“lan, berhenti, jangan ganggu aku,” ujar Kamal lesu dibalik dalam selimut dengan keadaan terlihat menyedihkan bagi bulan.
“kakak kenapa sih?” bulan tanya karana kakaknya ini langsung masuk ke dalam rumah setelah pamit dengan adena bersama sesosok yang tak dikenali oleh bulan.
merasa ada sesuatu yang tak beres dengan kakaknya, bulan langsung mengikutinya dan menemukan kakaknya menenggelamkan dirinya dalam selimut.
“kakak galau?”
tiada sahutan darinya, dan bulan yakin penyebabnya adalah sesosok itu.
dia harus menanyakannya kepada adena besok, kamal tidak pernah bertingkah begini.
seharian penuh kamal hanya mendiamkan diri di kamar dan menguncinya; tak menginginkan seseorang mengganggunya.
“kakak kamu lagi ngapain? ga mau keluar makan?”
bulan mengunyah makanannya cuma menatap sang ibunda nya; “biasa ma, lagi galau.”
“kok bisa? tadi pagi siang biasa aja,” tutur sang kakaknya menoleh pada bulan.
“begini,” bulan menatap keduanya bersamaan; “tadi kak kamal mau ngajak kak adena jalan-jalan, terus ada laki-laki datang samperin adena sama kak kamal.”
“cuma itu doang,” ujar sang ibunya. “pasti temannya kali,” lanjut sang ibu sambil membawa piringnya untuk dibasuh.
bulan menatap makanannya mendadak tak selera makan, melihat kakaknya begitu — bulan tak ingin melihatnya seperti itu.
"eh bulan, mau kemana!"
"ke rumah kak adena!" teriak bulan setelah berlari ke pintu utamanya.
bulan hanya ingin memastikan kakaknya memiliki peluang untuk mendekati sang pujaannya.
setidaknya kakaknya sudah berusaha sampai tahap mengenalnya — setidaknya meninggalkan sedikit kenangan kan?
bulan menatap rumah sederhana namun benar terlihat nyaman untuk tinggal.
"bulan?"
bulan menolehkan kepalanya ke samping, menatapnya adena bersama dua sesosok laki-laki di belakangnya.
bulan makin tak yakin jika kakaknya memiliki kesempatan.
"bulan?"
bulan tersadar dari lamunannya, "kak, bulan mau bicara sama kakak bisa?"
adena menatap bingung kearah bulan, sebelum ia menoleh melihat kedua laki-laki itu; "kak teguh bantu bawah ini masuk ke dalam sama kak leo ya."
laki-laki bernama teguh langsung menurut, ia menyeret lelaki bernama leo itu masuk ke dalam meninggalkan kedua gadis saling lempar tatapan.
adena senyum, memilih meminta bulan berjalan-jalan di sekitar itu dan duduk di bangku taman.
"bulan mau bicara apa sama kakak?"
bulan merapatkan bibirnya rapat-rapat, tidak, ini kebaikan kakaknya dia harus memberikan informasi kepada kakaknya segera sebelum ia berada di tahap lambang keputusasaan.
"tadi kakak yang tinggi itu pacar kakak?"
adena menoleh, tersenyum hangat, "yang mana? tadi ada dua, loh."
bulan menggaruk kepalanya, "yang namanya leo — kak leo maksudnya."
adena menatapnya sesaat sebelum pandangannya tertuju ke langit-langit.
bulan merasakan keheningan itu pun merasa canggung, apakah dia salah berbicara?
apakah benar adena memiliki hubungan dengan laki-laki itu.
jadi benar, kakaknya tiada harapan lagi.
"bukan, itu cuma teman."
berarti kakaknya memiliki kesempatan.
"tapi mama sama papa mau aku sama kak leo bersama."
mungkin tidak.
bulan sangat ingin membuka bibirnya, sangat ingin mengatakan bahwa kakaknya ingin memilikinya.
"waduh, kakak beruntung."
adena terkekeh, "ga, justeru aku ga mau tapi mau gimana lagi kalo itu pilihan mereka."
"kakak suka seseorang?"
adena tersenyum malu, "suka banget, dia baik banget sama kakak."
bulan harus meminta maaf kepada kamal jika begini.
"bulan ...."
"ya kak?"
"besok kakak pindah," jelasnya lesu, menatap bulan penuh harap, dan perkataan yang keluar dari bibir adena membuat bulan yakin kalo kakaknya memiliki kesempatan.
"tolong minta kak kamal temuin kakak di sini buat untuk kali terakhirnya."
sunday, 2 october 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Day • Hueningkai Yuna ✓
Fanfikce[selesai] Kamal harap bisa menemukan gadis itu hari yang lain. - ANOTHER DAY Karya theonives © 2021.