1.0 ; flicker

833 112 10
                                    

Suasana hening tercipta di ruang kerja yang cukup besar ini. Dua orang pria tampan itu sama-sama tengah menyeruput secangkir kopi mereka sendiri. Jisung mendongak, ia menatap Doyoung yang kini sibuk dengan berkas-berkas di tangannya. Sekali lagi, dia melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul enam sore. Sudah seharusnya dia pulang ke rumah, tapi Doyoung malah ada di ruangannya sekarang.

"Kau sudah membacanya? Aku tidak menipumu sama sekali, kan?" Suara Jisung membuat Doyoung tersenyum sambil mengangguk.

"Tidak sia-sia aku bekerja sama denganmu. Perusahaanku ada perkembangan yang cukup pesat setelahnya," ujar Doyoung dengan matanya yang berbinar. Jisung hanya diam, tidak menanggapi omongan Doyoung yang terdengar tidak berbobot sama sekali.

"Kau senang?" tanya Jisung.

"Tentu saja, kenapa kau bertanya hal itu padaku?" Jisung terkekeh renyah. Oh sungguh, dia benar-benar muak dengan orang yang satu ini. Gila harta dan juga kekuasaan.

"Jadi kesimpulannya, kau lebih memilih menitipkan adikmu padaku agar bisa mendapatkan untung yang besar seperti ini, Doy?" tebak Jisung sambil bersidekap dada.

"Hanya sementara itu tidak apa-apa, kan?" Jisung segera mengubah ekspresinya menjadi dingin.

"Kau pikir adikmu itu barang yang bisa kau titipkan kapan saja?" Doyoung terdiam, ia menyadari kalau Jisung berubah auranya.

"Apa adikku merepotkanmu? Aku akan memberinya pelajaran kalau begitu. Kau tenang saja, lagipula aku—"

"Tidak perlu. Aku bisa memberinya pelajaran sendiri. Tenang saja, tapi ada satu hal yang mau kukatakan padamu." Doyoung mengangguk.

"Apa?"

"Perjanjian itu ... batalkan saja. Aku mau dia tinggal bersamaku selamanya, bukan sementara," ucap Jisung. Doyoung pun mengernyitkan dahinya tak mengerti.

"Kenapa?"

"Apa yang orang lain akan pikirkan jika nanti aku dan dia bercerai setelah Yoonji melahirkan? Itu bisa menjadi tanda tanya yang besar bagi publik, dan aku rasa jika itu terus berlanjut para investor bisa saja menarik kembali investasi mereka pada perusahaanmu," jelas Jisung sambil memasukkan tangannya ke saku celana.

Doyoung tampak berpikir, perkataan Jisung ada benarnya.

"Kau benar, jadi kau benar-benar mau tinggal bersamanya?" Jisung mengangguk.

"Dia tidak terlalu buruk, lagipula aku hanya ingin anaknya."

"Aku masih tidak mengerti kenapa kau yang mau menikahinya bukan Jaemin. Lalu, kenapa kau menginginkan anaknya?" Jisung menyeringai tipis.

"Begini Tuan. Anak itu bisa menjadi penerusku, dan aku mau menikahi Yoonji bukan karena aku menyukainya. Hanya karena anak, lagipula kakakku tidak tertarik pada penawaran itu, bukan? Kau sendiri juga melihat bagaimana dia menolak tawaran ini saat itu." Doyoung terkekeh kecil. Pria itu pun beranjak dari sana.

"Baiklah, aku pamit dulu. Terima kasih atas waktumu hari ini." Jisung mengangguk. Akhirnya, Doyoung pun pulang. Jisung segera bernapas lega dan memejamkan matanya sejenak. Ah sungguh, berada di dalam satu ruangan bersama Doyoung benar-benar melatih emosinya.

Bayangkan saja, kakak mana yang tega mempermainkan takdir adiknya sendiri? Doyoung menawarkan investasi saham pada mereka dan syaratnya salah satu diantara dirinya dan Jaemin harus menikahi Yoonji. Jaemin sendiri ia hanya setuju tentang Doyoung berinvestasi, tapi tidak untuk menikahi. Alhasil, Jisunglah yang menikahi perempuan itu.

Namun, ada hal yang lebih tak masuk akal lagi di sini. Pria itu malah mengatakan kalau pernikahan ini bersifat sementara sampai Yoonji melahirkan. Bukankah itu terkesan kalau Doyoung tengah menitipkan sesuatu ke kediaman Park? Gila.

That's Hilarious | Park Jisung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang