Martha sudah berpindah ke jok depan. Gue mulai mengambil alih mobil lagi. Dari spion kanan terlihat Angga sedang berusaha memanjat pagar rumahnya. Bersembunyi.
Mungkin begini, itulah Angga. Perempuan paling hebat yang gue temui. Rasanya, hanya dia perempuan yang tidak merepotkan. Bersyukur, sih, gue bisa dengannya. Di part I, pasti dia mengutarakan bahwa dia tidak mempunyai popularitas, bukan? Oke, Perkenalkan dahulu, nama gue Panca dan semua yang dideskripsikan oleh Angga adalah benar. Gue di sini membantu Angga menulis cerita. Please, ini bukan cuma cerita milik Angga, oke? haha
Anggaranita Pradiptyaneef, kalian semua telah tertipu jika kalian percaya ia tidak populer. Dengar, di seantereo sekolah, siapa yang tidak kenal dengan Angga?. Bahkan tanya saja klub Volly seIndonesia --oke, seJakarta terlebih dahulu-- siapa yang tidak mengenal Anggaranita Pradiptyaneef. Come on, Angga itu sangat terkenal dengan skill olahraganya.
-----
"Udah sampe, Nca?" suara lembut Martha terdengar.
"Belum. yah, 15 menit lagi,lahh"
"Oh.. yaudah, aku tidur lagi, ya" Tiba- tiba kepala Martha sudah berada di atas bahu milik gue seraya ia menutup mata.
Martha Diraswara Felix. Mungkin, Tuhan menciptakan Martha bukan dari sari patih tanah, tapi dari bunga mawar merah. Ia sangat menawan dengan tahi lalat di bawah matanya itu. Hem, bukan maksud gue mendeskripsikan Angga tidak cantik, Angga itu Gula Jawa, manis.
Menatap Martha. Perempuan satu ini populer karena cantiknya. Jujur saja, ia pandai mengambil hati pria juga pandai bersolek, atau nama lainnya 'makeupan'.
Tentang persahabatan kami, teman-teman nongkrong --selain Angga dan Martha tentunya-- sering berujar bahwa kami saling memanfaatkan.
"Ah,lo, modus aja, sih mau temenan sama mereka. Lo itu manfaatin biar bisa deket terus sama Martha, kan? Hahahahaha. Lagian, status teman lo itu juga dimanfaatin Angga biar bisa deket sama lo! Hahaha".
Setiap mengingat ucapan itu, jujur saja, gue sangat ingin membabak belurkan Gilang, salah satu teman nongkrong gue, itu. Tapi, biarlah, tidak peduli mereka mau bilang apa.
Life is difficult, so don't make it more difficult, babe.
----------
Grand Livina putih ini memasuki perkarangan rumah Martha. Tbh, rumah Martha bak istana yang didiami oleh naga, kosong dan mengerikan, sih. Ya kalau malem yang ngeri, sih.
Di tambah pilar-pilar gaya renaissance yang megah dan juga lampu-lampu berlian yang elegan.
Jika gue mendeskripsikan rumah Martha seperti ini, pasti agan-agan langsung tertuju pada peristiwa 'broken home' atau anak - anak yang ditinggal kerja orang tuanya seperti di novel lain, kan? Sudahlah, jujur saja.
Tapi, anggapan itu nihil adanya. Orang tua Martha tidak brojen home juga tidak mementingkan pekerjaan.
Orang tuanya selalu ada untuk Martha. Asal tahu saja, tadi, saat mobil gue masuk perkarangan rumah, Om Yudha menunggu di depan pintu utama rumah, dan, yang lebih hebatnya lagi, Martha dibopong masuk oleh Om Yudha --Papa Martha-- saat Martha masih asik terlelap dengan mimpinya. Pengorbanan seorang Ayah memang betul dirasakan oleh Martha. Dia anak yang sangat beruntung.
-----
Oke, agar impas, biarkan gue sedikit memberitahu kalian tentang kehidupan Angga.
Rumah Angga lebih kecil daripada Martha, namun rumah Angga bergaya Real Estate zaman sekarang. Maksud gue, ya gak kecil-kecil amat. Angga itu sangat berbeda dari Martha yang merupakan anak tunggal --karena, 3 adiknya meninggal sebelum lahir ke dunia-- ia memiliki 2 kakak dan 1 adik. Usia mereka berempat terpaut jauh.
Let me tell you,
Anak pertama dari keluarga Sudjatmiko adalah Prita Yasmin Sudjatmiko. Lahir di.. entahlah gue lupa. pada tahun 1988.
Anak kedua keluarga Sudjatmiko adalah Putra Fragiptiansyah. Jakarta, 25 .. Maret atau Juli, ya? lupa. Pada tahun 1991.
Nah, buah hati ketiga ini adalah perempuan tangguh bernama Anggara Pradiptayneef. Jakarta, 29 Mei 1996.
lalu, si kecil bernama Dewi Siana Sabirina. Jakarta, 12 Juli 2004.
See? Jauh, kan?.
6 tahun berpacaran, oh, salah, maksud gue, bersahabt dengan Angga, ia adalah sahabat paling nyaman yang pernah gue punya dan tentunya setelah itu ada Martha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Backpack (On-Hold)
Teen FictionCerita ini bukan hanya tentang si Ransel Hitam. Cerita ini tentang kami semua yang melakukan napak tilas di benang merah kehidupan semesta. Bagaimana sebuah ramalan sanggup mengubah jalan hidup 3 orang? Menimbulkan pemain-pemain baru dari negri anta...