•••
Kamal mengedip matanya untuk memastikan dirinya di cermin yang besar di ruang kamar Bulan.
“Serius deh, lan. Ini benar aku?”
Dia terpaku melihat perubahan dirinya, yang biasanya memakai kaos putih polos dan celana selutut.
“Kok beda?”
Bulan mendelik kesal, “ya iyalah versi terbaru.” Bulan tersenyum setelah mundur selangkah melihat penampilan sang kakak lelakinya sekarang.
“Nah, gini ‘kan enak. Pasti banyak mata-mata cewek pandang kakak, Bulan yakin.”
“Tapi ini terlalu menarik perhatian banget, lan. Gak ada yang lain?” Kamal bertanya sambil memutar-mutar tubuhnya melihat penampilan barunya.
Bulan memutar matanya jengah, “kakak gak pernah keluar beli baju-baju. Itu yang pakai kakak itu baju papa.”
Kamal menoleh tidak percaya; “masa sih? Gila, muat banget dah.”
“Kakak suka?” tanya Bulan dengan nada lembutnya dibalas anggukan semangat dari Kamal.
“Suka banget malah, pintar banget deh,” Kamal mendekat sambil memeluk Bulan erat sekaligus menggosok hidungnya pada hidung Bulan.
Itu sudah menjadi kebiasaan antara kedua mereka, sering kali apabila mereka saling lembar pujian.
Kamal kembali tertuju pada cermin itu yang menampakkan dirinya di sana, “kakak gak yakin kalo Adena suka gaya ini.”
“Bulan yakin, Adena suka banget.”
Melihat Bulan memberikan semangat kepadanya, dia tersenyum pias, “terima kasih adiknya Kamal.”
“Sana, turun.” Bulan langsung menarik Kamal keluar dari kamarnya dan menuruni tangga lalu berjalan keluar dari rumah.
“Siap-siap, kak.” Bisik Bulan lembar senyum padanya yang gugup karena Adena.
Adena tadinya cuma fokus pada arlojinya, namun saat mendengar telapak sepatu itu langsung mengangkat kepalanya.
“Loh, Kak Kamal,” ucapnya sambil tersenyum. “Ini mau rapi-rapi begini, mau kencan sama siapa, tuh?”
Sama kamulah, batin Kamal sambil tersenyum. Namun kenyataannya; “masa sih? Oh, ya, Adena lagi tunggu siapa?”
Adena juga teringat berkat Kamal langsung tersenyum, “lagi nunggu kak Teguh.”
Kamal tersenyum paksa, pasti kencan, batinnya sambil menahan sesak.
“Cie, udah punya pasangannya?”
Adena mengedipkan matanya perlahan lalu tertawa kecil mendengar pernyataan baru saja dikatakan olehnya.
“Apa sih, kak. Aku sama kak Teguh itu sama kayak kak Kamal sama Bulan,” jelas Adena terkekeh di sana.
“Eh, kok gak tinggal bareng sama kamu?” Kamal bertanya, itu membuatnya bingung.
Adena menggeleng lambat, tersenyum tipis, “soalnya keluarga aku sudah berpisah, jadi aku ikut mama dan terus Teguh sama papa.”
“Awalnya sih mau papa, tapi aku gak bisa ninggalin mama seorang diri, akhirnya kak Teguh putuskan buat ikut papa dan yah ... aku ikut mama.”
Kamal mengulum bibirnya dengan rasa bersalah; “maaf, Na ...”
Adena tersenyum, “gak apa-apa loh, kak. Lagian Adena yang belum siap ceritain semuanya.”
“Oh, kak mau kemana?” Kamal menunjukkan dirinya, dan Adena mengangguk, “ya, kakak mau kemana?”
“Ga apa-apain kok, ini habis didandani sama Bulan,” ujarnya sambil menoleh ke rumahnya dan menatap Bukan yang mengintai di balik tirai jendela kamarnya.
Adena hanya terkekeh, merasa gemas melihat interaksi saudara kandung itu.
“Adena ...”
“Ya, kak?”
Kamal menarik napasnya, “besok ada waktu ga? Mau jemput kamu jalan-jalan, boleh?”
Adena awalnya terkejut lalu mengangguk, “boleh kok, lagian besok aku ga apa-apain.”
“Benar nih?”
“Yaa, kak.”
“Adena?” Panggil seseorang dari samping, lekas menyita perhatian Adena dari Kamal yang turut menoleh kearah sana.
“Loh, kak Leo?”
…;theonives.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Day • Hueningkai Yuna ✓
Fanfic[selesai] Kamal harap bisa menemukan gadis itu hari yang lain. - ANOTHER DAY Karya theonives © 2021.