8. sedikit mengerti

116 21 0
                                    

Seminggu berlalu sejak hari itu-- hari dimana Jayden bertemu lagi pertama kali setelah sekian tahun terpisahkan.

Netra keemasannya melirik pada sebuah Jaket diatas meja miliknya. Tatapannya begitu dalam, sekaligus menerawang percakapan yang telah lalu.

"Bu, jadi aku akan bertemu dengan Jenifer?" Tanya Jayden dengan nada yang cukup bersemangat. Jade merapikan rambutnya seraya terus bergerak mengemas keperluan putranya sebelum pergi.

Selepas jayden bertanya, Seketika Jade menatap Putra sulungnya itu dengan sinis "alangkah lebih baik kalau kau tidak perlu bertemu dengannya lagi, selamanya"

Di depan pintu kamar, Berdiri Pablo durand menatap anaknya dengan tatapan murung. Lantas mulutnya terbuka menyahut perkataan Istrinya "jangan ajarkan Jayden hal yang tidak tidak, Jade"

"Bukannya mengajarkan, bukankah itu kenyataan? Aku yakin anak itu tidak akan bedanya dengan ayah, hanya pembunuh keji tanpa hati,"

"Lebih tidak punya hati mana dengan ibu yang memisahkanku dengan adikku sendiri?" Tanya Jayden, Suaranya tercekat.

Tepat setelah itu, tangan Jade menampar pelan bibir Jayden, agak menyesal setelahnya "jaga sopan santunmu, Jayden.."

"Lagipula percuma kau membela gadis cilik sialan yang kau anggap adik itu, Memangnya dia akan mengingatmu? Jangan konyol, dia akan lupa diri begitu menikmati kekayaan keluarga Law disana,"

"Perlahan tapi pasti, suatu hari nanti pasti gadis pengganggu itu akan menjadi penyebab kau mati, Putraku,"

Tangan Jade membelai lembut surai Coklat Jayden. Tubuh anak itu membeku, mulai goyah akan kepercayaan dan harapannya terhadap sang adik yang dirindukan sejak lama.

Semua karena ujaran ibunya.

Merebahkan dirinya di kasur, baru saja menutup mata tiba tiba terdengar ketukan pintu kamar dari luar. Mendengus kesal dan melangkahkan kaki dengan malas.

Akses terbuka, Nampak seorang gadis bersurai hitam kebiruan di depan pintu. Ah, baru saja dipikirkan, langsung muncul rupanya.

"Punten, gopud" sapanya singkat serasa menyodorkan Setoples berukuran sedang biskuit buatan Aresya. Memang nyatanya Biskuit Aresya yang disimpan dalam bentuk toples memudahkannya untuk membagikannya kepada siapa saja.

Jenifer sendiri tidak tahu apa alasannya, reflek saja jika mengunjungi seseorang malam malam ia bawa camilan.

Penuh adab seperti biasanya, Jenifer langsung masuk tanpa ba bi bu lagi. Jayden tercengang sedetik, kemudian ia mendudukkan dirinya di ranjang tempat adiknya juga duduk.

"Oke kakak ganteng, biar ku promosikan sedikit biskuit paling enak sebumi ini. Dibuat dengan susu kecoa murni dari sumbernya, lalu sedikit di fermentasi sampai benar benar basi, lalu dihidangkan dengan penuh cinta dan kasih sayang-"

"-Nggak, bercanda. Ini biskuit kesukaanku, jadi kamu juga wajib coba," ralat jenifer melihat perubahan eskpresi dari kakaknya itu.

"..makasih," jawab Jayden singkat.

Canggung, udara terasa berbeda diruangan ini. Jayden tiba tiba menarik tangan jenifer bangkit dari kasur.

"Kenapa?" Tanya si gadis penasaran, jayden menjawab singkat.

"Cuma kecoa,"

"AN- SINGKIRKAN CEPAT ARGH, SIALAN!"

Jenifer memekik, lengannya ia lingkarkan pada lengan kakaknya, tak ingin jauh jauh lantaran takut.

'bisa ga kecoa di dimensi ini musnah aja?!' raung Jenifer dalam batinnya.

Singkat cerita, berakhirlah perkara kecoa yang membuat sang adik lega. Namun fokus jayden berbeda, dia malah melirik pada pergelangan tangan adiknya itu. Terdapat sebuah garis disana. Dia terlambat sadar karena sebelumnya tertutup oleh batas panjang.

Tangannya mencengkram kuat lengan Jenifer, lantas bertanya; "apa ini?!" Dengan intonasi yang meninggi. Seketika Jenifer mengumpat dalam hati.

"Ah.. itu aku cuma terluka waktu Aresya lagi kupas buah, tapi bekasnya nggak hilang.."

Bohong, nyatanya dia penasaran atas reaksi jika ia mati saat itu juga. Nyatanya malah dia diselamatkan Aresya yang menjadi saksi.

Jayden curiga, tapi karena adiknya enggan membahas maka ia terpaksa diam percaya.

"Sudahlah, aku pamit dulu. Aku bisa mati kalau kakek nggak menemukanku di ruang belajar sekarang,"

jayden kaget, sekarang sudah jam 12 malam!

"Kau belajar? Jam segini?"

"Iya, dadah~"

Akses tertutup, Jayden pun terdiam. Kembali mengolah ulang perkataan ibunya. Mungkin kehidupan Jenifer disini tak semudah yang ibunya pikirkan.

••
Bersambung..

Isekai To Webtoon - Born From Death webtoon FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang