Dua hari berlalu. Kini salju turun lebih tenang daripada sebelumnya, walaupun tak ada sinar matahari setidaknya tidak sedingin hari-hari sebelumnya. Beberapa murid-murid Hogwarts bermain salju, dan beberapa lainnya tengah menaiki kereta kuda untuk menuju ke stasiun. Natal akan tiba besok, itu sebabnya mereka akan pulang ke rumah masing-masing untuk merayakan natal. Begitu juga Ophelia, yang akan merayakan natal dirumah Remus dan Tonks. Entah ke berapa kalinya ia merayakan natal bersama 'keluarga', tapi yang jelas itu dapat di hitung dengan tangan.
Di sebuah kamar bernuansa hitam dan hijau, Ophelia tengah mengepak beberapa baju yang akan dibawanya untuk kerumah Remus. Sebetulnya ada beberapa baju yang tertinggal disana, tapi ia yakin bajunya sudah tidak akan muat. Gadis itu masih dalam masa pertumbuhan, tak mungkin dalam kurun waktu 2 tahun baju-baju yang ditinggalkan disana masih muat bukan?
Tangannya berhenti sekejap, dan ia membuka laci lemarinya dan mengambil sebuah kotak kecil. Dirinya belum membuka kado natal dari Remus semenjak pria itu pulang.
"Mama ya?" Gumamnya pelan, dan mulai membuka pita kotak tersebut.
Tangannya mulai mengangkat tutupnya, dan terlihat kalung berwarna perak, dengan permata biru sapphire di tengahnya yang membentuk seperti butiran air terjatuh pertama kali.
Ophelia teringat cerita ayahnya dahulu. Saat Ophelia masih kecil, mungkin baru berumur dua tahun. Saat musim gugur, ayah Ophelia mengajak gadis itu ke toko perhiasan di London. Kala itu Thalia akan berulang tahun Damien berniat memberikan istrinya sebuah hadiah kalung atau cincin. Ophelia yang masih kecil di gendong dan melihat etalase toko tersebut.
"Ophelia suka yang mana?" Tanya Damien.
Ophelia menunjuk kalung biru sapphire tersebut. "Mama mama, suka!!" Saat itu ia belum fasih bicara.
Damien tertawa gemas melihat putrinya, lalu segera melangkah ke dalam toko tersebut dan membelinya. Sesuai dugaan Thalia sangat menyukai kalung tersebut. Dan entah bagaimana kalung itu bisa sampai ke tangan Remus.
Kakinya mulai melangkah ke depan cermin full-body dan mengaitkan kalung tersebut di lehernya.
"Looks good on me." Ucapnya sendiri menyentuh kalung. Ia tersenyum kecil dan kembali merapihkan baju-bajunya.
Tok! Tok!
Kening Ophelia menyerngit, ia berjalan membuka pintu, terlihat Daphne di depan pintu kamarnya sambil memegang sebuah kantung kecil berwarna merah. "Hai." Sapa Daphne tersenyum.
Ophelia membalasnya dengan mengangguk pelan. Daphne menyodorkan kantung merah kepadanya, "Merry Christmas Ophelia!" Serunya sambil memeluk Ophelia.
Gadis berambut hitam itu diam saja tak membalas pelukan, jujur saja dia agak merinding dan kaget saat di peluk seperti itu. Daphne melepaskan pelukannya, menatapnya antusias. "Tidak kau terima hadiahku?" Tanyanya.
Ophelia menerimanya, "Thanks," ucapnya menggantung. "Jangan memelukku, kita tidak dekat Greengrass. Merry Christmas tho." Lanjutnya sambil mengangkat hadiah yang diberikan oleh Daphne.
Daphne mengangguk senang. "You look happy Ophelia." Katanya yang membuat Ophelia bingung. "Write on your face" Lanjut Daphne tersenyum.
"I hope not, Greengrass." Jawab Ophelia cepat.
Daphne hanya tersenyum, "Oh ya kamu.. akan pulang?" Tanyanya hati-hati. Ia teringat kejadian saat Ophelia membanting meja, itu cukup seram jika diingat.
"Tidak, mungkin jalan-jalan saja di London." Jawab Ophelia mengendikkan bahunya. Tidak mungkin ia bilang dia pulang, tak boleh ada yang tau dia memiliki hubungan dengan Remus sebagai ayah baptisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slytherin Ice Princess [Draco X Reader]
Fanfiction"Jadi ini tujuanmu mendekatiku?" "Brengsek! Kalau kau bilang dari awal, aku pasti memaafkanmu!" Ophelia Aphrodite Oswald, atau seringkali di panggil dengan nama Slytherin Ice Princess. Sesuai dengan julukannya, kepribadiannya yang dingin membuat di...