Bab 16💜

1.6K 108 4
                                    


Selamat membaca.💜

Satu abad berlalu...

Abel dan Alaksa belum juga menemukan ruang kepala sekolah.

Gunung Tinggi ku daki, laut yang dalam pun ku seberangi

Okay abaikan aja kata-kata alay di atas.
Kita kembali topik.

" Permisi, boleh nanya.?" Tanya Abel dengan lembut kepada siswa sengaja lewat di depannya.

Siswa menoleh ke Abel. Mata netra kuning melotot pipinya memerah. Abel tersenyum canggung, emang aku semenakutkan itu kah??.

Alaksa menatap datar dan sekalinya menguap.

" Ruang kepala sekolah ada di mana?" Tanya Abel.

Dia belum jawab juga cuma terdiam mematung.

Abel menghembuskan nafas pelan, menoleh ke Alaksa sedang menguap. Bocah ini gak ada rasa cemas sama sekali. Masih bisa ngantuk. Pengen rasanya geplak deh.

Abel menginjak kakinya. Alaksa menoleh Abel lewat tatapan Dia bicara " Apa.?" Abel membalas " bantuin kek liat tuh Dia diam mulu ditanya.?" Menunjuk cowok di depannya.

Abel dan Alaksa masih debat lewat tatapan.

Cowok menunduk kepalanya " iiitttuuuu Kalian lurus aja terus naik tangga terus belok kiri naik tangga lagi terus belok kanan. Udah." Jelasnya sekali nafas.

Mereka bengong menatap satu sama lain dia sedang ngerap.

" Bisa ulangi l-, Aduh Nona." Mengadu kesakitan usai Abel tanpa kasihan geplak keras kepala tampan Alaksa.

" Makasih ya." Abel tersenyum manis kepada cowok itu.

Abel berlalu pergi dengan sedikit menyerat kerah baju Alaksa. Dan wajahnya pasrah aja.

Cowok melongo di tempat.

Setelah sedikit jauh dari tempat tadi Abel melepaskan Alaksa tanpa rasa bersalah. Alaksa bisa merapikan pakaian berantakan. Gue bisa apa?? Batin Alaksa menjerit.

" Ayo." Ajak Abel melangkah dahulu.

" Kemana Nona.?"

" Ke Pluto." Jawab sewot Abel.

" Hah." Alaksa melongo.

" Ke ruangan kepala sekolah lah, kemana lagi Al. Ayo cepat atau mau Gue seret lagi " Ancam galak dari Abel.

Alaksa menggeleng kepalanya. Sedikit takut Nonanya. Kakinya panjang Melangkah naikin tangga. Sesampainya di atas di lantai dua.

" Terus kita mana Nona.?" Tanya Alaksa kebingungan." Kanan atau kiri Nona."

Abel mengingat-ingat perkataan cowok itu. " Kanan." Abel melangkah dahulu.

Abel dan Alaksa jalan penuh keyakinan tetapi ternyata hasilnya Zonk.

" Ini ruang laboratorium Nona."

" Jadi kiri Al, Ayo kembali lagi." Ajak Abel tanpa ada rasa bersalah, Abel menarik Al berjalan lagi. Dan sangat terpaksa mengikuti Nonanya.

Lima menit berlalu akhirnya mereka menemukan tangga dan menaiki sampai ke lantai ketiga.

" Kiri."

" Kanan."

Ucap bersamaan mereka. Mereka bertatapan seolah ada kilat petir di antaranya.

" Kiri Nona."

" Kanan Al."

" Tadi Nona salah, ikut saya aja deh pasti bener."

" Gak mau, kanan ayo Al." Manarik keras tangan Al. Tetapi gak bergerak sama sekali.

Pretty Bum ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang