Part VII: The Distance

24 2 2
                                    

Hello Reandars. Update ceritanya emang lama banget nih dan bertele-tele ga masuk2 kaitan ke judul "The BlackBackPack", tapi, lanjutin dulu deh.

Oiya, sekarang setiap mau ganti Point of View, gue ga akan bikin part baru kayak kemaren. Tapi tinggali simbol "xxx's Pov".

Thank u

------------

Angga's Pov

"Baik, saya akhiri, terima kasih." Sahut seorang bapak berambut putih dan berkacamata tebal.

"Ah, akhirnya." Gumamku.

Sudah 3 minggu 3 hari aku tidak mengobrol dengan Martha dan Panca. Tidak pula bertukar pesan. Sebenarnya, aku kangen. Tapi, entahlah mereka berdua punya rasa yang sama atau tidak, atau malah punya teman baru yang lebih nyaman.

Aku bergegas menuju kantin. Kampus ini rasanya sepi. Melihat orang-orang bercengkrama dengan temannya, huf, betapa irinya seorang Angga ini.

"Pak, teh susunya satu, ya"

"Iya, neng" sahut bapak kantin.

Aku melangkahkan kaki. Duduk di bangku panjang berwarna hijau dan menunggu teh susu. Aku membuang pandanganku ke arah halaman kampus. Sudah lama tidak lihat Panca, karena kita beda fakultas.

****

"Slurpp" bunyi seruput teh susuku.

Sudah lama tidak melihat Martha juga. Apa mereka pindah unviersitas? Ah, tidak mungkin.

Aku buang jauh-jauh pikiran itu. Aku yang menantang, kenapa aku pula yang akan kalah dalam tantangan ini?. Aku menyematkan headset ke telingaku. Telinga kanan kubiarkan tidak dipasang headset. Aku memutar sebuah lagu. Lagu yang aku suka akhir-akhir ini.

"All I Want by Kodaline"

Sambil membaca komik digital di handphoneku, ternyata aku terlalu asik dan tidak memperdulikan sekitar.

"Hi, Mar, apa kabar?" Terdengar samar suara yang pernah aku kenal.

"Kamu ngapain?" Suara lain datang.

Lalu, semua suara menjadi gumaman kecil. Aku menyadarinya. Itu suara Panca dan Martha. Kepalaku mendongak, melihat ke depan, tidak ada siapa-siapa, hanya kursi kosong. Aku mencari ke belakang, gotcha! Mereka ada di belakangku, berselang 1 bangku. Karena suasana kantin sepi, aku bisa mendengarkan obrolan mereka. Entah mereka tidak melihatku atau mereka tidak acuh atau malah mereka lupa denganku?!

Aku melepas headset, menyiapkan telinga yang fokus.

"Gak ngapa-ngapain. Gue cuma pengen nyamper, aja." Sahut Panca.

"Oh, yaudah, sini duduk" kata Martha.

Ha? Mereka tidak ada kegiatan maaf setelah kasus waktu itu? Sial, berarti Panca dan Martha sudah dekat dan Panca sudah meminta maaf pada Martha entah dari kapan.

Panca tidak akan menghampiri kecuali ia mempunyai ketertarikan. Mengapa harus Martha, bukan aku?

Pelupuk mataku mulai panas, hatiku seakan menciut, seperti darah yang dialirkan tidak akan memasuki hati, rasanya seperti organku, akan siap membunuh hatinya sendiri.

"Kamu udah nemuin Angga?" Ujar Martha.

"Belum. Lo sendiri?"

"Belum, Panca. Aku gak bisa ketemu Angga"

"Ha? Kenapa? Angga ngapain lo emang waktu itu?" Panca agak panik.

"Gak ngapa-ngapain kok, hehe"

Black Backpack (On-Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang