2. Serupa, Tapi tidak sama

204 32 2
                                    

Terjebak dalam ruang gelap tanpa batas, (name) termenung sendirian. Mengilas balik sedikit kejadian yang ia Alami sebelumnya sebelum kehilangan nyawa akibat dibunuh ibu tirinya sendiri.

"Anak haram kayak lo, nggak seharusnya lahir!"

"Seandainya aku tahu bakal lahir di keluarga sialan modelan gini.. Tentu aku juga lebih milih buat nggak lahir, ibu tiri ku tercinta,"

"So.. jadi gue udah nyampe akhirat nih? Tapi kok munkar nakir belom interview sih? Lah anjir nasib gue gimana," gumam (name) frustasi.

"Kenapa lo sebegitu yakinnya kalau lo udah selesai dengan urusan dunia lo itu?"

Terdengar suara seorang remaja yang sepantaran dengan (name) itu dari belakang. Nampak seorang gadis bersurai hitam kebiruan dengan manik kuning keemasan berdiri di belakangnya, (name) berbalik.

"Malik sama ridwan juga mikir dulu kali mau bukain pintu buat lo," lanjut sang gadis cantik menohok hati mungiel (name).

"Gini gini gue anak baik baik dengan hati mungiel lembut bersih dan cuci. Jangan main main!" Ujar (name).

"Sudah selesai bicaranya?"

Berjalan perlahan seorang wanita berpakaian serba hitam dari belakang.

"Lo siapa," // "siapa kau,"

"Diam dan saksikan saja dulu," ujar wanita aneh itu, lalu muncullah 2 layar raksasa yang menampilkan rekaman panjang tentang jejak hidup si gadis bermanik kuning dan gadis bersurai hitam itu secara lengkap.

Si gadis bermanik gelap terkejut, mulutnya bergumam; "bfd?"

"Jika dilihat lihat, ngenes juga kehidupan kalian," komentar si Wanita mamba (?) Maksudnya si wanita kematian.

"Aku ada tawaran yang menarik---"

"Kalau kau mau menawarkan untuk kembali mengulang kehidupan yang sama, antarlah kami ke akhirat sekarang," potong (name) cepat.

Kematian menatapnya kesal, sudah dikasih jantung malah minta buka perdagangan organ. Jenifer tak berkomentar, untuk hal ini ia memiliki pendapat yang sama dengan gadis yang sepantaran dengannya itu.

"Hei kematian, aku Punya Permainan Menarik untuk dicoba. Tapi untuk itu, aku butuh kemampuanmu," Ujar Jenifer tersenyum menantang. sang kematian tertarik, lantas bertanya "Sebenarnya, semenarik apakah permainanmu itu sehingga berani untuk mengajakku?'

"Plis deh ya, kalian kalau mau main main aja. Nggak perlu bawa bawa aku--" Ujar (name) sewot yang dipotong oleh Jenifer.

"Dendam,"

Satu kata yang terlontar membuat (name) terdiam sedikit sebelum melontarkan tatapan bingungnya ke Arah Si gadis bersurai hitam kebiruan.

"Putar ulang waktu dan Tukar Jiwa kami, biarkan kami membalaskan dendam satu sama lain," lanjut Jenifer dengan senyuman angkuh yang membuat Sang wanita kematian menunjukkan minat.

"Tunggu, apa apaan dengan maksudmu 'kita' hah? Sudah kubilang nggak usah bawa bawa ak--"

Pemilik manik kuning keemasan melangkah mengikis jaraknya dengan (name), dengan tinggi yang lumayan jauh perbedaannya pun ia menunduk seraya berbisik.

"Dibunuh karena suatu alasan yang bahkan kau sendiri pun enggan.. Jangan munafik, Kamu juga menginginkan pembalasan atas kematianmu, bukan?"

Kata kata Dari Jenifer membuat (name) goyah.

"Kupikir ini akan menjadi kisah yang menyenangkan. Gadis dari dua dunia yang berbeda namun berjalan di atas garis takdir yang serupa meski tak sama, kini ingin saling membalaskan dendam mereka? Benar benar menarik,"

"Jadi, apa jawabanmu?" Tanya Jenifer dan Kematian bersamaan.

"Yah sorry (name) kita nggak bisa ngajak lo kali ini,"

"Seandainya Lo dan nyokap lo nggak ada, Gue pasti masih bahagia sama keluarga gue sekarang,"

"Masa nilainya cuma segini? Main hp terus sih kerjaannya"

"Kuterima" jawab (name) yakin.

*Ctak

Dalam satu Jentikan jari, Maka Roda Kehidupan Dunia Berputar lagi.

• •

Membuka Mata, (name) kebingungan karena kini di tangannya yang mungil terdapat sebuah buku.

'lah- Tangan kapalan gue kok jadi gemoy begini-?!'

Setelah kalimat itu terlontar dalam batinnya, (name) merasakan Dadanya berdebar tanpa alasan, Debaran rasa takut. Kepalanya terasa pusing, Satu per satu gambaran gambaran informasi bermunculan di kepalanya.

'tunggu, ini memori siapa? Ah, jangan bilang-'

Menoleh pada cermin disebelahnya, Barulah ia tahu rupa tubuhnya seperti apa. Seorang anak berusia kisaran 1 tahun sedang duduk seraya menatap pantulan dirinya di kaca. Netra kuning keemasan yang memancarkan cahayanya sendiri, Rambut rambut pendek berwarna hitam kebiruan memiliki daya tarik tersendiri.

"Tutup bukumu dan ayo main!"

Bukunya terebut, nampak seorang anak laki laki yang kira kira kisaran 4 tahun lebih tua darinya dengan surai coklat, ditemani dengan manik kuning keemasan yang juga Jenifer miliki.

"Jay, jangan mengganggu adikmu terus, biarkan ia melakukan apa yang ia suka," ujar seseorang dari jauh, (name) menarik garis besar dari situasi yang ia hadapi. Kini ia ter isekai dalam Dunia BFD yang lain.

'ck, udah jauh jauh isekai malah jadi adeknya ayang, masa masih gagal juga jadi Jodoh Jay?' batin Jenifer Kecewa brutal. Tangan mungilnya digenggam -- lebih tepatnya ditarik -- oleh kakak setannya itu.

"Kenapa malah bengong?"

Tanya Jayden seraya membongkar mainannya, satu box berukuran sedang berisi lego ia tumpahkan di hadapannya. Baru saja ia ingin mulai merangkai lego tersebut, tiba tiba muncul seorang Wanita Cantik yang mirip sekali dengan Jenifer. Hanya warna mata yang membedakan rupa mereka berdua.

Hanya dengan tampilannya itu, (name) langsung tahu bahwa dia adalah Jade, Ibunya dan jayden.

"Jenifer, sudah berapa kali kukatakan. Jangan main lego lagi! Apakah kau lupa terakhir kali Jayden main lego bersamamu dia malah masuk UGD?" Omel wanita itu, menatap Jenifer sinis.

'anakmu yang bego kok aku yang disalahin anjir,' batin Jenifer tidak terima. Entah kenapa padahal ia sedang kesal, tapi dadanya justru terasa sakit, mirip dengan perasaan.. sedih?

"Jade, sudahlah.. toh Jayden yang memaksa Jenifer main lego, baru saja aku membereskan buku yang dibaca Jen," ujar sang suami, Pablo durand. Jade menghela napasnya kesal.

"Kau terlalu memanjakan anak itu," ujarnya seraya mengajak Jayden untuk mandi.

Pablo yang memang malas bertengkar pun mengabaikan Jade dan menggendong Jenifer untuk mengajaknya memainkan permainan yang lain.

Jenifer-- atau lebih tepatnya (name) masih mengelola informasi. biasa, Lemot.

Pablo yang melihat Jenifer lebih diam dari biasanya pun mengira bahwa Jenifer tersinggung dengan ucapan ibunya tadi. Padahal biasanya, disaat saat seperti ini Jenifer akan mengoceh mengomel panjang lebar melampiaskan kekesalannya kepada sang ayah.

"Hei, nak. Ucapan ibumu nggak perlu dimasukan ke hatu. Ibumu nggak benar benar serius memarahimu kok," ujarnya meng-puk puk pundak sang anak.

"Iya.. aku juga nggak terlalu memikirkan itu kok,"

"Lantas apa yang membuat anak perempuan kesayanganku ini murung hm?" Tanya pablo seraya mencubit pipi anaknya yang gembul.

Jenifer memasang pose berpikir, rautnya nampak begitu serius.

"Ayah, aku mau tanya. Kepiting kalau dipotong apakah namanya akan menjadi kepotong?"

"Duh gusti-"

••
bersambung...

Isekai To Webtoon - Born From Death webtoon FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang