14. NGIHAA

104 13 3
                                    

BENAR saja, Julianne mengajak berkelahi. Jenifer hanya menyimak dari jauh hingga Julianne kalah. Namun wanita itu malah tertawa dengan mengerikan.

"Memang.. bukan aku yang akan membunuhmu.." ujarnya masih cekikikan. Jenifer terlambat menyadari. Ada scene yang cukup penting disini. Scene elena dilempar oleh Jaimerson di seberang sana.

Jenifer terjun duluan untuk menangkap wanita itu. Mengabaikan Jaimerson dan Jayden. Jenifer memilih mengajak elena untuk segera berlarian kabur.

Rupanya jayden menyusul menyamai langkah mereka. Elena bertanya dengan intonasi berteriak "Jay, Jen, siapa mereka?!"

Dua nama yang disebut saling tatap menatap satu sama lain, Lantas menjawab bersamaan "SANTA KLAUS SAKIT JIWA!"

Jaimerson memblokir Akses yang mereka bertiga lewati, Jayden berkata; "Celaka.. dia bertujuan mengurung kita!"

"Maaf Bocah, Mungkin kau akan selamat seandainya kau memilih untuk jauh jauh dari kakakmu dan tidak berbohong padaku," ujar Jaimerson, Mengubah Esnya tadi menjadi api.

Jayden memeluk Jenifer dan Elena bersamaan.

"Pegangan yang erat!" Perintahnya. jayden menggunakan es nya untuk bebas dari kurungan api Jaimerson. jenifer mengaktifkan mayanya untuk membekukan lantai sekitar mereka dengan Es yang berwarna hitam, disertai kabut hitam pekat yang akan bertahan setidaknya sampai mereka berhasil mengulur waktu untuk bersembunyi.

"Kenapa lari? Bukannya ibumu yang memberi perintah untuk membunuhku? Aku disini, bunuh aku kalau bisa" ujar Jaimerson mulai mengoceh. Jenifer merotasikan mata, kalau mau bunuh bunuhan to the point aja apa susahnya sih? Kira kira begitu pikirnya.

"Kau takut wanita itu terlibat? Pembunuh yang biasa mencabut nyawa berusaha melindungi seseorang? Entah kau sedang melawak atau apa,"

"Lalu sekarang kau dan geng krocomu itu juga berusaha menyelamatkan masa depan manusia. Sungguh suatu tugas yang mulia, kakakku pasti bangga,"

Di lain sisi, Lemon bertanya; "Jay, ada apa ini? Kenapa kau nggak hajar saja bajingan itu seperti biasanya?"

--dan Jenifer gregetan sendiri akibat pertanyaan itu.

"Lama lama kau yang kuhajar sini! Ngotak dong- umph!" Mulut gadis itu dibekap kakaknya, lantaran begitu bersemangat memarahi orang melupakan mereka sedang bersembunyi.

"Kalian pergilah duluan. Elena, kau cari yang lain," titah Jayden sambil menengok mengecek situasi. Elena membantah.

"Tunggu, maksudmu dia berbahaya kan?! Biarkan aku ikut bertarung!"

Kecupan mendarat di dahi Elena- membuat Jenifer jijik seketika sekaligus terkejut---- lantaran Jaimerson tepat di belakang Jayden sekarang.

"Aku mencintaimu"

Bukan ucapan pengungkapan yang manis, lantaran sang tuan di antara hidup dan mati. Puan memekik, dilindungi.

"Pergi dan jangan menengok ke belakang," perintah Jayden kepada adiknya. Lalu beralih pada sang paman.

"Mau membunuhku? Tidak semudah itu b*****!"

Abaikan makian yang tidak sepatutnya didengar anak anak, Jenifer Lari bersama Elena. Dalam pelarian, Elena menitikkan air matanya satu persatu- kian deras.

"Si bodoh itu.. kenapa dia berbicara seolah tak akan selamat?" Monolog Elena lirih yang terdengar oleh Jenifer.

"Berhentilah menangis, idiot. Jangan jadi beban untuk kakakku!" Maki Jenifer menatap tajam Elena, lalu tiba tiba menariknya untuk bersembunyi di sebuah dinding. Kerumunan berlari, mengatakan dimana letak persenjataan yang disimpan tanpa penjagaan.

"Senjata kalian juga nggak megang, kan?" Elena mengangguk, Jenifer melanjutkan ucapannya.

"Kita ambil kesana dulu, lari secepat yang kau bisa. Utamakan senjata jayden dan satu senjata lagi untukmu, aku yang akan mengendalikan situasi," jelas Jenifer yang disetujui Elena, lantas mereka berangkat sesuai rancangan.

'sialan, gara gara aku nempel sama Jayden jadi aku ikut ikutan buron!' umpat Jenifer dalam hati sambil menangani orang orang yang menyerangnya dan Elena. Untungnya ia membawa 2 pedang. Satu pedang biasa dan ikut dikumpulkan, dan satu pedang lipat yang ia bawa.

Ah, Elena kembali. Membawa beberapa senjata yang Jenifer- lebih tepatnya (name) kenali sebagai senjata milik andre, petra, Jayden dan- pedang milik Jenifer. Mereka melanjutkan perjalanan.

Satu serangan maya melesat tanpa aba aba, segera diblokir oleh jenifer menggunakan maya nya. Telah diketahui maya itu milik Julianne. elena terus berlari, hanya saja Julianne menyerang tanah disekitarnya dan membuat gadis bersurai pirang itu tersungkur di tanah. Terlihat jelas Julianne mengincar wanita itu daripada Jenifer yang menyerangnya sekarang.

"Lho.. itu pedang milik bocah itu kan? Aha, aku tau apa yang mau kalian lakukan,"

Pertarungan Julianne dan Jenifer berlangsung singkat. Ketika Jenifer lengah, Julianne mengunci Jenifer di satu ruangan es tebal dan meninggalkan pertarungan menghampiri Elena.

"Jadi kau yang bernama Elena? Ternyata selera anak itu rendah juga, ya? Apa sih yang dia lihat dari cewek murahan seperti kau?" Tanya Julianne usai menusuk kaki Elena.

"Akan kupotong tangan dan kakimu, lalu kugantung di tempat yang tinggi agar Jayden bisa melihatmu!" Teriak Julianne tanpa menyadari sesuatu. Genangan hitam dingin merambat di lantai, Bantuan Jenifer dari jauh.

'air menghantarkan listrik!' pikir Elena, lalu mengeluarkan mayanya. Julianne pun kena stun seketika. Jenifer bebas, untuk mempertahankan penguncian Julianne, ia melesatkan beberapa jarum dari mayanya mengincar beberapa saraf di kaki julianne.

Kebodohan lagi lagi dipraktekkan, Jenifer lupa dengan tangan Julianne yang mampu mengeluarkan maya. Sang tante melemparkan beberapa bilah pedang (yang berhasil dielakkan Jenifer) namun gagal dihindari Elena. Seperti yang diharapkan, wanita itu berhasil melewatinya.

Singkat kata, pada akhirnya Jayden dan Jaimerson menerima pedangnya masing masing. Yah, karena Julianne mati matian memaksa kakinya yang lemas hingga membekukan kakinya dengan maya agar punya tenaga, itu semua karena maya bocah iblis yang menjadi keponakan perempuannya itu.

Elena memulai pertaruhan dengan Jayden. Perlombaan siapa yang lebih lama bertahan, akan menjadi raja dan sebaliknya, yang kalah duluan harus siap menjadi budak.

"Sudah cukup bacotnya! Siap menggila?" Tanya Jaimerson tersenyum menantang. Senyuman yang sama dilontarkan kembali oleh Jayden.

"Kenapa tidak?"

Tiada yang lebih mengerikan dari sekarang; aktifnya paramaya dari dua monster gila yang tengah bertarung. Keadaan kacau, Elena terpental dan terbawa terbang oleh efek maya Jayden dan Jaimerson, berujung diselamatkan surya.

Lebih memilih mundur, Jenifer berlarian di sekitaran istana. Adakah yang tahu apa yang wanita itu lakukan?

Yap, mencari minuman segar lantaran tenggorokannya kering sejak tadi meski harus melewati kerumunan undead yang mengejarnya seperti rentenir. namun benar saya pemikirannya; bahwa setiap kali ia turut serta dalam alur cerita, keberuntungan enggan berpihak padanya. 

maya jaimerson menusuk Jayden, juga 'menggores' tangan kanannya hingga putus. dirinya yang polos tanpa tahu apa apa. ia salah timing, tepatnya. gadis itu buru buru mengucap penuh syukur; "ya tuhan, terimakasih! salah salah bisa jadi donat beku aku! udah kakakku aja, akunya jangan!" 

netra keemasan itu terpaku, pada paramaya elena dan jaimerson yang beradu. mungkin tidak ada salahnya jika ia turut membantu- setidaknya demi keselamatannya sendiri, meski itu bersama orang yang dibenci. Jenifer mengaktifkan paramaya nya, bentuk kuda besar yang kini ia naiki. jenifer menyeringai, berteriak pada pamannya itu.

"join dong war nya bang, NGIHAA!"

-- bersambung..

Isekai To Webtoon - Born From Death webtoon FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang