadaan suaminya. menemukan maierken yang sedang sangat berantakan malah membuatnya semakin murka.
pekerjaan pria itu sudah pasti tidak selesai dan maierken malah minum-minum.
kebiasaan.
dibuangnya kaleng-kaleng kosong itu ke tempat sampah. setelahnya ia kembali mengamati maierken. sekarang bagaimana? tokyo berkacak pinggang di depan raga suaminya ini.
walaupun mereka sedang tidak dalam status baik-baik, namun tokyo merasa terlalu jahat membiarkan maierken tergeletak di meja makan.
lagipula masalahnya akan lebih pelik kalau ia bersikap bodo amat.
maierken akan semakin marah.
dikarenakan badannya yang terlampau kecil untuk memapah suaminya, tokyo memutuskan untuk membangunkan si pria besar ini supaya maierken bisa tidur di kamar.
"maierken!" seru tokyo sedikit berteriak.
tidak ada pergerakan.
"maierken!!!"
tokyo mendesah kesal tatkala tidak ada tanda-tanda maierken akan kembali sadar. ia menepuk pelan punggung si lelaki tinggi. "maierkEN!!!!!"
tokyo kembali mendecakkan lidahnya. pada tepukan ke sepuluh kalau maierken masih tidak bangun, ia akan balik ke kamar. masa bodoh.
tepuk, tepuk, tepuk.
tepukan ke empat,
tepukan ke lima,
ke enam-- "hmhHh... apa!?" maierken menunjukkan wajah telernya. matanya mengerjap-ngerjap untuk memperjelas sosok yang mengganggu istirahat singkatnya. "siapa?"
"masih tanya siapa?!"
"kyo?"
"iya, tokyo!"
"kyo~"
"apa?"
"kyoOo, kamu gak pergi?"
"kemana?"
"ketemu cemcem-"
"enggak, maierken."
"kyooooo~~~!!!"
menyedihkan.
maierken, kamu menyedihkan.
tokyo memejamkan matanya sambil mengurut pelipisnya.
kenapa ia bisa berhadapan dengan peristiwa seperti ini?
"kyo, kamu cantik."
"maierken, kamu berisik."
sebuah tawa keras keluar dari bibir maierken. "jangan gitu sama suami. sama vernon kamu ketawa. sama aku, jangan galak yaaaa~"
"dasar gila," gumam tokyo saat maierken dalam posisi duduknya, tiba-tiba bergerak memeluk dirinya yang sedari tadi berdiri di sampingnya.
"kYo! ngomong yang bener!"
"kamu juga ngomong yang bener! ngelantur aja."
"tapi kamu beneran cantik, kok." tangan maierken meremas bokong istrinya.
"no. stop."
"sorry, beautiful." tokyo membeku saat merasakan hidung maierken menggesek pelan sisi kanan pinggulnya.
"hey..... please, berhenti..."
"but i said sorry, kyo."
"kamu lagi gak sadar..." tokyo menggigit bibir bawahnya dan menjauh, berusaha menarik diri--yang justru menuai kontra, pria itu malah semakin mengeratkan dekapan pada pinggulnya. "kamu lagi marah."
"aku gak pernah marah. aku selalu sayang." perilaku maierken dirasa semakin menuntut.
"aku gak suka." suara tokyo mulai bergetar. "kamu... yang ini-"
seakan ditulikan oleh nafsu atau apa pun yang merasuki dirinya, maierken menghiraukan isakan yang terdengar di udara. "kamu gak suka aku? terus sukanya siapa?"
"..."
"kyo. aku mau kamu."
"gak mau. aku gak mau-"
"kamu dengerin aku!"
"apa sih!? gak! aku gak mau!!!!"
"tokyo!"
"LEPASIN!"
"gak usah nangis, kyo. cengeng."
"no. fuck, fuck you!!"
"kepalaku pusing, jangan teriak!"
"GAKKKKKK!!!"
dan disaat tokyo berteriak histeris, maierken melayangkan tangannya.
"STOPPP!!" tangis tokyo mengencang tidak terkendali. "STOP!! SAKIT!"
tangan kiri si lelaki menekan pipi tokyo, menimbulkan ringisan pedih dari si perempuan.
"makanya, kalau aku ngomong, didenger."
kuku pria itu mulai mengambil andil dalam menancap. air mata tokyo semakin deras. rasanya sangat perih.
"nurut sama aku."
kebiasaan.
ketidaksadaran yang berakhir dengan kekerasan.
kenapa mereka bisa berhadapan dengan peristiwa seperti ini?
karena pria itu merasa takut, bahwa genggamannya pada istrinya mengendur.
maierken tidak mau kehilangan tokyo.
pada sisi lain, wanita itu merasa takut karena
cengkraman maierken terlalu kuat.maierken tidak mau kehilangan kuasa.
maierken tidak mau kehilangan kuasa atas tokyo.|| fiord ||