CUACA akhir-akhir ini cukup membuat laki-laki itu hampir mengeluarkan kalimat makian karena merasa panas dan sesak di tubuhnya. Terik matahari kini benar-benar membuat Kamal tidak mahu beranjak dari ranjangnya sama sekali!
"Kak Kamal! Bangun!" Teriak Bulan setelah melangkah masuk lalu tirai menutupi jendela kamar Kamal dileraikan. Kamal merapatkan kedua matanya, dan menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.
"Kak bangun!" Bulan menarik hujung selimut kakaknya yang menarik kembali selimutnya. Kamal mengangkat kepalanya tanpa buka matanya, "berisik! Minta kak Levronka hantar kamu! Kakak malas mengendarai mobil! Dan tambahan lagi, hari ini cukup panas dan aku tidak mahu keluar sama sekali!"
Diakhiri dengan menendang angin dengan agresif seakan memberi tanda menghalau adiknya pergi dari hadapannya, "jangan lupa tutup pintu dan-hei! Tutup kembali tirai itu! Bulan!"
Bukan terkekeh mendengar teriakan dari dalam kamar kakaknya, Kamal. Rasakan! Ini pembalasanku karena tidak ingin mengantarku, batin Bulan menurun tangga kemudian teringat jika ia memiliki tetangga yang ramah.
"Lah? Kamal mana, Bulan?" Bulan toleh, mendapati Levronka berada di ruang tengah dengan makanan kesukaannya sambil menonton drama Korea.
"Oh, katanya dia tidak ingin mengantarku ke sana. Ya sudah, aku jalan kaki saja." Bulan mengangkat bahunya, kembali melangkah pergi namun Levronka menahannya, "eh! Tidak perlu! Kita minta bantuan dari tetangga sebelah saja."
Levronka memandangnya dengan raut cemas, tidak mahu adiknya kenapa-kenapa. Dia juga tidak bisa meninggalkan rumah jika Kamal tertidur di kamar dengan kamar sangat tertutup dan gelap. Bisa-bisanya perompak mengambil semua benda di dalam rumahnya.
Bulan agak ragu, tetapi akhirnya mengangguk ketika melihat tatapan berharap dari kakaknya. Dia tahu, kakaknya pasti tidak mahu dirinya kenapa-kenapa maka itu ia meminta bantuan dari tetangga sebelah.
"Ayo, kita keluar." Perintah Levronka menarik pergelangan tangan Bulan dengan cepat-takutnya tetangga sebelahnya telah pergi berjalan-jalan atau ke suatu tempat.
Levronka mendorong pintu utamanya, hal pertama ia lihat adalah seorang gadis keluar dari pintunya dengan pakaian cukup rapi. Levronka lega, karena tepat waktu baginya. "Hei-tapi siapa namanya?"
Bulan melotot, "Astaga, kak. Nama tetangga sendiri kamu tidak kenal? Itu kak Adena!" Tutur Bulan sambil geleng-geleng kepala. Kemudian menatap gadis itu memakai sandal biasa, astaga. Kak Adena cantik sekali! Pikir Bulan terus memerhatikan Adena yang selesai memakai sandal lalu tidak sengaja mata mereka bertemu.
"Adena!" Adena menggerakkan anak matanya pada Levronka di samping Bulan menyunggingkan senyum manis. Adena mengulas senyum lebarnya, dan berjalan dekat ke sana.
"Ya kak? Ada apa?" tanya Adena setelah berada di depan mereka. Bulan mahupun Levronka serentak mengerjap mata melihat tubuh tinggi badan Adena. Bahkan mereka mengangkat kepala untuk menatap Adena.
"Bisa kamu mengantar Bulan ke rumah temannya? Adikku yang satu lagi sulit dibangunkan dan aku tidak bisa mengantarnya ke sana dan bisakah kamu membantuku?"
Bulan mencebir pelan, "benar, sibuk dengan drama-mu itu." Kalimat itu membuat Adena tertawa pelan, dia mengangguk, "boleh saja. Lagipula aku mahu jalan-jalan."
Mata Bulan membinar, "Setelah pulang bisa aku ikut kakak jalan-jalan?"
Levronka memandang Bulan, menyenggol lengannya dengan menyatukan keningnya dengan tak suka, "bulan...." tegur Levronka.
Adena mengulas senyum, "jadi, bulan mahu ikut kakak? Ya sudah, ikut saja. Lagipula, kakak sendirian saja."
Bulan melebarkan senyumnya, memeluk lengan Adena dengan manja, "terima kasih kak! Kakak, you're best sister!"
"Best neighbor i think," Adena mencoba membetulkan kalimat Bulan terdengar seperti menyindir kakaknya kini memasang muka kusam.
"Lebih baik tidak perlu pulang sekali," tuturnya lalu membalik tubuhnya dan masuk kembali ke rumah dengan kesal.
Adena mahupun Bulan mendengar itu lekas tergelak kecil, mereka saling melambai tangan setelah Bulan pergi bersama tetangga mereka.
Saat itu, Levronka memutar tubuhnya terperanjat melihat sosok adik laki-lakinya berada di belakangnya tanpa ada sehelai pakaian menutup atasannya.
"Astaga!! Kamal! Bajumu mana!"
"Bulan dihantar sama siapa, kak? Laki apa perempuan?"
"Itu bukan urusanmu! Sana pakai baju!" []
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Day • Hueningkai Yuna ✓
Fanfiction[selesai] Kamal harap bisa menemukan gadis itu hari yang lain. - ANOTHER DAY Karya theonives © 2021.