Sudah tiga hari lamanya sejak Yoonji mengetahui pemilik sapu tangan itu. Namun, sampai detik ini dia belum berani untuk bertanya langsung dengan Jaemin. Ia benar-benar tidak punya nyali untuk itu. Yoonji kini menunduk, dia termangu sembari memotong wortel. Ren yang kebetulan ada di sana segera menyingkirkan pisau tajam itu dari tangan Yoonji.
"Kau gila? Kau hampir melukai jarimu sendiri!" pekiknya.
"Hah?"
"Kau ini kenapa? Dari tadi melamun terus menerus," tanya Ren.
"Tidak, aku hanya khawatir dengan kondisi kakakku. Setelah tau dia bangkrut, aku jadi kepikiran," alibi Yoonji yang kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Aku yakin kakakmu pasti bisa. Eh iya, tadi tuan Jisung mengantar Ji Eun ke mana? Apa kau tau hal itu?" Yoonji segera menoleh ke arah Ren dengan tatapan yang penuh tanda tanya.
"Kapan? Jisung tidak minta izin padaku. Dia—"
"Sudah lama, dia dan Ji Eun pergi bersama. Aku tidak tau ke mana mereka pergi. Ji, kau yakin kalau si manusia ular itu benar-benar sudah tobat? Aku rasa kita sudah ditipu tau!" jelas Ren.
Yoonji kini cemas. Ji Eun dan Jisung pergi bersama entah ke mana tanpa memberitahukan hal ini padanya? Lalu, ke mana mereka berdua? Perempuan itu menghela napasnya gusar, lagi dan lagi sebuah beban pikiran bertambah. Ia berdecak sebal, kemudian memutuskan untuk pergi dari dapur menuju ke halaman belakang.
Cukup sepi.
Untuk beberapa detik, dia merasakan ketenangan karena angin pagi di sini. Namun, ketenangan itu terusik kala Jaemin tiba-tiba duduk di sampingnya. "Hei, pagi."
"Hm."
"Kudengar Jisung dan Ji Eun pergi? Wah, kasihan sekali dirimu," ledek Jaemin.
Yoonji tidak menanggapi perkataan itu. Ia hanya fokus pada langit yang tengah dia tatap. "Katanya kakek akan kembali ke sini, apa kau siap dengan apa yang akan terjadi di depan matamu sendiri?"
Detik itu pula, Yoonji membelalakkan kedua matanya. Kakek tua bernama Taeil itu akan kembali ke sini? Ya Tuhan, yang benar saja. Masalah kemarin tentang sapu tangan saja belum selesai, kini ada beban lain lagi yang akan menghinggap di kepalanya?
Yang benar saja.
"K-Kakek?" Jaemin mengangguk cepat.
"Kau takut padanya? Tenang saja, aku ada di sini akan coba untuk menghalangi kakek jika dia mah menyakitimu," Ujar Jaemin dengan penuh percaya diri. Yoonji mendengus, ia hanya memasang ekspresi datar dan kembali menghiraukan pria itu.
"Akhir-akhir ini kau berubah. Apa ada yang mengganggumu? Katakan saja, aku siap untuk mendengar." Keduanya sama-sama terdiam, Yoonji memandang lurus ke depan enggan menjawab pertanyaan Jaemin. Perempuan itu tidak mau salah sangka yang mungkin saja bisa menyebabkan kesalahpahaman.
"Aku mau susu," ucap Yoonji spontan.
"E-eh?" Jaemin gelagapan.
"Jangan salah paham, aku terpaksa karena cuman hanya kau di rumah ini," kata Yoonji sambil mendelik tajam pada Jaemin. Jika Jisung ada di sini, sudah dipastikan bahwa perempuan itu akan meminta hal tersebut pada suaminya. Namun, ya sudahlah. Hanya ada Jaemin di sini. Dan dia akan tetap jaga jarak dengan pria itu.
"Iya, iya. Ayo, kebetulan aku lagi malas pergi ke kantor jadi aku temani dirimu." Jaemin berdiri dan meninggalkan tempat tersebut bersama Yoonji.
***
Setelah membeli susu dan memakan pancake, kini adalah waktunya Yoonji panjat pohon yang ada di halaman belakang kediaman Park. Jaemin sendiri sudah melarang perempuan itu untuk naik ke sana, tapi Yoonji begitu keras kepala untuk dibilang. "Hei! Kau turun cepetan! Nanti aku bisa dimarahi Jisung jika membiarkan dirimu di atas sana!"
"Yang penting bukan aku yang dimarahi," ketus Yoonji dari atas sana sambil mengemil beberapa buah mangga.
"Haiss, dasar ibu-ibu hamil. Kalau mau ngidam, tolong yang sedikit bermanfaat! Kau bisa membuat orang lain jantungan jika seperti ini caranya!" pekik Jaemin dari bawah.
Hei, pohon ini cukup tinggi. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Yoonji? Jaemin juga yang harus bertanggungjawab, bukan?
"Aku tid—Huaaa!" Sesuai dengan dugaan Jaemin.
Wanita itu terpeleset dan jatuh dari batang pohon itu. Jaemin yang panik segera menangkap tubuh Yoonji yang jatuh dari atas pohon. Karena kurang seimbang, keduanya pun terjatuh di atas tanah halaman belakang. Tubuh Jaemin ada di atas Yoonji, pria itu menopang tubuhnya dengan kedua tangan.
"Kau ini keras kepala sekali! Sudah kubilang jangan naik, tapi tetap saja. Ini akibatnya kau tidak mau mendengarkan diriku!" dumel Jaemin sambil mendengus sebal.
Yoonji terdiam, entah mengapa dia merasa sedikit canggung dengan Jaemin dalam jarak yang sedekat ini. "M-maaf, aku hanya—"
"Kak Jaemin?" Keduanya menoleh cepat pada sumber suara. Detik itu pula, Yoonji terkejut. Kedua matanya membulat sempurna, kala tatapannya bertemu dengan dinginnya sorot mata Jisung. Bukan hanya Jisung, bahkan Ji Eun yang ada di sana juga menatapnya penuh kecewa.
Sial, bagaimana sekarang? Dua orang itu salah paham.
"Kakek sudah datang, kalian ... cepat ke ruang tamu," ucap Ji Eun sebelum pergi meninggalkan mereka.
"Oke." Jaemin bergegas pergi ke ruang tamu.
Menyisakan dua orang yang berlawanan jenis kini saling bertukar pandang. Jisung mendekat pada Yoonji. Tatapannya semakin tajam, Yoonji pun menunduk takut. Tak berani menatap wajah Jisung. Jemari itu kini mengangkat dagu milik Yoonji. Sekali lagi, kedua manik hitam mereka beradu tatap.
"Ini bukan seperti yang kau pikirkan. Aku dan Jaemin—"
"Emangnya apa yang aku pikirkan?" tukas Jisung.
"Aku pikir kau akan salah paham jika melihat hal tadi, Kak Jaemin dia hanya membantu diriku yang hampir jat—"
"Kenapa? Kenapa kau tidak bisa menunggu diriku pulang baru melakukan hal konyol ini, huh?" Yoonji gelagapan. Degupan jantung yang berdebar cepat menambah kegugupan yang ada di dalam dirinya.
"A-aku—"
"Kakek sudah datang, apa yang akan dia lakukan jika saja yang melihat kalian berdua adalah kakek? Bagaimana caramu untuk meyakinkan dirinya, huh?" Jisung semakin mendominasi, Yoonji tidak menjawab.
"Mulai hari ini, kau tidak boleh meminta apapun dari orang lain selain diriku ataupun Ren. Kalau mau melakukan sesuatu, bilang dulu padaku." Yoonji masih diam di tempatnya enggan menjawab.
"Sung, kau marah?" Jisung tidak menjawab.
"Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi. A-aku akan berusaha sebisa mungkin untuk menahan semua keinginan konyolku itu," gumam Yoonji sembari memainkan jemarinya.
"Tapi, kalian berdua tidak ada hubungan apa, bukan?" Yoonji menggeleng cepat.
"Baguslah. Ayo ke—"
"Sung."
"Huh?" Yoonji menarik napasnya sebentar.
"Kenapa kau pergi dengan Ji Eun tanpa memberitahu hal itu padaku? A-apa—"
"Tidak perlu tau. Kami hanya menjemput kakek, tidak seperti dirimu yang bersenang-senang dengan kakakku di sini."
TBC
Haiii!! Apa kabar kalian semuaa?? Wes semoga kalian baik-baik aja ya, babaiii
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Hilarious | Park Jisung✓
FanficGadis itu tidak menyangka kalau di usianya yang baru 18 tahun sudah harus mengalami sesuatu yang di luar kendalinya. #32 in nct #37 in fanfiction #30 in ff #9 in fanfiction #4 in romance #1 in ff #3 in nctdream #6 in fanfiction