0.9 ; about him

855 115 13
                                    

Senja kini menampakkan dirinya pada petang hari. Dua orang berlawanan jenis itu sekarang menatap ke arah langit kelabu tanpa bicara. Yoonji menghela napasnya pelan, perlahan dia melirik ke arah Jaemin yang masih setia memandangi senja sore. Wajahnya tampan, kaya, dan kepribadiannya baik. Namun, kenapa pria ini belum menikah? Yoonji selalu memikirkan hal itu. 

''Ada apa? Kurasa ada sesuatu yang mau kau katakan padaku? Bilang saja, aku tidak gigit kok," ujar Jaemin. 

''T-tidak,'' jawab Yoonji. 

''Jisung sepertinya lembur hari ini. Ah, ya. Kau sakit?'' Yoonji mengerutkan dahinya tak mengerti. 

"Aku lihat tadi kau minum obat dari Ren. Apa Jisung tau hal ini?" tanya Jaemin sekali lagi.

"Itu ... aku ... hanya vitamin biasa, tidak ada yang serius." Jaemin terkekeh kecil.

"Kudengar dari Ren kalau kau ... hamil. Benarkah? Bagaimana bisa? Kalian saja baru menikah tidak sampai seminggu, lalu bagaimana bisa kau hamil?" Tatapan Jaemin seketika berubah, Yoonji tercenung. Ia membeku di tempat kala Jaemin mengintimidasi dirinya.

"A-aku—"

"Anak haram dari mana itu, huh?" Napas Yoonji tercekat, hatinya terhantam mendengar penuturan kata dari Jaemin. Tangannya kini mengepal, Yoonji segera menjauh dari sana ia beranjak dari bangku tersebut. Namun, pergelangan tangannya langsung ditahan oleh Jaemin.

"Apa Jisung sudah tau hal ini? Kau belum menjawab pertanyaanku yang itu." Tubuh Yoonji bergetar. Ia menunduk dalam dan tak berani melihat wajah Jaemin.

"Ternyata kau ini licik sekali. Oh, atau kau menjebak adikku agar bertanggung jawab atas dosa yang kau buat dan mengambil hartanya? Astaga, kupikir itu hanya terjadi di film-film, ternyata adikku mengalami hal yang serupa," sarkas Jaemin sambil menyeringai kecil.

"Caramu murahan sekali, lebih baik jika kau gugurkan kandung—"

Plak!

"Aku masih diam ketika kau menghina diriku. Namun, tidak jika kau menghina anakku. Aku pikir kau lebih baik daripada Jisung, tapi kau justru lebih buruk darinya. Anak ini tidak bersalah, dan semua yang kau katakan itu tidak benar. Aku sama sekali tidak menjebak Jisung," desis Yoonji penuh amarah.

Jaemin diam, tangannya kini mengusap pipi kiri yang baru saja kena tampar. "Ini terakhir kalinya aku memberitahu dirimu, jangan menghina anakku yang tidak bersalah, agar tidak menyesal nantinya."

"Memang apa yang bisa kau lakukan? Meminta bantuan pada kakakmu? Ia bahkan sekali pun tidak pernah mengunjungi dirimu setelah kau dan Jisung menikah. Lagipula, kau tidak akan bisa melakukan apapun selama ada di sini, mengerti?" Sorot dingin milik Jaemin kini beradu pada Yoonji. Perempuan itu menarik napasnya dalam-dalam untuk mengontrol emosinya.

"Kau benar. Selama aku di sini, aku tidak bisa melakukan apapun. Namun, itu tidak berlaku jika aku sudah keluar dari tempat ini," desis Yoonji sebelum pergi meninggalkan Jaemin seorang diri di halaman belakang. Pria itu tertawa renyah. Untuk pertama kalinya ada seorang perempuan merendahkan dirinya seperti ini.

Park Yoonji, adik iparnya sendiri.

"Menarik sekali, kita lihat nantinya siapa yang akan hancur." Jaemin menyeringai seraya menatap kepergian Yoonji.

Di sisi lain, Sungchan yang sudah menyelesaikan pekerjaannya setelah pergantian shift, ia langsung pergi menemui tempat ayahnya bekerja—rumah sakit Seoul yang sangat ternama. Jung Sungchan, salah satunya anak tunggal dari dokter terpandang di kota ini bekerja di sebuah bar, karena ingin berusaha sendiri tanpa bantuan orang tuanya.

Pemuda itu sangat terburu-buru menyusuri koridor rumah sakit, hal itu terjadi ketika secara tidak sengaja ia mendengar percakapan dua orang asing yang ada di bar kemarin. Tentang Yoonji dan juga kondisi gadis itu. Napas Sungchan kini tersengal-sengal setelah sampai di ruangan sang Ayah—Jung Jaehyun.

"Ayah," panggil Sungchan.

"Oh, kau? Kenapa kau ada di sini? Lalu, kenapa kau bernapas seperti itu?" sambar Jaehyun yang kebingungan melihat putranya yang keringatan.

"Yoonji. Ayah kenal Yoonji, kan?!" Jaehyun semakin dibuat kebingungan oleh tingkah laku Sungchan.

"Hei, tenang dulu. Ayah tidak mengerti apa yang kau katakan sekarang. Duduklah dulu dan katakan pelan-pelan, oke?" Sungchan menurut. Ia segera duduk di hadapan sang Ayah dan mengatur napasnya.

"Yoonji temanku. Im Yoonji, apa Ayah kenal?" Jaehyun tampak berpikir sejenak.

"Tidak, kenapa?" Sungchan mendesah kecewa.

"Bagaimana caraku menceritakannya agar kau mengerti," gumam Sungchan.

"Katakan saja yang kau bisa, Ayah akan coba memahaminya."

"Begini, kemarin malam aku bertemu dengan temanku. Dia Yoonji, yang sering aku ceritakan pada Ayah. Di—"

"Gadis yang kau sukai itu?" potong Jaehyun.

"Y-ya."

"Oke, lanjutkan."

"Dia berhenti sekolah, dan aku tidak sengaja mendengar percakapan orang-orang di bar. Banyak yang bilang kalau dia sudah menikah. Dan orang yang dinikahi itu adalah salah satu pasien Ayah." Jaehyun diam.

"Pasien Ayah tidak hanya satu."

"Ih, maksudku ... duh. Park Jisung! Iya, itu suaminya Yoonji. Ayah dokter pribadinya, kan? Apa benar kalau Yoonji sudah menikah?" Jaehyun tampak terkejut setelah mendengar penuturan sang anak. Ia memang dokter pribadi Jisung, tapi siapa sangka kalau perempuan yang kemarin dia periksa adalah ... gadis yang disukai Sungchan.

"Ayah kenal, kan?" Jaehyun mengangguk.

"Jadi, mereka beneran menikah?" Sorot sendu dari mata Sungchan membuat Jaehyun mengurungkan niatnya untuk mengatakan yang sebenarnya. Sungchan pasti akan lebih terpuruk lagi jika tahu kabar tentang kehamilan Yoonji.

Apa yang harus Jaehyun katakan sekarang.

"Ayah!"

"Ya, itu benar. Dia sudah menikah, tidak ada harapan lagi untukmu mendapatkan dirinya. Lupakan saja," jawab Jaehyun. Pria tampan itu kembali fokus pada beberapa berkas yang ada di mejanya.

Sungchan tertegun, dia masih tidak menyangka bahwa Yoonji benar-benar sudah menikah. Harapannya untuk mendapatkan gadis itu kini hilang, dia kalah telak dari Jisung.

"Pasti ada yang salah di sini," gumam Sungchan.

"Tidak ada gunanya kau berkata seperti itu, mereka sudah menikah. Kau tidak bisa berbuat apa-apa."

"Tidak. Aku yakin ada yang salah, tidak mungkin orang yang sangat suka belajar seperti Yoonji tiba-tiba keluar dari sekolah tanpa alasan yang jelas," ucap Sungchan.

"Ini pasti pemaksaan, aku harus bisa membantu Yoonji," gumam Sungchan.

TBC

Haiii!! Apa kabar kalian semua?

Ada yang nunggu nextnya gak nih?

Makasih ya udah mampir ke chapter kali ini, semoga betah dan Janlup kasih dukungannya lewat vote ihik, makasii

That's Hilarious | Park Jisung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang